"Ojol Ini Viral Karena Suaranya Bagus dan Ganteng Kayak Artis Korea!"


 

Namjoon memperhatikan pakaian berwarna hijau yang tergantung di lemarinya. Bibirnya menyunggingkan senyum. Pikirannya melayang ke kejadian bertahun silam. 


*** 


"Jun, maneh geus dahar?" 

Jun, kamu sudah makan?

Pria muda berparas tampan itu mendongak dari layar ponsel berukuran kecil miliknya. Matanya mencari siapa yang menyapanya dan menanyakan apakah perutnya sudah diisi atau belum. 

Ternyata Mang Ujang, ojol paling senior di basecamp ini. Usianya sudah 50 tahun lebih tapi semangat dan kemampuan fisiknya bisa bersaing dengan Namjoon yang masih berusia 26 tahun. Beliau rajin belajar soal teknologi dan secara tidak langsung jadi sosok ayah bagi para ojol lainnya. Tidak ada yang tahu nama aslinya siapa. Karena sejak kecil dipanggil 'Ujang-ujang' yang artinya panggilan untuk anak laki-laki, jadi di KTP pun dia menuliskan namanya Ujang. Tidak tahu kapan lahir sehingga memilih tanggal 1 Januari, tapi dari pengurus panti, dia tahu lahir 56 tahun silam. Mang Ujang ini sering memanggil namanya jadi Jun, bukan Joon. Bahkan kadang menyebut namanya jadi Junaedi alih-alih Namjoon. 

"Teu acan, Mang. Teu acan lapar," jawab Joon sambil sedikit menyeringai. 

Belum, Mang. Belum lapar. 

Na jero hate, Joon teh ngabohong. Di dalam hati, Joon itu berbohong. Sekarang sudah jam 1 siang dan perutnya sudah berbunyi. Apa daya penghasilannya hari ini belum cukup untuk membuatnya membeli makan. Masih hanya cukup untuk biaya hidup di rumah dengan kakeknya, bayar listrik, bayar kontrakan. 

"Kunaon? Sok weh milih rek dahar jeung naon. Mayarna mah gampang," Mang Ujang meremas pundak Joon seakan memaksanya untuk makan. 

Kenapa? Pilih saja mau makan dengan apa. Bayarnya gampang.

"Ah henteu, Mang. Ngke weh lah," Joon tersenyum-senyum. Tepat saat ponsel yang jadi modal pekerjaannya itu berbunyi.

Ah nggak, Mang. Nanti saja lah. 

"Ngke iraha? Beuki ceking maneh mun teu dahar. Sok dahar heula. Mang batagor dua porsi yeuh jang si Jun!" 

Nanti kapan? Makin kurus kamu kalau nggak makan. Ayo makan dulu. Mang batagor dua porsi untuk si Joon!

Joon terpaksa menurut kalau sudah begini. Karena ada order masuk, maka Joon meminta agar batagornya dibungkus saja. Mang Ujang memperhatikan sampai Joon benar-benar membawa batagornya pergi. 

"Order naon?" 

Order apa?

"Go-food Mang. Rada tebih sih tapi nya teu sawios." 

Go-food, Mang. Agak jauh sih tapi nggak apa-apa. 

Mang Ujang menatap Joon dan mulai muncul kesedihan di wajahnya. Joon memalingkan wajah. Tidak mau melihat ekspresi itu. Mang Ujang bukan hanya senior di basecamp ojol ini. Tapi jauh sebelum ojol itu marak, Mang Ujang sudah sangat banyak membantu hidup Joon

Joon kecil lahir di Medan. Dia tahu karena cara bicara orang Medan sangat unik. Tapi namanya Kim Namjoon. Nama orang Korea. Di ingatannya yang samar, Joon ingat naik bis begitu lama dan kemudian tiba di suatu tempat yang asing. Dia bertanya pada ibunya tempat apa ini tapi ibunya hanya menjawab bahwa ini rumahnya. Saat itu juga pertama kalinya Joon berkenalan dengan kakeknya. 

Sebulan kemudian ibu Joon meninggal dan membuat Joon harus hidup dengan kakeknya saja. Awalnya kakeknya punya toko bangunan. Joon sering membantu di toko sepulang sekolah, sampai hapal nama-nama bahan bangunan dan perkakas, juga membuat Joon punya fisik yang, hmm, kuat. Tapi saat Joon mau melanjutkan kuliah, kakeknya ditipu sehingga toko bangunan itu terpaksa dijual dan akhirnya Joon dan kakek bekerja serabutan. 

Cukup lama Joon bekerja macam-macam dengan ijazah SMA ini. Mang Ujang yang saat itu jadi Pak RT, sering membantu Joon mencari pekerjaan. Sampai Mang Ujang memilih jadi ojol supaya sering berjalan-jalan daripada mengurus ternak lele, Mang Ujang pun mengajak Joon. Katanya pekerjaan ini lebih jelas daripada serabutan. 

