In Between
Aku selalu ingin tahu bagaimana rasanya menampar orang. Sakitkah? Puaskah? Merasa bersalah? Atau malah tak merasakan apapun? Rasa penasaranku sekarang sudah terbayar sudah. Menampar orang rasanya sakit, karena aku melakukannya dengan sekuat tenaga. Sehingga menimbulkan bekas merah yang begitu besar di pipinya. Sekaligus aku merasa bersalah. Did I do wrong? Namun ketika sekali lagi aku berpikir alasanku melakukan hal itu, aku merasa puas. Puas menampar pipi seorang Gasendra Wiratanika. *** "Samahita Purwadijaya! Wake up, kebo!" "Shut up," seru Ama. Menarik kembali selimut yang tadi ditarik oleh Titha, Pratitha Soedarman, sahabatnya. Yang cantik namun tampilannya mirip Agung Hercules. "Bangun dong Amaaa," panggil Titha lagi, kali ini dengan gaya ala lagu 'bangun dong Lupus'. "Its Saturday for God's sake, Tit!" Ama akhirnya bangun, melemparkan tatapan jengkel pada Titha. "Hey dont call me Tit, doesnt sounds good," Titha memb...