Wide Open
di sebuah planet di gugusan Bima Sakti, tersebutlah tiga keluarga di sebuah negara yang terdiri dari 9 huruf, huruf awalnya I, akhirnya A, 5 suku kata, pulau terbesarnya Kalimantan....sebut saja Indonesia #lah
keluarga 1:
keluarga Joyowijoyo, memiliki perkebunan kelapa sawit dan usaha di bidang perbankan (berasa Keluarga Hartono. itu tuh yang punya Djarum sama Bank BCA). keluarga tersebut memiliki tiga orang anak, anak sulung bernama Faldo, baru lulus kuliah dana kan melanjutkan S2 di London (EAAA!) sekaligus bertemu One Direction. anak kedua bernama Mimio, sudah lulus dan bekerja di bank keluarganya (kok adiknya lulus duluan daripada kakaknya? #tanyakenapa). anak ketiga bernama Ernito, sudah lulus dan bekerja di perusahaan KAP, eh, kelapa sawit keluarganya.
keluarga 2:
keluarga Bromo, keluarga yang sangat sederhana, sang ayah dan ibu adalah pejabat kelurahan setempat. anak sulungnya, Nicko adalah sahabat dekat Faldo Joyowijoyo sejak di bangku SMA. ia sangat tekun dalam membantu ekonomi keluarganya yang sederhana. di samping kuliah, ia bekerja membantu tulang demi masa depan cerah nan gemilang. bahkan ia sering tidak mengikuti ajakan teman-temannya untuk hura-hura karena ia harus menghemat. sedikit berbeda dengan Numeio, ia tidak seperti kakaknya yang membantu perekonomian keluarga, Numeio fokus mengejar cita-citanya. ia berjiwa bebas dan kreatif. senang melakukan apa yang ia inginkan.
keluarga 3:
keluarga Ciremai. saingan bisnis keluarga Joyowijoyo. keluarga ini memiliki 1 pasang anak kembar, Yasir dan Yogar. keduanya setingkat dengan Faldo dan berkuliah di universitas yang sama, meski di jurusan yang berbeda (jurusan bro jurusan, satu di Manajemen, satu di Akuntansi, satu di Ilmu Ekonomi kali yah). mereka berdua lulus lebih dulu dan langsung terjun di bisnis bank dan kretek keluarganya.
cukup perkenalannya, dan cerita pun dimulai...
"mas, ada undangan party lagi nih," Mimi membolak-balik kertas tebal dan halus berwarna biru muda di tangannya. membaca ulang nama yang tertera disitu, Jasmine 23rd Birthday Party (ultah ke-23 aja masih dirayain. dasar orang kaya).
"terus?" tanya Faldo tanpa mengangkat matanya dari koran yang sedang dibacanya.
"dateng gak?" Mimio duduk di kursi sebelah kakaknya. mengambil roti dan mengolesinya dengan selai nanas. hari Minggu pagi dan baru ada dia dan kakaknya di meja makan. orang tua mereka sedang di Jerman sedangkan Ern masih di kamarnya.
"kamu aja yang dateng," jawab Faldo, masih tanpa mengangkat pandangannya.
Mimio memutar kedua bola matanya. "tetep deh. pasti gak mau ketemu si kembar Yasir dan Yogar."
kali ini sentilan Mimio berhasil. Faldo meletakkan kopi yang sedari tadi dia minum sambil membaca koran lalu melipat pelan koran tersebut.
"hmm," Faldo hanya merespon seadanya lalu mengambil roti.
"kenapa sih, masih bete gara-gara masalah tender yang dulu itu?"
Faldo mengangkat bahu perlahan. kalau kakaknya sudah merespon sependek itu lebih dari sekali. maka ketiga kalinya pun tak akan ada respon apa-apa. Mimio diam. ia memandang undangan itu lagi. 'pengen dateng sih...'
***
"dateng gak bro?" Yogar melempar undangan biru muda ke depan meja belajar saudara kembarnya lalu merebahkan diri di kasur empuk berseprai biru dongker. kasur di kamarnya sendiri berseprai biru laut. mereka sama-sama penyuka biru (ceritanya sih begitu).
