Pelangi
kali ini gak terinspirasi dari sinetron
manapun. emang lagi pengen nulis aja. tapi nulisnya juga berdasarkan
foto yang dipunyai. hohoho. sekali lagi ini bukan cerita beneran. nama
orangnya beneran, ceritanya sejuta persen fiksi. kalo ceritanya gak lucu
gak apa-apa ya, lagi pengen serius gitu soalnya hehe. enjoy! :)
---
Ayun-Yoga-Mimi-Romi |
Mimi
"Ka, kamu dimana sih? jadi jemput aku gak? udah mulai hujan nih.." aku menggerutu kesal pada kakakku yang ada di ujung sana.
"iye, tunggu. ini masih ngerjain tugas di rumah Aldi. kamu tunggu di Kober aja,"
"udah nunggu di Kober daritadi kaliiii. buruan ah, ntar keujanan terus masuk angin kan gak lucu,"
"iye, berisik."
aku
memutus sambungan telepon dan memandangi jalanan Margonda yang masih
saja ramai meski hujan mulai turun. sudah hampir setengah jam menunggu
kakakku disini yang katanya bersedia kutebengi sampai rumah. huh.
tumben-tumbenan kan dia mau ngangkut adiknya ini. biasanya kalo gak
pulang lewat jam 11, gak pernah mau dia ngejemput. kesambet apa ya
kakakku ini? hmm, katanya abis ngerjain tugas di rumah Bang Aldi. oh,
pasti gara-gara adiknya Bang Aldi nih makanya dia betah terus mau jemput
adiknya walopun ngaret abis. dasar.
oiya,
aku belum mengenalkan diri. namaku Mimi, baru semester 7 di Fakultas
Psikologi. yang tadi aku telepon itu kakaku, namanya Yoga, semester 9
Teknik Sipil. lagi ngerjain skripsi tapi masih kuliah. keasyikan kali ya
dia sampe lanjut semester 9 begini. ckckck. sekarang doi lagi seneng ke
rumah Bang Aldi, temennya yang juga ngerjain skripsi dan ngambil topik
yang sama. alesannya sih biar bisa diskusi, padahal kecantol adiknya
Bang Aldi tuh. aku belom pernah liat sih, tapi denger-denger dia anak UI
juga. sekitar 2 tahun di bawah aku. orangnya kayak apa ya sampe kakak
aku yang pelit dan jail sama adiknya ini berubah 180 derajat. jadi
penasaran...
Yoga
"Di,
gw balik dulu ya. ntar ini tugasnya gw yang email aja, masih gw edit
dulu ntar di rumah," aku membereskan buku-buku yang digunakan untuk
mengerjakan tugas sedari tadi siang. sebenarnya aku belum berencana
pulang cepat, tapi tadi pagi secara setengah sadar aku janji mau
menjemput Mimi dan pulang ke rumah bersama. padahal adiknya Aldi baru
pulang nih...
"oke, Ga. thank you ya. gw masih harus ngerjain skripsi nih,"
"gw juga ngerjain skripsi kali,"
"ya
tapi lo kan udah lancar, kemarin aja pas lagi bimbingan lo udah disuruh
langsung Bab 3. gw bab 2 aja masih revisi mulu," balas Aldi lalu
ketawa. aku ikut tertawa. yah kali ini nasibku lebih mujur daripadanya.
"yuk ah gw balik ya. kasian si Mimi udah nungguin,"
"sip,"
Aldi berniat mengantarku sampai pintu depan. namun sebelum sampai ke pintu, aku dan Aldi terhadang sebuah sosok.
"Bang Yoga udah mau pulang?" tanya sosok cantik itu di depanku. nada suaranya manis dan ekspresinya polos.
"i-i-iya," wah groginya ketauan deh.
"di luar kan ujan Bang. Ayun aja ampe keujanan," katanya sambil memperlihatkan bajunya yang sedikit basah.
"wah, ati-ati masuk angin Yun. Bang Yoga bawa mobil sih jadi kan gak keujanan,"
"oh gitu. bagus deh. ati-ati di jalan ya Bang. Ayun permisi dulu, mau beres-beres,"
Lalu dia pun menaiki tangga dan masuk ke kamarnya. kuikuti dia hingga menghilang di balik pintu kamarnya. subhanallah.
"udah liatin adik gw-nya?" kata-kata Aldi memecah konsentrasiku. sialan dia tersenyum-senyum seperti itu.
"berisik!"
Ayun
wah
temennya Bang Aldi kesini lagi. hihihi. ekspresinya selalu lucu tiap
kami ketemu. akhir-akhir ini jadi sering main ke rumah. kata Bang Aldi
sih gara-gara satu tema skripsi. gapapa sih. Ayun jadi punya kenalan
baru. eh, kok Ayun senyum-senyum sendiri ya? hhihihi.
Mimi
"innalillahi,
rumahnya Bang Aldi kan di Depok 1. harusnya gak lama-lama banget nyampe
Kober. ini pasti kakak aku nyantol dulu deh," aku melirik jam tangan
Casio di lengan kiri dan melihat angka di sana menunjukkan jam 17.15.
"hah, bisa-bisa nabrak Maghrib inih! pasti macet pula!"
aku
melongokkan kepala ke arah jalan MArgonda lagi. hujan turun makin
deras. untung gak lama kemudian mobil Honda CR-V putih milik papa (yang
dipakai kakak. oke, atas nama kakakku sih, tapi yang beli kan papa)
muncul dan menepi. aku buru-buru membuka pintu penumpang dan masuk ke
mobil.
"lama banget!"
"macet," jawab kakaku ringan.
"macet di jalan apa di rumah Bang Aldi?"
kakakku melirik sekilas, tidak menjawab, lalu fokus kembali ke jalan.
"pasti
macet di rumah Bang Aldi deh," aku tertawa kencang. kalau sudah urusan
begini, aku bisa langsung lupa pada marahku. aku suka melihat wajah
kakaku ini kebingungan. seingatku dia orangnya cuek. gak pernah suka
sama cewe. sempet aku kira dia 'belok'. pas sekarang suka sama cewek,
aku jadi seneng sendiri. "cerita-cerita dong! tega banget adiknya yang
cantik ini gak dikasih tau apa-apa."
"cerita apaan," nah ini kakaku pasti mencoba berkelit.
"ya
adiknya Bang Aldi! gak usah boong deeehhh. aku tau Kakak naksir adiknya
Bang Aldi kaan? abisan tiap pulang dari rumah Bang Aldi, kakak selalu
jadi baik banget. terus kemarin aku ketemu Bang Aldi di Bikun terus dia
ngomongin kakak yang kayaknya naksir adiknya," aku menusuk-nusuk pelan
lengan kakaku sambil nyengir lebar.