Joon menerima dan sudah tiga tahun dia jadi ojol. Ratingnya selalu konsisten di angka lima karena Joon mengutamakan kepuasan pelanggan. 

"Pokona mah maneh rek gawe sakumaha oge tong poho dahar jeung ibadah, nya. Ai mun maneh gering kumaha bisa gawe? Kumaha bisa neangan duit? Kalahkah duitna dipake jang ka dokter," kata Mang Ujang saat mereka menunggu batagor siap dibungkus. 

Pokoknya kamu mau kerja keras seperti apapun jangan lupa makan dan ibadah ya. Kalau kamu sakit bagaimana bisa kerja? Gimana bisa cari uang? Nanti uangnya malah dipake ke dokter.

Apalagi sejak setahun lalu kakeknya sudah tidak sanggup bekerja, hanya merawat ayam dan kebun di rumah. Jadi Joon satu-satunya tulang punggung keluarga. 

"Muhun, Mang. Angkat heula atuh." 

Iya, Mang. Berangkat dulu.

Joon pun memasukan batagor ke saku jaket hijaunya lalu menyalakan motor dan mulai menuju restoran tempat pesanan harus diambil. Selama di atas motor, mulut Joon refleks mengeluarkan nyanyian.

"Smooth like butter

Like a criminal undercover

Gon pop like trouble 

Breakin into your heart like that

Cool shade stunner

Yeah I owe it all to my mother

Hot like summer

Yeah I making you sweat like that

Break it down!" 

Pada bagian 'break it down', Joon refleks mengangkat tangan ke atas sampai ojol di sebelahnya di lampu merah berjengit kaget. 

Joon mengambil pesanan dari restoran dan mengabari pelanggan bahwa dia sedang di perjalanan mengantarkan pesanan. Pelanggan yang sepertinya perempuan, membalas:

Oke, Bang. Ditunggu ;)

Joon sering mendapat emoji-emoji begini dari pelanggan perempuan. Entah kenapa. 

Pesanan ini diantar ke sebuah rumah di perumahan. Bukan pertama kalinya Joon ke sini sehingga Satpam komplek sudah mengenalnya. Joon masuk, mencari rumah yang dituju. Setelah sampai, dia mengabari si pemesan bahwa dia sudah sampai.

Sebentar Bang. Saya keluar. 

Joon menunggu di depan pagar, memegang kantung kertas berisi tiga rice bowl, tiga es kopi kekinian, satu paket kentang goreng, dan lima croffle. Sambil menunggu, Joon melanjutkan nyanyinya. 

"O when I look in the mirror

I'll melt your heart into two

I got that superstar glow

So

Uuuuuuu 

Do the boogie like~

Side step right left to my beat

High like the moon rock with me baby

Know that I got that heat

Let me show you cause talk is cheap

Side step right left to my beat

Get it let it roll!"

Siang ini cukup panas sehingga setelah menyanyi itu, Joon memilih membuka helmnya sejenak dan menurunkan maskernya. Kemudian dia lanjut menyanyi. 

"Ice on my wrist I'm the nice guy

Get that right body and the right mind

Rolling up to party got the right vibe

Smooth like.. hate us.." 

Selama menyanyikan part ini, Joon bergerak-gerak seperti SUGA di video musiknya. 

"Fresh boy pull up and we lay low

All the playas get moving when the bass low

Got ARMY right behind us when we say so

Let's go!" 

Joon kembali mengangkat tangannya dan siap lanjut menyanyi.

"Side step right left to my beat." 

Joon berhenti. Itu bukan suaranya. Cepat-cepat Joon menoleh dan melihat seorang perempuan mengacungkan handphone, menyanyi, lalu tertawa. 

Joon segera menutup mulutnya, memasang masker, dan memakai helm lagi. 

"Kok berhenti, Bang nyanyinya? Suaranya bagus lho," ujar si konsumen.

"Eh, nggak, Teh. Biasa aja. Ini pesenannya." Joon menyodorkan kantung kepada konsumennya. 

Teteh itu menyimpan handphone lalu menghampiri Joon. "Buat Oppa satu rice bowl, satu es kopi, sama satu croffle ya. Lainnya buat saya." 

Lalu si Teteh itu tersenyum dan membuat Joon terharu. Syukurlah ada rejeki tambahan hari ini. Kakek pasti senang. Beliau sempat menonton tipi dan bertanya. 

"Croffle teh naon, Joon?" Sekarang Joon bisa pulang dan menunjukkan kepada Aki apa itu croffle dan bagaimana rasanya.  

"Hatur nuhun, Teh." 

"Sawangsulna, Oppa." 

Joon nyengir lalu segera naik ke motornya lagi. 

"Eh, Kang! Videonya udah naik di Instagram lho!" 

