Proyek 15 Beribuku: Buku untuk Masnah

Awalnya ditanya-tanya sama Numei tentang Beribuku. Ternyata NET, melalui program Good Times, mau memberikan kejutan bagi Masnah berupa buku-buku. FYI, Masnah ini mahasiswi Universitas Jayabaya semester 6 jurusan Psikologi. Dia salah satu guru di Sekolah Alam Tunas Mulia, Bantar Gebang. 

Seperti biasa di Beribuku, sebelum melakukan donasi, kami melakukan survey. Survey diadakan di hari Minggu, 28 Februari 2018. 

Pagi itu rencananya jam 8 sudah sampai TKP. Akan tetapi karena hujan mengguyur Jabodetabek semalam hingga pagi, kami terpaksa menunda keberangkatan. Saya sendiri jam 9 baru keluar kosan dan naik kereta dari Stasiun UI. Rencananya kami janjian bertemu di Stasiun Bekasi lalu naik mobil sewaan (Grabcar/Uber you name it). 

Kurang lebih jam 10an sampai di Stasin Bekasi. Saya ketemu Ka Risma dan Pita. Nanti bertemu Mona di TKP. Dari Stasiun Bekasi kami mau naik GrabCar aja jadinya. Ternyata di perjalanan benar-benar memusingkan. Tidak ada satupun di abtara kami yang tahu tempatnya. Sehingga butuh jalan jauh, nanya bolaj balik, bahkan sampai beberapa kali kelewatan dan harus puter balik. Untunglah akhirnya ketemu patokan Kantor Kelurahan Sumur Batu. 

Dari Kantor Kelurahan Sumur Batu itu ternyata masih jauh. Berhubung kami sudah turun dari Grab, terpaksa naik motor bertiga-bertiga. Pertama Fatimah, saya, dan Mona. Lalu Fatimah balik lagi dan jemput Ka Risma dan Pita. 

Begitu turun mobil dan sampai lokasi Sekolah Alam, itu sudah tercium bau sampah. Saya juga bisa melihat gunung-gunung sampah. Ada yang ditutup terpal, ada yang ditunbuhi tanaman, ada yang begitu saja ditumpuk tanpa ditutup apa-apa. Gunung-gunung sampah ini sengaja ditata dengan rapi. 

Di perpustakaan Sekolah Alam, kami mengobrol dengan Masnah. Menggali-gali informasi yang bisa kami jadikan bahan untuk bergerak mengunpulkan donasi dan mempersiapkan acara. 

Pulang kembali dengan menggunakan motor dan angkot lalu naik kereta dari Stasiun Bekasi. 

Yang saya salut dari perjalanan ini adalah bagaimana orang-orang bsa bertahan dengan bau sampah dan sampah itu sediri (iya lama-lama terbiasa). Tahu kan betapa tidak sehatnya? Apalagi kalau musim hujan. Kelinci saja tidak bisa bertahan hidup. 

Belum lagi mata pencaharian mereka sebagai pemulung, dimana sampah-samapah yang belum difilter itu langsung ditumpuk di Bantargebang lalu mereka kembali memulung isinya dan menjual. Per kilo plastik dihargai 100 Rupiah. Bayangkan! Rata-rata pengumpulan per hari hanya 50 kg. Maksimal bisa 200 kg. Per hari mereka cuma mengumpulkan 5000-20000 Rupiah. Bandingkan dengan kamu yang bergaji 3juta untuk 30 hari. Pendapatan rata-rata per hari berarti 100.000. Uang 20000 paling hanya untuk 1x makan kan?

Anak-anak ini pun sekolah dengan gratis, tanpa biaya, seminggu 3x. Itu pun harus dari yayasan yang mengajak. Beda dengan beberapa anak yang sekolah dengan biaya orang tua dan seminggu 5-6 hari. 

Kita harus banyak bersyukur kawan. Harus. 

*** 

The day!

Kami memutuskan acara dilaksanakan sebelum bulan Ramadhan. Tepatnya tanggal 28 Mei 2016. Rencananya mau mulai acara jam 10 supaya jam 11 sudah bisa selesai dan jam makan siang kami sudah pulang ke tempat masing-masing.

Berangkat dari 3 titik (Bogor, Bekasi, dan Depok), jam 10 kurang kami sudah sampai di lokasi. Ternyata eh ternyata sekolahnya masih sepi. Guru-gurunya juga gak banyak karena katanya sudah ada acara lain. Entah apakah ini kurang koordinasi apa gimana. Yang jelas gue mah stay cool aja (padahal panik hahaha). Jadilah kita briefing dulu dan foto-foto.



Pak Nadam
Sekitar jam 11 muncullah anak-anak dengan tas mereka. Ada yang pakai seragam, ada yang pakai baju biasa. Mulai dikumpulkan di saung. Dibuka dengan sambutan dari Pak Nadam dari Sekolah dan Mimi dari BeriBUku (iya itu gueee, gaya banget ngasih sambutan). Gak menunggu lama, kami langsung turun ke lapangan buat main.



 

Terima kasih untuk Ryry yang jadi MC, juga untuk Cipi yang bantu permainan. Juga Ovi, Karina, dan lain-lainnyaaa. Anak-anaknya memang gak semua aktif untuk maju ke depan. Tapi semuanya aktif untuk ikut bergerak. I mean, gak yang bengong-bengong diam cengo gitu. Palingan yang susah sih anak-anak SMP-nya. Namanya juga ABG, diajakin main-main pada males kali ya. Nanti make up luntur (eh itu mah gue meureun).

 
 

 
Permainan isinya tentang cita-cita. Apa sih polisi, presiden, guru, dokter. Tujuannya supaya anak-anak punya cita-cita yang bisa mereka raih nanti ketika sudah besar. 

Acara ditutup dengan penyerahan buku secara simbolik baik dari BeriBuku ke Sekolah maupun Sekolah ke Beribuku. 

Buku dari Pak Nadam, isinya perjuangan anak-anak Bantar Gebang

Lega acara sudah selesai. Semoga bukunya bermanfaat ya adik-adik. KArena tidak ada hal yang lebih menyenangkan dari sebuah acara sosial selain kebermanfaatan dan kesenangan yang tercipta.

Sampai ketemu lagi, adik-adik Bantar Gebang. Sampai ketemu di proyek BeriBuku lainnya!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq

cumlaude dan IPK tertinggi

mimpi mimi apa?