"bacot juga si Aldi,"
melihat kakaku kesal, aku cuma tertawa. "gak boleh galak sama calon kakak ipar!"
"namanya Ayun. dia anak UI juga, baru semester 3, Kimia," akhirnya mau cerita juga nih orang
"terus?"
"terus apaan? emangnya parkir?"
ih kan mulai keluar deh garingnya. aku tonjok juga nih.
"ya terus gimana cerita ampe bisa suka? dianya gimana ke kakak? orangnya baik apa nggak?"
"dia
cantik. dia anggun, gak kayak kamu yang galak," aku langsung mencubit
kakakku begitu dia bilang aku galak. "tuh kan langsung dibuktiin. gak
tau sih sukanya gimana. sekali liat langsung berasa ngeliat pelangi abis
ujan. amazing. gak pernah nanya juga dianya gimana. mungkin nganggap
aku temen kakaknya doang. udah,"
"ih sedih. PDKT dong! kayaknya baru sekali ini kan kakak suka sama cewe? masa gak diperjuangkan?"
"belom kepikiran kesitu. kayaknya liat dia aja udah cukup."
"klise!
geli banget sumpah. kalo mau ngeliat dia terus berarti kakak harus
main-main ke MIPA atau terus main ke rumah bang Aldi. capek dong?"
"iya kali.."
"ayolah. you can do something better than that. minta pin BB-nya dulu!"
"terus siapa yang nge-add? kamu?" kakakku melirik sambil menaikkan alis. aku nyengir. lupa kalau kakaku gak pake BB.
"ya udah, nomer hapenya minta buruan!"
"iya nanti,"
"sekarang!"
"bawel!" dan sebuah cubitan keras mampir dengan sukses di pipiku.
Yoga
sebawel-bawelnya
adikku itu, dia satu-satunya keluargaku. oke, maksudnya saudara. ada
ibu dan ayah juga sih. tapi karena usia yang cuma beda setaun, aku jadi
dekat dengan adikku. kata dia sih aku tipe kakak cowok yang mainstream.
suka ngejekin tapi care juga, walaupun jarang. kalo ada yang deketin
adikku, harus lolos tes pertama dariku dulu. baru tes berikutnya dari
ayah. ngobrol sama dia tadi lumayan nambah keberanian buat maju lebih
dekat sama Ayun. yah setidaknya kan dia cewe, adik sendiri juga. ga usah
malu kalau mau cerita, dia juga pasti bisa ngasih saran.
maka
malam itu setelah menyelesaikan tugas dan mengirimnya lalu mengecek
progres bab 3 skripsi, aku menghubungi salah satu junior di jurusan
Kimia. kalau langsung menghubungi Aldi, bisa berabe. aku sudah kenal
Aldi sejak maba (mahasiswa baru). bisa-bisa dia menolak membantu karena
sudah tau busuk-busuk temannya ini.
jam
menunjuk angka 11 ketika akhirnya aku berhasil mendapat nomor telepon
Ayun. kurang sopan ya rasanya kalau menghubungi perempuan semalam ini.
hmm, besok pagi saja.
Ayun
"assalamu'alaikum.
Ayun berangkat ya," hari ini Ayun kuliah pagi. jadi yang biasanya
dianter Bang Aldi, terpaksa harus naik angkot sendiri. gapapa. Ayun jadi
bisa belajar banyak dari kehidupan kalau naik angkot. bisa tau berbagai
jenis orang juga. belum lagi kadang ada pengamen, bisa jadi ladang
amal, juga bisa request lagu. kalo naik motor sama Bang Aldi kan gak
bisa dengerin lagu dari pengamen. hihihi
eh HP Ayun bunyi. SMS dari siapa ini ya?
"pagi Ayun. ini Bang Yoga. ngeganggu gak SMS pagi-pagi begini?"
eh Bang Yoga ternyata! aduh Ayun jadi senyum-senyum sendiri lagi. hehe. harus dibales buru-buru nih.
"pagi Bang. tau darimana nomer hape Ayun? nggak kok nggak ganggu. sekarang Ayun lagi mau ke kampus. :)"
rasanya pagi ini kok cerah banget ya?
Mimi
"eh
kita mau duduk dimana?" siang ini aku dan teman-temanku berniat makan
siang di Kantin Takor, sedikit ngesot dari fakultasku sendiri.
"sebelah situ aja tuh kayaknya kosong," kata Maya.
"yah, keburu didudukin," timpal Rahmi.
"sini aja deh mumpung kosong," Putri menunjuk meja yang kosong meski dengan bekas-bekas makanan di mejanya.
kami
pun mengangguk dan buru-buru menghampiri meja itu. Maya dan Rahmi
berdiri lebih dulu untuk memesan makanan. aku dan Putri mengobrol
tentang kuliah jam 1 nanti.
"gantian gih," kata Rahmi tiba-tiba muncul lagi.
"oke!" dengan bersemangat aku menuju tempat minuman. tadi ibu membawakan aku bekal. lumayan mengirit pengeluaran. hihihi
aku membayar segelas eh tes manis lalu bermaksud kembali ke mejaku. Putri nampaknya masih bingung mau membeli apa.
aku gak sadar di sebelah kananku ada orang yang lewat.
BRUAK!
"astagfirullah!"
aku spontan berteriak dan memandangi bagian depan bajuku yang sekarang
sudah terkena es teh manis hasil tabrakan dengan orang itu. aku
buru-buru memandang orang yang menabrakku itu. "liat-liat kek kalo
jalan. ini kan kantin lagi rame. bisa lebih ati-ati gak jalannya?"
"maaf
maaf maaf. gw lagi buru-buru mau ke atas. aduh gw gak punya tisu lagi.
maaf ya maaf tapi gw beneran dari buru-buru. lo mau ngehukum gw apa aja
boleh, tapi nanti ya. nama gw Romi, semester 3 HI. nama lo siapa?"
aku mendadak bingung mendengar kata-katanya yang merepet panjang itu dan juga ekspresinya yang benar-benar cemas.
"Mimi, Psikologi semester 7." akhirnya aku menjawab tanpa kemarahan sedikit pun.
"oke Mi. nanti gw hubungi lagi ya. misi,"
dia
pun buru-buru menuju lantai 2 Kantin. aku kembali ke teman-temanku
sambil bengong. setelah dingin terasa di bajuku, baru aku marah-marah
lagi.