Yasir yang sedang menekuni laptopnya langsung melirik undangan tersebut, membacanya sekilas, lalu kembali menatap laptopnya. "Joyowijoyo diundang juga gak?"
"pasti lah. si Jasmine kan naksir Faldo," jawab Yogar kalem.
"we'll come then,"
"sip,"
***
Sabtu pekan berikutnya, mengenakan gaun hijau botol, bersama adiknya Ern yang manis mengenakan gaun merah tua, Mimio memasuki lobi hotel bintang 7 (puyer kali) untuk menghadiri pesta ulang tahun Jasmine. sang pemilik pesta tampak begitu bersinar di tengah keramaian (iya, bajunya pake lampu neon). Mimio dan Ern menghampiri Jasmine setelah menitipkan hadiah berupa satu bros berhiaskan Kristal Swarovsky di meja resepsionis (horangkayah!).
"hai Jasmine," panggil Mimio. ia tidak menyadari siapa yang sedang bicara dengan Jasmine. begitu namanya dipanggil, Jasmine menoleh, begitu pula orang yang sedang mengobrol dengannya, Yasir. ekspresi Mimio seketika berubah namun ia berusaha tidak menunjukkannya. "happy birthday, dear."
Jasmine tersenyum seadanya lalu membalas uluran tangan Mimio dan Ern dan mengecup kedua pipi mereka. "Faldo ga dateng?" tanya Jasmine tanpa memandang Mimio ataupun Ern melainkan melongok ke belakang mereka, berharap Faldo tertinggal di belakang.
Mimio melirik Ern sekilas, Ern langsung mengikik pelan. "hmm, nggak. ada kerjaan di kantor,"
"dia masih ngurusin kerjaan kantor? bukannya mau ke London?" tanya Jasmine hampir over suprised.
"sejak lama kan mas Faldo udah ngurusin kerjaan kantor makanya telat lulus kuliah. jadi sekarang juga beresin urusan dulu sebelum lanjut kuliah," Mimio tersenyum terlalu manis. sengaja menambah jengkel Jasmine.
"ya udah deh, enjoy the party," kata Jasmine yang juga tersenyum dipaksakan dan lalu meninggalkan Mimio ern bersama Yasir.
"girls," gumam Yasir.
Mimio menoleh di saat yang sama ketika Yasir juga menoleh padanya. menyebabkan Mimio langsung memalingkan muka.
"hmm, aku lihat temen-temen aku tadi. aku samperin mereka dulu ya," kata Ern tiba-tiba lalu pergi setelah mengedip ke arah Mimio.
"eh?" ujar Mimio kaget namun ia tidak sempat mencegah Ern beranjak.
"so..tinggal kita disini. you looks so good on green," komentar Yasir spontan (uhuy!) membuat wajah Mimio memerah lagi.
***
meanwhile in a small house...
"kalo gw gak salah inget, ini malem Minggu deh..." ujar Nicko pada seseorang yang sedang membaca buku di sebelahnya. Nicko sendiri sedang memainkan PS 3 yang dimenangkannya melalui sebuah kuis.
"ingatan lo masih bagus kok," jawab Faldo seadanya.
"terus kenapa lo disini?"
"karena takdir membawa gw kesini,"
"harusnya malem Minggu gini lo malmingan,"
"lo aja di rumah,"
"gw ga ada pesta yang harus didatengin,"
"gw juga gak ada,"
"pestanya Jasmine?"
"siapa tuh?"
Nicko tertawa. orang ini memang suka dingin kalau menyangkut urusan cewek. Nicko menghentikan permainannya lalu benar-benar menoleh pada sahabatnya.
"adik-adik lo pasti dateng kan?"
Faldo mengangguk.
"keluarga Ciremai dateng juga dong?"
neuron-neuron di otak Faldo bergerak cepat menyambung informasi-informasi menjadi satu kesimpulan.