Joon tidak terlalu bisa mendengarkan ataupun menanggapi itu karena motornya sudah terlalu jauh dan suara angin menenggelamkan kata-kata si Teteh. 

***

Keesokan harinya. 

Joon kaget karena basecamp jadi lebih ramai dari biasanya. Pelan-pelan dia membawa motornya sambil mencari tahu apa penyebab keributan ini. 

Baru ketika Joon mau bertanya pada seorang temannya, salah satu orang asing yang berkumpul di sana menoleh dan melihatnya.

"Eta eta! Eta nu piral tea!"

Brrrrrtttt. Semua mata tertuju padanya. 

Joon papelong-pelong jeung babaturanna. Bingung kudu kabur atau angger di dinya. Sori jadi pake basa Sunda. Joon berpandangan dengan temannya. Bingung harus kabur atau tetap di situ. 

"Kang, kang. Namanya siapa?"

"Kang suaranya bagus."

"Kang ojol bahasa Inggrisnya fasih."

"Kang ojol wajahnya ganteng mau jadi ledom?" 

"Kang ojol udah jadi ojol berapa lama?"

Joon bingung atuh ya ditodong begitu. Untung ada Mang Ujang. Wartawan itu disuruh duduk dengan alas masing-masing. Ada yang pake alas jaket, ada yang pake alas tas, ada yang pake alas buku. Macem-macem. Semua duduk di depan basecamp. Mang Ujang dan Joon duduk di depan mereka macam sedang konperensi pers. 

"Aya naon ieu teh rame kieu?"

Ada apa ini ramai begini? 

"Ieu Mang, di Instagram jeung Tiktok teh keur viral. Aya tukang ojol kasep pisan, bisa nyanyi lagu boyben bities pasih fisan. Sabari jojogedan sagala." 

Gini Mang, di Instagram dan Tiktok sedang viral. Ada tukang ojol tampan sekali, bisa nyanyi lagu boyband BTS sangat fasih. Sembari joget segala. 

Joon hanya diam mendengarkan sementara Mang Ujang yang tanya jawab. Joon tidak menyangka bahwa kegiatan isengnya direkam dan sampai viral segala. Padahal dia mah cuma nyanyi supaya nggak bosen aja. Dia juga nggak tahu kalau lagu itu segitu terkenalnya. Joon sering mendengar lagunya di salah satu kape saat menunggu pesenan kopsus. Makanya lama-lama dia hafal. Kalau soal Bahasa Inggris, memang di sekolah nilai Bahasa Inggris Joon bagus. 

Sejak hari itu, Joon sering diundang ke radio-radio untuk menyanyi karena katanya suaranya bagus. Tapi Joon tetap mengutamakan pekerjaan utamanya sebagai ojol karena ini tanggung jawab yang lebih dulu dipilihnya. Dia baru menerima undangan menyanyi kala malam dan itupun tidak terlalu lama supaya Aki tidak khawatir. 

Semakin sering menyanyi, Joon jadi iseng membuat lagu sendiri. Saat di radio, ada penyanyi yang mendengar lagu buatannya kemudian suka dan akhirnya Joon memberikan lagu itu untuknya. 

Lagunya viral juga. Sering dinyanyikan di Tiktok bahkan ada challenge. Karena kehebohan itu, Joon diundang ke stasiun tipi. Saat itu dia berangkat pakai motor ditemani beberapa ojol dari basecamp-nya. Aki ditemani tetangga, menonton dari rumah di Bandung. 

Joon semakin senang menciptakan lagu dan lagu-lagunya pun bagus. Akhirnya Joon mengundurkan diri sebagai ojol dan fokus berkarya di rumahnya bersama Aki di Bandung. 

Dari lagu yang dinyanyikannya sendiri atau diciptakannya, Joon memiliki cukup uang untuk hidup tenang dengan Aki, tidak perlu pusing membayar listrik, bahkan membeli rumah supaya Aki bisa hidup tenang di masa tuanya. 

*** 

Joon menutup lemari pakaian. Meskipun saat ini kehidupannya sudah lebih baik, tapi Joon tidak akan pernah lupa kehidupannya sebagai ojol. Tidak akan lupa kepada Mang Ujang dan teman-temannya di basecamp. Tidak akan lupa pada si Teteh yang membuatnya viral (pantesan videonya viral da si teteh juga selebgram Bandung geningan). Tidak akan lupa jaket hijau kebanggaan dengan nama basecamp yang terbordir.

Joon duduk di studionya, bersiap menciptakan karya lainnya. 

-TAMAT-


PS: Ini fanfic ya, alias fiksi penggemar. Hahahaha. Kepikiran setelah ngobrol macem-macem sama Ebi di Instagram. Just for fun aja. Kita semua sayang RM alias Kim Namjoon. Semoga suka. Yeay!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq

cumlaude dan IPK tertinggi

mimpi mimi apa?