Romi
kayaknya
ada yang kelupaan nih hari ini. apa ya? oh iya! tadi siang kan gw
nabrak cewe di Takor ampe bajunya basah. gw belum minta maaf dengan baik
dan benar nih. eh tadi namanya siapa ya? Mimi ya? Psikologi ya? oh
deket. eh, semester 7? lebih tua dari gw dong? yah tapi sama siapa aja
kalau salah harus minta maaf. gimana cara nemuin dia buat minta maaf ya?
gw gak tau lagi siapa nama panjangnya. jadi gak bisa nemu di Facebook.
ntar deh mikirnya, OL Twitter duluuuuu~
Annisa Kalina Putri @ichihihihi
hahaha sabar ya buuu RT @mimiooo: tadi gw ditabrak orang sampe es teh manisnya tumpah. huweee~
eh,
ka Ichi ngemention siapa nih? kok kejadiannya kayak cewek tadi pagi?
coba cek linimasa ini ah. gw arahin kursor BB gw ke username mimi o 3
biji ini terus gw liat tweet-nya. siapa tau dia emang orang yang tadi
siang.
@ichihihi iya chii, cuma agak heran aja gw. dia buru-buru gitu makanya gw gak lanjut marahnya
@putrikemala iya yang tadi bikin baju gw basah itu. gak tau namanya
@raahhhmmi tadi dosennya masuk gak? sebel bgt g ikut kuliah krn harus pulang gara2 bajunya basah :(
tadi gw ditabrak orang sampe es teh manisnya tumpah. huweee~
oh bener. ini cewek yang tadi gw tabrak. okelah. klik reply, lalu mulailah berbaik hati
@mimiooo malem.ini gw Romi yang tadi siang nabrak lo di Takor.gw minta maaf ya.sprti gw blg,lo blh hukum gw
Mimi
hah?
aku bingung melihat mention yang baru masuk dari Twitter account
berjudul @romialdinori ini. oh ini yang tadi siang nabrak aku itu? jago
juga dia bisa nemuin Twitter aku ini dan dia serius sama kata-katanya.
@romialdinori oh halo Romi.udah gak usah dipikirin.gak ada kerugian berarti kok :)
Your tweet has been sent!
oke,
udah dibales tweetnya. baca novel lagi ah. belum lama aku menaruh BB ku
ke kasur, tiba-tiba sudah berbunyi lagi. ringtone khusus untuk mention
yang masuk. aku kaget karena dia sudah membalas tweet-ku lagi. cepet
amat pikirku.
@mimiooo wah gw gak enak kan gw udah janji.boleh minta Pin BB lo gak?kita ngobrol via BBM aja
langsung kubalas
@romialdinori gw DM aja ya.gak enak nyebar PIN gitu aja.etapi lo harus follow gw dulu
@mimiooo followed!
dan
malam itu aku langsung mengobrol banyak dengan anak HI ini. hmm, gak
boleh lebih dari ini ya Mi, aku mengingatkan diriku sendiri. cuma buat
urusan maaf-memaafkan+hukuman karena tragedi tadi siang. lagian dia juga
lebih muda...
Yoga
aku
harus mulai pintar membagi waktu. satu untuk skripsi yang sedang
kuselesaikan. dua untuk mata kuliah yang masih kuambil di semester tua
ini. tiga untuk Ayun yang semakin intens berdiskusi, oke, dekat
denganku. keempat untuk adikku yang sedang berlaku aneh.
sebulan
terakhir ini aku semakin dekat dengan Ayun. hampir setiap hari selalu
saja ada SMS atau Whatsapp, baik dia atau aku yang memulai. kadang juga
kami makan siang bersama. ia rajin sekali menyemangatiku mengerjakan
skripsi. dengan wajahnya yang cantik dan polos itu rasanya semangatku
jadi meluap-luap. oh, semoga Aldi belum menyadari tentang kami. rasanya
sedikit beresiko kalau Aldi tahu.
yang
jadi pikiranku saat ini adalah adikku. dia sudah tidak pernah minta aku
menjemputnya lagi. bahkan kalau aku menawarkan pun dia menolak. ia juga
jadi tidak lepas dari BB-nya. memang sih dari dulu dia ketagihan
ngetweet. liat aja tweetnya udah 40ribu-an, followersnya juga banyak
sih. tapi gak sekecanduan ini. ia bahkan bisa tertawa-tawa sendiri. aku
takut dia mulai gila. tapi tanda-tanda gila tidak seperti ini. dia masih
nyambung kalau kuajak mengobrol. hanya saja...dia jadi sering melamun
juga, terus wajahnya suka tiba-tiba memerah.
nah
kalau begini tingkat kecemasanku meningkat tajam. terakhir kali dia
seperti ini sekitar setahun lalu ketika dekat dengan seseorang bernama
Putra. belum sempat dia ikut tes dariku, adikku dan dia sudah keburu
berpisah. ternyata orangnya brengsek. selain dekat dengan adikuu, dia
juga dekat dengan perempuan lainnya. tapi bahkan setelah menjauh dari
Putra, adikku masih suka murung dan membahas Putra sampai beberapa bulan
setelahnya. maka untuk kali ini aku harus memastikan adikku baik-baik
saja.
adikku
itu tipe orang yang suka bercerita. bahasanya sih 'senggol bocor',
disenggol dikit, langsung nyerocos panjang lebar. beda sama kakaknya
yang lebih cool ini. di Twitter juga dia sering nulis. berarti kalau mau
cek dia lagi deket sama siapa, aku harus cek Twitternya dulu.
aku
ambil Galaxy SIII ku dan kubuka profile adikku satu-satunya itu. lah,
aku bingung sendiri. kenapa cuma ada tweet serius disini? update lokasi
lah, info tugas lah, info bantuan bencana lah, info event di kampus lah.
gak ada yang bisa dijadikan bukti? aku menggali terus tweet adikku
sampai sebulan kemarin. tidak ada yang aneh. kalau sudah begini aku
harus bertanya pada teman-teman adikku.
"halo Maya?" aku menelepon Maya yang setahuku paling dekat dengan adikku di fakultasnya.
"Kak Yoga ya? ada apa kak?"
"mau
tanya, akhir-akhir ini Mimi lagi deket sama orang gak ya?" oke, to the
point. diam sejenak di ujung sana, aku takut Maya pingsan atau apa gitu,
sebelum tiba-tiba dia tertawa mengikik.
"hihihi. iya ka,"
wah bener ternyata.
"sama siapa?"
"namanya Romi ka, anak HI," Maya menjawab masih sambil terkikik.
"kenal dimana mereka?"
"waktu
itu sempet gak sengaja tabrakan pas lagi makan di Takor. terus jadi
deket deh. eh tapi Kak Yoga jangan bilang Mimi ya kalau aku cerita,"
"oke oke. makasih ya May,"
aku
menutup sambungan telepon dan langsung berpikir. aku harus tahu seperti
apa orang yang dekat dengan adikku ini. cukup tangguh gak dia? atau
tipe cowok yang lebih seneng nonton Dahsyat daripada Liga Champions?
