Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Miserable Fate - 13

  Mint Kehangatan rasa, kebaikan Ian memegang mangkuk berisi Indomie dobel dengan telur rebus, sayur, dan cabe rawit sebagai pelengkap. Dia duduk dengan fokus menonton TV sambil mengunyah. Di sampingnya, Liv memakan roti bakar Nutella, menonton dan sekali-kali menatap Ian. Tampaknya Ian sudah mandi. Wajahnya terlihat bersih, pakaiannya rapi, dan tentu saja dia wangi. Liv baru menyadari.  “Lo nggak ada rencana kemana-mana hari ini Yan?” Liv membuka obrolan.  Ian menggeleng lalu menyuapkan mie ke mulutnya. Setelah dia menelan, Ian lanjut menjawab. “Gue mau istirahat seharian di rumah. Seminggu kemarin gue lembur terus.”  “Oh gitu,” Liv mengangguk, kembali memakan rotinya. Ketika Ian tidak terlihat akan mengajukan pertanyaan lain, Liv sedikit gemas. “Lo gak mau tanya apa aktivitas gue hari ini?”  Ian menoleh kepada Liv, terlihat bingung dan mengangkat alisnya. “Kenapa gue harus tanya?”  Liv memutar bola matanya. Ian kembali menyebalkan. Ke mana Ian yang tadi m...

Miserable Fate - 12

  Apple Blossom Keberuntungan, pilihan Ian bersenandung sangat pelan begitu turun dari motor dan berjalan menuju tower apartemennya. Dia pulang tidak lama setelah matahari terbenam. Sesuatu yang perlu dirayakan bagi Ian sendiri. Ian sudah berencana akan mengeluarkan Xbox dan bermain sampai pagi. Toh besok hari Sabtu. Ian juga tidak lupa akan memesan pizza untuk dia nikmati dengan damai di kamarnya.  Langkah Ian terhenti ketika dia melihat seseorang turun dari mobil sembari menangis. Perempuan itu menutup pintu dan mengambil barang di bagasi sambil tersedu. Pundaknya naik turun dan sesekali dia mengusap matanya dan hidungnya dengan asal. Perasaan Ian terpisah antara turut prihatin sekaligus ingin tertawa melihat adegan itu. Tetapi rasa ibanya lebih tinggi daripada rasa jahilnya sehingga Ian memutuskan untuk menghampiri perempuan itu.  “Kalau nangis ya nangis aja. Gak usah sambil bongkar muat,” ujar Ian saat sudah berada di samping perempuan itu.  Dia menoleh kaget, m...

Miserable Fate - 11

  Agnus cactus Lalai Liv menaruh tas di kursi kerjanya. Sepagi ini rupanya sudah ada undangan yang ditaruh di mejanya, mungkin oleh Messenger Crystal Corp. Liv membuka amplop dan melihat isinya. Rupanya sebuah undangan pembukaan club baru di daerah Pejaten. Liv mengernyit. Rasa-rasanya dia tidak punya riwayat suka clubbing sehingga harus diberikan undangan seperti ini. Liv mengeluarkan iPad-nya untuk sedikit mencari informasi mengenai club baru ini.  Rupanya ini adalah club yang dibuat oleh salah seorang penyanyi kelas menengah yang lebih banyak membuat tragedy daripada prestasi. Memang Liv pernah bertemu dengan penyanyinya sendiri dan managernya saat Liv menemani Crystal taping salah satu talkshow. Penyanyi ini menjadi bintang tamu di episde berikutnya. Harus Liv akui bahwa baik si manager maupun penyanyinya, begitu tertarik mendekatkan diri dengan Crystal dan Liv. Sepertinya mereka berpikir bahwa dengan mengenal dan terlihat akrab dengan Crystal, itu dapat meningkatkan pamor...