Romi
duh
gw telat. harusnya janjian sama Mimi jam setengah 5 di Green T Perpus
Pusat. sekarang udah jam 5. BBM gw gak dibales pula. ngambek gak yah dia
nanti? ini gara-gara pada gak merhatiin dosen sih. jadinya kuliah molor
gara-gara dosennya ceramah dulu. lagian, kenapa FISIP-Perpus rasanya
jauh banget? dan kenapa juga gw gak punya motor atau mobil? argh.
"Rom!" ada yang nepok pundak gw. buru-buru gw noleh dan ngeliat Bang Haris, senior di HI juga yang 3 taun lebih tua.
"eh
bang, ada apa?" gak boleh macem-macem sama senior ini. anak pergerakan!
wibawanya juga mantep banget. selain itu dia keasyikan ikut konferensi
di luar negeri jadi kuliahnya agak lama.
"ada yang mau kenalan sama lo nih," Bang Haris tersenyum dan menunjuk orang yang berdiri di sebelahnya. wah gak bisa bentar nih.
"kenalin,
Yoga, Sipil. seangkatan sama Haris," perasaan gw doang atau emang
suaranya Bang Yoga ini agak ketus ya? gak boleh suudzhan. gw bales dulu
uluran tangannya.
"Romi, Bang. ada urusan apa ya Bang?" senyum Rom senyum! orang yang galak harus dibales pake senyum biar gak makin galak.
"lo ada waktu? gw mau ngobrol-ngobrol,"
"hmm, sebenernya saya lagi buru-buru Bang. ada janji sama temen, udah telat pula. kalau besok gimana?"
"oke, besok siang di Starbucks ya."
gw
nelen ludah susah-susah. ebuset nih orang baru ngajak kenalan, nadanya
ketus, mukanya jutek, maksa ketemuan, di Starbucks lagi! gw kan anak
kosan Bang! rasanya gw pengen neriakin kata-kata di pikiran gw tapi gak
bisa karena Bang Yoga sama Bang HAris udah keburu pergi dan gw juga
inget sama janji gw yang jadi molor ampir sejam.
Mimi
"maaf maaf!"
aku memandang sosok yang berdiri sambil ngos-ngosan di depanku ini.
"ini
udah ampir setengah 6 lho," pelan-pelan aku membereskan buku dan file
yang aku sebar di meja. aku menunggu Romi sambil mengerjakan tugas.
"tadi dosennya ngambek dulu makanya keluarnya telat. abis itu tadi diajakin ngobrol dulu ama senior. makanya telat."
"hmm,
aku mau pulang," aku kesel lho! udah nunggu sejam, nggak, bahkan lebih.
aku udah disini dari jam 3 sore. nungguin dia yang katanya keluar kelas
jam 4 tapi datengnya telat. abis itu gak ngabarin sama sekali.
"pulang? kok? bentar lagi Maghrib lho."
"lagi gak sholat," aku langung berjalan melewatinya keluar dari lingkungan Perpus.
"nanti aku temenin pulangnya. Maghrib dulu tapi ya?"
"gak
usah. kelamaan. kamu juga gak usah jauh-jauh nganterin aku. kosan kamu
kan di KOber, kejauhan nganterin aku sampe Pondok Indah. apalagi kamu
gak bawa motor atau mobil,"
aku
melirik ekspresi Romi dan sekilas tampak dia sedikit tersinggung saat
aku membahas dia tidak memiliki kendaraan. tapi aku terlanjur kesal. aku
tinggalkan saja dia.
Yoga
tuh
kan bener ada yang salah sama cowok yang deket sama adikku ini.
sekarang adikku murung terus begitu sampai di rumah. aku jadi tidak
fokus mengerjakan skripsi. padahal besok aku harus mengerjakan draft bab
3 untuk bimbingan. pasti ada apa-apanya nih. cowok cebol itu ngapain
adik kesayangan aku nih?
"kenapa
kamu?" aku berdiri di pintu kamarku yang berada tepat di depan kamar
adikku. ia baru mau masuk kamar setelah makan malam tadi. mukanya masih
lesu.
"PMS," jawabnya singkat lalu menutup pintu kamar.
lho
tumben nih. biasanya dia kan senggol bocor. kalau gak banyak ngomong
gini pasti ada sambungannya yang korslet. kepada siapa aku bertanya
tentang urusan wanita?
Ayun
"oh jadi adiknya Bang Yoga lagi PMS?"
"katanya sih gitu,"
"kalau
gitu gak ada yang dikhawatirin dong Bang. kan normal itu tiap bulan,"
wah Bang Yoga nelepon malem-malem. katanya adiknya lagi aneh. lucu deh
dengerinnya. kayaknya dia khawatir banget sama adiknya. Ayun jadi pengen
ketemu deh sama adiknya Bang Yoga.
"beda
Yun. meskipun dia lagi PMS, tapi mulut merconnya gak pernah berhenti,
bahkan bisa lebih ekstrim. sekarang kebalikannya, diem terus. itu kenapa
ya?"
mulut mercon? Bang Yoga tega banget ngatain adiknya kayak begitu.
"jadi biasanya Kak Mimi masih suka cerita kalaupun lagi PMS? terus sekarang tiba-tiba pendiem?"
"iya,"
"mungkin dia lagi sedih Bang. Ayun juga biasanya kalau lagi sedih gitu suka diem aja. pengen sendirian gitu, gak mau diganggu,"
"oh Ayun pernah sedih? karena apa Yun?"
"waktu kelinci Ayun meninggal, Bang."
"oh kirain..."
"kirain apa?"
"gak apa-apa. terus Abang harus ngapain?"
"coba
ajak ngobrol aja, Bang. kalau udah kelamaan sendirian, berarti udah
boleh diajak ngobrol. jangan kelamaan ditinggal. kalo sedihnya sedih
banget, takut bunuh diri,"
"waduh. oke Yun, Abang mau samperin Mimi dulu ya. makasih Ayun,"
"sama-sama Bang. salam buat Kak Mimi ya,"
seneng
deh akhir-akhir ini makin sering ngobrol sama Bang Yoga. seneng juga
barusan ditelepon buat diskusiin masalah adiknya. berarti Ayun penting
ya? eh, Ayun senyum-senyum sendiri lagi.
Mimi
"gak
boleh masuk tanpa ngetok pintu!!!" maksudku sih berteriak, tapi karena
wajahku terbenam di bantal, jadi suara yang muncul cuma gumam tak jelas.
"apaan
sih biasanya juga gak pake ngetok," kakakku masuk ke kamar yang
kubiarkan gelap ini. aku bisa menebak sekarang dia pasti duduk di sofa
biru muda depan tempat tidurku. tempat favoritnya. katanya kalau aku
nakal, dia bisa langsung melempar bantal yang memang banyak tersimpan
disitu.
"kenapa sih kamu? gak biasanya tau,"
"dibilangin PMS," aku masih gak mau melepaskan wajahku dari bantal. padahal ini mulai sesak sih.
"boong. PMS kamu kan gak kayak gini. kenapa sih? si Romi ya?"
aku buru-buru bangun dan duduk di tempat tidur. wajahku kaget sekali. kok Kak Yoga tau?!
"nah kan bener," kata Kak Yoga santai.
"sotoy ah," aku pura-pura polos lalu tiduran lagi di kasur.
"kalo
sotoy kenapa tiba-tiba langsung bangun begitu? btw ini kamar kenapa
dibiarin gelap?" lalu kakaku bergerak menyalakan lampu dan seketika
kamarku terang benderang.
"aaaaa silauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu. kakak ngeselin!"
"yeee, lagian kayak drakula aja takut terang. ayo cerita!"
bluk! sebuah bantal mendarat tepat di mukaku.
"kalau
gini caranya mana mau aku cerita!" aku lemparkan lagi bantal itu
kembali ke kakakku. refleks, dia menangkap bantal itu dengan kedua
tangannya lalu dia duduk santai di sofa.
"kamu gak pinter nyimpen rahasia dari aku, dek."
aku
cemberut. dia bener sih. apa-apa aku pasti cerita sama dia. jadi dia
tau ampir semua temen dan aktivitasku. aku juga tau semua tentang
kakaku....setelah aku paksa dia buat cerita.
akhirnya aku ceritain semua kisah aku sama Romi. dari baru kenal sampai tadi sore. kakakku malah senyam-senyum. ngeselin!
Romi
gw
belom pernah ke Starbucks. meskipun lokasinya di kampus sendiri, kalo
inget gw anak kosan yang hidup merantau, gak pernah berani gw masuk
kesini. ini juga gw berani masuk cuma karena kemarin abis dapet tambahan
duit dan karena yang nyuruh gw kesini kayaknya bisa ngebunuh gw kalau
gw berani-beraninya gak dateng.
mana
ya yang ngundang gw? oh itu dia. lagi main apa tuh? wah iPad. depannya
kayaknya Galaxy SIII. terus apa lagi? kunci mobil? wah. makin nervous
gw. semoga kali ini gw ditraktir.
"misi Bang,"
Bang Yoga noleh dari iPad-nya, sekilas gw ngelirik gambar-gambar jalan dan tulisan dalam Bahasa Inggris.
"eh lo udah dateng. duduk duduk. lo mau beli apa?"
"apa aja Bang. saya belom pernah kesini,"
alisnya naik bentar tapi abis itu ekspresinya normal lagi. jantung gw entah kenapa berhenti sedetik.
"oke tunggu disini ya,"
gw
menghela nafas lega. beneran gw ditraktir nih alhamdulillah ya Allah.
ngomong-ngomong, udah gak segalak kemarin nih. apa cuma perasaan gw aja?
"nih Espresso. laki harus suka kopi,"
buset.
sebenernya gw pengen bilang gw lebih suka susu daripada kopi. ya meski
gak bikin gw tinggi-tinggi amat sih. tapi ada bagian dari si bang Yoga
ini yang bikin gw gak berani nolak.
"eh iya makasih bang,"
gw
ambil deh tuh cup Starbucks. rasanya pengen gw bawa balik terus gw
pajang. gw foto terus gw masukkin Facebook dengan caption "Starbucks
pertama gw."
"jadi gimana hubungan lo sama adik gw?"
apa katanya? gw gak bisa ngejawab karena mulut gw nempel di cup Starbucks. jadinya alis gw yang gerak-gerak dikit.
"Mimi,"
gw
pengen numpahin itu Espresso sampe nimpa iPad dan gadget lainnya saking
kaget sama kata-kata doi sekaligus ini minuman kok panas banget. untung
gw bisa nahan gak nyemprotin Espresso yang gw minum. abis nelen cairan
panas itu dengan susah payah, baru deh gw jawab.
"a-a-apa Bang, maaf?"
"iya gw tanya, gimana hubungan lo sama adik gw? katany lo deket sama dia?"
mampus gw. pantesan kok gw nurut aja sama abang ini. ternyata kakaknya Mimi toh. gak adik gak kakak sama-sama deh "intimidatif".
"ba-ba-baik bang,"
"masa?"
pasti
ada sesuatu nih makanya gw disidang. gw tau rasanya jadi si Baim yang
suka bilang, "tolong Baim Ya Allah." kali ini gw mau bilang, "tolong
Romi Ya Allah."
"saya emang deket Bang sama dia, udah sebulanan,"
"terus?"
"ya baru sampe tahap itu doang Bang,"
"lo
serius gak sama dia? dia kan lebih tua dari lo. kalo gak serius mending
tinggalin aja deh. adik gw bisa dapetin yang lebih baik dari lo,"
waduh.
bagai ditusuk sembilu nih gw. kalau diliat dari berbagai sudut sih
emang dia bisa dapet yang jauh lebih baik dari gw. dari segi finansial
aja gw udah kebanting, itu gadget kakaknya banyak bener. dari segi usia,
dia lebih tua dari gw. dia juga aktif ikutan ini itu. gw cuma ikut
kepanitiaan dan organisasi kampus doang. iya sih gw butiran debu, tapi
kan....
"kalau
maksud abang serius itu masuk ke jenjang yang lebih tinggi, misalnya
nikah, jujur itu belum bang. saya baru semester 3. cuma saya memang
punya perasaan khusus sama adik abang dan saya seneng deket sama adik
abang. semoga dia juga seneng deket-deket saya. memang saya lebih muda
dan saya juga gak kaya. tapi itu lain urusan bang,"
gila,
ngomong apa gw ini. buru-buru gw pegang cup Espresso takut isinya
disiram ke kepala gw. eh tapi di meja masih banyak barang yang bisa
dipake ngelempar sih. kalau udah gini, refleks gw harus bagus.
"gini
Rom. Mimi itu adik gw satu-satunya. gw juga deket banget sama dia. gw
gak bisa larang dia mau deket sama siapa aja. asalkan orang itu juga
harus lolos tes dari gw. untuk saat ini, dia juga seneng-seneng aja
deket sama lo. walaupun kemarin kayaknya kalian abis berantem ya? pesan
gw dikit sih. selama adik gw bahagia, ya silakan aja. tapi kalau gw tau
dikiiiiiit aja dia sedih karena lo, ati-ati aja ya,"
itu artinya dia ngijinin gw deket sama adiknya ya?
"baik Bang. makasih banyak bang. saya gak akan ngecewain abang kok,"
"oke deh. kalo gitu gw pamit duluan ya, thanks bro,"
dia
ngulurin tangannya kayak mau salaman. gw sambut salam hangat
terdahsyatnya. ternyata di keras banget salamannya. sekalian ngancem sih
ini pasti. glek!
Ayun
"maaf ka, ini kursinya dipake nggak ya?"
"oh nggak, ambil aja,"
"makasih
ka," Ayun senyum lebar banget ke kakak itu. kayaknya wajahnya mirip
seseorang deh. seseorang yang bikin Ayun senyum terus akhir-akhir ini.
sekarang Ayun sama temen-temen lagi di Green T. mau diskusi soal barang
bikinan tangan buat di acara pameran handicraft dua minggu lagi.
eh, baru dipikirin, orangnya dateng.
"Ayun? lagi apa?"
"Bang
Yoga! ini Ayun mau ngomongin soal pameran handicraft dua minggu lagi,"
Ayun senyum lebih lebar lagi. asik ketemu disini. gak sengaja pula.
hihihi. "Bang Yoga abis ngapain?"
"abis ketemu orang di Starbucks. eh Bang Yoga gak bisa lama-lama. mau ngerjain skripsi lagi sama kakakmu,"
"oke
Bang. semangat ya!" Ayun ngangkat tangan ala orang-orang Korea terus
ngasih tanda V pake jari kayak orang Jepang. Bang Yoganya ketawa. lucu
banget!
"makasih Yun,"
Mimi
oh
jadi cewe ini yang mengambil hati pikiran nyawa kakak gw di pagi buta,
siang hari, dan malam dingin? lucu juga. kayak anak kecil banget.
ekspresinya polos banget lagi. cocok deh sama kakak gw yang anak sulung.
pasti dia bawaannya pengen ngelindungin mulu.
tanpa
sadar aku senyum-senyum sendiri ngeliat adegan depan mata ini. begini
ya kalau kakakku lagi ketemu cewek yang dia sukai? ih dia malu-malu.
geli banget! biasanya galak hahaha
eh ternyata kakakku nyadar aku ngeliatin dia. eh dia ngajak cewenya juga.
"apaan
kamu senyam senyum sendiri kayak orang gila?" itu kalimat pertama
kakakku begitu nyamperin kursi tempat aku duduk. balik lagi kan
galaknya. padahal tadi kayaknya ramah banget.
"suka-suka aku dong." kataku sambil tersenyum.
"Ayun, ini Mimi. Mimi, ini Ayun," aku berdiri dan tersenyum. mengulurkan tangan lalu mengecup pipi kiri dan kanan Ayun.
"halo Ayun. i've heard a lot of you from my brother,"
Ayun keliatan kaget. tapi tetep aja dia senyum. pengen aku cubit deh pipinya.
"Bang Yoga cerita apa aja? gak yang jelek-jelek kan?"
"parah Yun. dia cerita yang jelek semua tuh,"
"HAAAAH?"
"boong dia. jangan percaya Mimi, Yun. dia emang jahil,"
aku nyengir.
"udah ah. aku harus ketemu dosen. pergi dulu ya,"
aku dan Ayun kompak mengangguk. kalau gini sih, buru-buru lulus deh kak, terus kerja terus lamar anak ini deh!
Yoga
"Bang Yoga ada waktu hari ini? Ayun mau ketemu, penting."
aku
melirik jam tangan, agenda, dan kalender yang semuanya berserakan di
meja belajar kamarku. hari ini hari Jumat. tidak ada agenda di kampus
maka aku bermaksud menyelesaikan skripsiku karena deadline pengumpulan
skripsi seminggu lagi.
"bisa sih, tapi sekitar dua jam lagi mungkin ya, ini abang lagi di rumah soalnya,"
"ya udah, jam 5 di The Harvest aja ya,"
tumben
nih ngajak ketemu sambil bilang penting. nada suarany begitu pula.
perasaanku gak enak nih. buru-buru aku ganti baju dan mengambil kunci
mobil. mengendarai mobil dari daerah Pondok Indah menuju MArgonda.
semoga tidak macet.
dua jam kemudian~
ah itu dia sosok anggunnya. tapi kok murung ya? Tiramisu kesukaannya juga gak dimakan.
"ada apa Yun?"
"kita gak boleh deket-deket lagi Bang,"
buset. belum apa-apa lho ini. langsung ngomong gitu aja.
"kok gitu? Ayun marah sama abang?" aku buru-buru duduk di kursi di sebelahnya. mau memegang tangannya tapi tak jadi.
dia menggeleng kuat-kuat. wajahnya hampir menangis. salah apa aku?!
"kemarin
Bunda cerita sama Ayun, ada anaknya temen Ayah mau ngelamar. terus sama
Ayah bakal diiyain soalnya dia udah lulus, udah kerja, pokoknya udah
mapan deh. terus Ayun kan gak berani ngebantah Bunda sama Ayah. jadi
jadi jadi..."
belum
sempat dia menyelesaikan kalimatnya, dia sudah keburu menangis. seiring
dengan turunnya hujan di luar. sama-sama deras. sama-sama membuat
suasana muram.
"jadi Ayun ngajak ketemu sekarang buat bilang Ayun mau nikah sama yang lain?"
bukannya menjawab, dia malah menangis semakin kencang. aku bingung. hujan, harus bagaimana ini?
Mimi
sekarang
aku yang curiga sama kakakku. minggu kemarin dia nyampe ke rumah
basah-basahan. aku bingung, emangnya atap mobilnya bisa bocor ya? terus
setelah itu dia gak keluar kamar sedikit pun. makan juga di kamar. kalau
ke kampus pagi bener dan pulang malem bener. menurut pikiranku sih dia
sibuk sama skripsinya. kata Kak Aldi deadline skripsi hari ini. kalo gak
hari ini, dia gak bisa lulus semester ini.
tapiiiii
sebagai adik yang baik hati cantik menawan perhatian peduli dan suka
menabung ini, kayaknya gak cuma itu doang deh. masa iya ngerjain skripsi
ampe gak kenal dunia luar? waktu gak sengaja lewat Teknik, aku ngeliat
kakakku bukannya ngerjain skripsi malah bengong. ampir aku sambet pake
bangku.
"kakakku aneh banget deh. dia bengong mulu seminggu ini,"
aku
bersandar pada sofa yang tersedia di ruangan komputer Perpus Pusat
sambil menyedot susu Ultra rasa coklat. di sebelahku Romi sedang
menekuni laptopnya. mengerjakan paper sebagai pengganti UAS.
"kata
kamu dia lagi fokus skripsi?" aku melirik Romi. dia berbicara tanpa
memandangku. matanya memandang layar laptop dan jarinya lincah bergerak
di atas keyboard.
aku menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri.
"iya
sih katanya gitu. tapi gak bener-bener kayak fokus ngerjain skripsi.
lebih kayaaaaaakkkkk... putus cinta! kamu pernah liat orang putus cinta
gak?"
"pernah,"
"nah kayak gitu. diem. tatapannya hampa. gak minat ngapa-ngapain,"
"apal banget?"
"kan pernah. hehehe"
"coba kamu tanya aja. bukannya kalian suka cerita-ceritaan ya?"
"nanti
malem deh aku tanya. kebetulan deadline skripsi dia hari ini. jadi
harusnya udah gak ngapa-ngapain lagi sampe sidang nanti,"
trulululut~
aku
melirik sekilas ke layar hape Romi yang tersimpan di dekatku. "Jihan".
hmm, Jihan? itu bukannya nama mantannya? kok nelepon-nelepon lagi? Romi
melirik sekilas ke arahku sebelum mengangkat telepon itu. aku cuma
mengangkat alis. ketika dia dan Jihan terlibat obrolan dalam bahasa
Padang, aku langsung bersender ke sofa. gak ngerti!
liburan Natal dan Tahun Baru~
aku
dan keluarga menghabiskan liburan ke Yogya. ke tempat sahabat ayah.
mereka merayakan Natal, jadi rumah besarnya terasa lebih ramai. meski
aku dan keluarga tidak merayakan Natal, tapi kami tetap merasakan
keramaiannya. sebetulnya, merasakan keramaian merupakan kata yang tidak
tepat. aku dan kakakku sama-sama murung. kami setuju untuk pergi ke
Yogya karena kebetulan UAS-ku sudah selesai dan sidang kakakku baru
setelah tahun baru nanti. lagipula, kami butuh sedikit suasana baru.
"masih
hujan aja," aku menggumam sambil menatap butiran-butiran hujan yang
membasahi jendela. tanganku memegang erat mug berisi susu coklat hangat.
di depanku, kakakku memegang mug yang sama besar namun berisi kopi.
kami berdua duduk di selusur jendela yang muat diduduki dua orang
dewasa. ini bagian dari dekorasi di kamar yang kami pakai. tepatnya, ini
kamar yang kupakai. kamar kakaku ada di sebelah.
"masih
hujan sampai Februari katanya," kakakku ikut menatap keluar jendela.
butiran hujan terpantul di kacamatanya. udah lama dia masih sedih aja.
aku juga belum sempat bertanya alasannya
"kakak kenapa?"
"apanya?" dia melihat ke arahku dengan tatapan heran.
"udah lama kakak sedih mulu. berubah. diem terus. gak banyak ngomong. gak ngejailin aku lagi. gak kakak banget deh,"
tak
perlu banyak bujuk rayu, dia sudah langsung bercerita. cerita tentang
Ayun yang katanya dijodohkan dengan pemuda pilihan ayahnya. ini cukup
menampar dirinya.
"kakak gak coba ngobrol sama orang tuanya? kakak juga kan bentar lagi lulus. bisa kok bahagiain Ayun,"
"Ayun itu nurut banget sama orang tuanya. sekali ortunya ngomong A, ya dia pasti nurut."
"hmmmm," aku ikut merasa sedih. kakakku kan belum pernah seperti ini sebelumnya. sekalinya ia suka, cewenya pergi.
"kamu sendiri kenapa? si Romi ngapain lagi?"
giliran
aku yang bercerita. ternyata dia dan mantan pacarnya masih suka
berhubungan. masih suka telepon-teleponan, BBM-an. walaupun gak pernah
ketemuan karena mantannya ada di Padang sana. walaupun dia bilang udah
gak punya perasaan apa-apa, tapi dengan komunikasi mereka yang intens,
aku merasa kesal. akhirnya tiga hari lalu aku bertengkar dengan dia. aku
biarkan saja dia kembali lagi ke mantannya itu.
"cuma gitu?"
"kok cuma sih? itu ngeselin tau kak!"
"nggak, maksudnya dia kan cuma teleponan atau BBMan, bukan beneran balikan,"
"ya tapi kalau masih intens berhubungan berarti masih ada apa-apanya dong?"
"kata Romi apa?"
"dia gak banyak ngomong. dia bahkan gak ngebantah tuntutan aku,"
aku memandang keluar jendela lagi.
"eh pelangi!"
kakakku ikut memandang keluar.
"cantik banget," aku memandang pelangi yang terukir indah di langit. dihiasi butiran-butiran air sisa hujan.
"pelanginya kembar," ujar kakakku. aku melihat langit dengan lebih jelas dan ternyata benar. pelanginya ada dua.
"wah
bagus banget! itu masing-masing buat kita kak! itu tandanya bahwa
setelah hujan yang menimpa kita berdua, pasti ada pelangi indah yang
menanti. karena pelangi tidak akan pernah muncul tanpa hujan. kita juga
gak akan pernah ngerasain apa kebahagiaan tanpa pernah ngerasain apa itu
kesedihan,"
"bijak banget. siram nih,"
"woooyyyyy~"
Yoga
besok
sidang. selangkah menuju penambahan gelar di belakang nama. adikku
berkali-kali menyuruhku pulang cepat. katanya supaya besok bisa lebih
fit. tapi seharian ini aku malah mendekam di kampus. berdiskusi dengan
dosen dan teman-teman yang sudah sidang lebih dulu. mempersiapkan diri
dengan materi-materi dan latihan menjawab. sekitar jam 4 sore aku
beranjak pulang, tapi entah kenapa aku malah mengarahkan mobilku ke arah
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ini. kuparkir mobilku dan
aku berjalan menuju wilayah yang mereka sebut DPR. aku tidak tahu
kemana arah aku berjalan. aku cuma berjalan kemana angin membawaku. dan
rupanya angin membawaku menuju seseorang yang akhir-akhir ini tak lepas
dari pikiran.
ia
mengenakan baju ungu dan tampak kesulitan membawa sebuah buku besar.
awalnya ia tidak melihatku. aku juga hanya berdiam diri dan menatapnya.
setelah beberapa lama akhirnya dia melihatku. buku yang ia pegang hampir
saja terjatuh. perlahan, ia mulai berjalan ke arahku.
"apa kabar?" tanyanya begitu ia sampai di depanku. masih sama seperti dulu. wajah cantik dan polosnya.
"baik,"
"abang besok sidang ya?"
aku mengangguk.
"semangat ya bang. semoga sukses!"
aku mengangguk lagi.
"Ayun mau balik ke departemen. duluan ya Bang,"
ia pun mulai berjalan menjauhiku. aku cuma diam. tiba-tiba dia berbalik dan memanggil namaku.
"Bang
Yoga! Ayun gak jadi dijodohin. Ayun gak mau. Ayun gak suka sama
orangnya. Ayun lebih milih orang lain, temen kakaknya Ayun,"
setelah berkata seperti itu dia pun berbalik dan benar-benar menjauh. tanpa sadar aku tersenyum.
Mimi
"kemana
sih jam segini belum pulang juga? kan besok sidang! gak lucu deh nih
kalau ntar tidur kemaleman terus telat dateng sidang. aaaahhh,
kakaaaaakkkk!"
aku
berjalan mondar mandir di ruang tamu menunggu kepulangan kakakku.
memang dia yang bakalan sidang skripsi besok. tapi aku yang sewot
setengah mati. dia harus fit! harus gagah. harus segar. gak boleh telat
tidur, gak boleh ngantuk. harusnya jam segini udah pulang. udah MAghrib
ini. rencananya abis shalat Maghrib terus Isya, makan, terus tidur.
bel
berbunyi. aku bingung. kenapa kakak harus membunyikan bel segala? kan
dia bisa langsung masuk. aku berlari menuju pintu dan membukanya. kaget
mendapati seseorang yang berdiri di sana.
"Romi?"
"hai. may I come in?"
aku masih bingung tapi kubiarkan dia masuk ke ruang tamu. "mau minum apa?"
"gak usah," dia tersenyum. seperti robot, aku duduk di depannya.
"so?"
"kamu
harus percaya bahwa aku gak ada perasaan apa-apa lagi sama Jihan. udah
lama dia ngehubungin karena setelah putus, kami malah jadi kayak
saudara. sebentar lagi dia bahkan mau nikah. dia banyak diskusi sama aku
karena calon suaminya tinggal di Jakarta juga. banyak yang mau dia
tanyakan, gimana ngadepin orang yang udah lama di Jakarta. cuma itu.
kamu gak perlu ragu sama . . ."
jadi begitu? alasan kenapa dia dekat lagi dengan mantan pacarnya itu? tapi kenapa dulu dia tidak membantah?
"karena
JIhan minta aku gak cerita sama siapa-siapa. itu amanah. maaf karena
akhirnya bikin kamu kesal. bahkan kamu segitu marahnya sampe gak jawab
BBM aku satupun. aku minta maaf. mau maafin?"
aku
mengangguk. lalu berkata, "jangan sekali-kali lagi nyembunyiin apapun
dari aku, apalagi menyangkut aku dan kamu. apa-apa yang gak tersampaikan
itu bisa menimbulkan kecurigaan yang besar. meski aku tahu kita harus
saling percaya, tapi aku juga mau kita saling jujur dan terbuka. aku gak
percaya sama kamu karena kamu gak jujur, padahal aku selalu cerita
tentang semuanya,"
"sekali lagi maafin aku. tolong ingatkan aku kalau aku mulai melakukan hal-hal aneh lagi. will you?"
"i
will," aku tersenyum semanis yang aku bisa. aku ingin kami berdua
saling jujur. saling mengoreksi jika ada kesalahan. bukannya membiarkan
yang satu semakin terjerumus dalam kesalahan dan berlanjut menuju
kesalahpahaman.
"assalamualaikum!"
aku menoleh dan mendapati kakakku memasuki rumah.
"Kak! kok baru pulang?"
"abis siap-siap buat besok. eh ada Romi?"
aku
mengangguk dan buru-buru memegang tangan kakakku sebelum dia sempat
marah. terakhir kalinya aku membicarakan Romi padanya, aku dan Romi
masih bertengkar. aku berikan isyarat bahwa semuanya baik-baik saja.
dia mengangkat alisnya lalu mengangguk.
"ada berita bagus juga buat kamu," dia tersenyum misterius, mengangguk ke arah Romi, lalu menuju kamarnya.
Romi
sebagai
calon adik ipar yang baik, gw ada di sini, di Fakultas Teknik, demi
mendukung calon kakak ipar gw yang mau sidang. er, lebih tepatnya
nenangin adiknya sih. kakaknya udah masuk ruang sidang, sambil
ketawa-ketawa malah, bercanda sama dosen pengujinya, eh ini adiknya yang
nervous. jalan bolak balik, keringetan, gigitin kuku.
"udaaah,
kakak kamu aja tenang banget. kenapa kamunya yang heboh? sini duduk,"
gw tepok-tepok kursi di sebelah gw supaya dia duduk. nurut ternyata.
"kakakku tuh santai banget deh. gak ada grogi-groginya sama sekali. kalau gak bisa jawab pertanyaan dosen gimana?"
"pasti
bisa. kalau dia santai begitu berarti dia punya kesempatan menang," gw
ulurin tangan dan megang kedua tangannnya. dia kaget. gw lebih kaget.
Mimi
ya ampun. ini beneran tangan aku dipegang ya? aduh aduh mukaku rasanya panas.
"Kak?"
ada yang manggil! buru-buru aku tarik tanganku dan berdiri. salting parah!
"eh Ayun?" ini berita bagus yang dimaksud kakak? dia udah balikan sama Ayun?
"Bang Yoga udah keluar?"
"be-be-belom. baru bentar di dalemnya," siyal, masih grogi. cuma dipegang tangan doang padahal.
"oh. eh ini kakakku, namanya Aldi. temennya Bang Yoga," kata Ayun mengenalkan seseorang yang berdiri di sebelahnya.
"udah kenal kok Yun hehe,"
tak lama kemudian kakakku keluar dari ruang sidang. ia terlihat berseri-seri. berarti sidangnya lancar.
"S.T!" katanya sambil tertawa.
"horeeeee!!!!"
aku memeluk kakak satu-satunya itu. ikut senang atas pencapaiannya ini.
semester depan giliranku. banyak orang mengantri untuk mengucapkan
selamat, aku tidak boleh memonopoli kakakku sendirian.
Romi
mengucapkan selamat dan mereka bersalaman layaknya.....saingan bisnis?
lalu kakakku bersalaman dengan Kak Aldi, mendoakan Kak Aldi yang
gilirannya sebentar lagi tiba. dan ia pun sampai ke Ayun, yang
memberikan buket bunga untuk kakakku.
"selamat ya,"
"terima kasih,"
wow
kakakku tersenyum lebar sekali. untuk sekali ini kakakku terlihat
ganteng! dengan setelan rapi dan wajah berseri-seri karena lulus sidang
plus berbaikan dengan wanita pujaannya. tak akan kuberitahu dia bahwa
aku pernah berpikir begini.
"buat kakakku, ini adalah pelanginya, karunia yang ia dapatkan setelah hujan badai,"
"dan pelangi buatmu sendiri?" Romi berdiri di sebelahku, memandangku sambil tersenyum.
"kamu,
kakakku yang berbahagia, keluarga, teman, sahabat adalah pelangi yang
aku punya dan akan bertahan lebih lama daripada hujan itu sendiri."
THE END
---
oke,
jangan bayangin pemeran-pemerannya dengan wajah kami-kami ya. karena
tingkat kegeliannya bakal meningkat. saya aja suka geli sendiri pas
nulisnya. hahahaha. sekali lagi ini murni fiksi semata, karakter, alur
cerita, dan dialog seratus persen rekaan. terima kasih sudah membaca :)
Komentar