"sial!" Faldo buru-buru mengambil kunci mobil dan menghampiri mobilnya. bergegas menuju tempat pesta. kalau tidak salah Mimio sempat menyebutkan tempatnya. Nicko hanya geleng-geleng dan melanjutkan permainannya.
***
pukul setengah 11 malam jalanan tidak terlalu ramai. dalam waktu setengah jam, Faldo sudah mencapai tempat pesta Jasmine diadakan. meski bersetelan jeans dan kemeja biasa, penerima tamu tidak perlu sibuk meminta undangan karena mereka tahu siapa yang datang. Faldo memasuki aula dan langsung mencari adik-adiknya. ia melihat Jasmine dan langsung menyelinap agar tidak terlihat oleh Jasmine. tujuannya sekarang ada menemui adik-adiknya dan menjauhkan mereka dari keluarga Ciremai.
tidak berapa lama Faldo berhasil menemui Ern yang sedang mengobrol bersama teman-teman kuliahnya di salah satu meja.
"kakakmu mana?" tanya Faldo tanpa basa-basi. semua yang duduk di situ langsung diam, terpana melihat kehadiran Faldo yang tiba-tiba. sosok yang sering mereka bicarakan karena cool, tampan (masa sih?), prestasi, dan keluarganya.
dengan polos, Ern menunjuk Faldo.
"satunya," kata Faldo tidak sabar.
"gak tau. tadi sih lagi ngobrol sama Yasir," Ern langsung menutup mulutnya. keceplosan. benar saja, mendengar itu Faldo langsung geram.
"ayo," tanpa banyak membantah, Ern mengikuti kakaknya sambil melambai kepada teman-temannya.
belum sempat menemukan dimana lokasi Mimio berada, Faldo tiba-tiba dihadang Jasmine yang akhirnya menemukannya.
"Faldoooooo!!!" seru Jasmine dengan suaranya yang melengking, ditambah ekspresinya yang berseri-seri, membuat para tamu melirik ke arahnya.
"halo, Jasmine. selamat ulang tahun. semoga lo selalu diberikan kebahagiaan. nah, lo liat adik gw yang satu lagi gak?" dengan cepat Faldo menjabat tangan Jasmine lalu pura-pura melirik kesana-kemari. meskipun ia belum menemukan posisi Mimio, ia pura-pura menyadari keberadaan adiknya. "oh itu dia. thanks for inviting me and my sisters. time to go home now."
Faldo tersenyum singkat lalu berjalan cepat menghindari Jasmine. Ern mengikuti di belakangnya sambil tersenyum geli. sementara Jasmine hanya bisa bengong.
"gak baik lho nyuekin yang punya acara," ucap sebuah suara yang membuat Faldo menghentikan langkahnya. Yogar sedang menatap gelas cocktail-nya namun Faldo tahu persis kata-kata itu ditujukan untuknya. "adik lo seneng banget tuh kayaknya ngobrol sama adik kembar gw."
tanpa merespon apa-apa, Faldo langsung berjalan kembali. semakin ingin segera menemukan Mimio!
***
suasana sarapan di hari Minggu itu berbeda 180 derajat dengan cuaca hari Minggu itu sendiri. langit begitu cerah dan angin bertiup sepoy-sepoy. namun di meja makan keluarga Joyowijoyo, petir seakan menyambar-nyambar. Mr and Mrs Joyowijoyo berganti-ganti memandang anak sulung dan anak kedua mereka, lalu memandang satu sama lain. setelah berkali-kali memandang tanpa menemukan jawaban, mereka memandang Ern namun Ern hanya menggeleng lesu. Faldo nampak bisa membengkokkan garpu dan Mimio bisa melempar pisau kapan saja. namun begitu, mereka bisa menjalani sarapan tanpa membuat keributan.
"jadi..." Mr. Joyowijoyo meletakkan garpu dan pisau meski sarapannya belum selesai, karena bingung melihat kelakukan kedua anaknya. "...kenapa dengan Faldo dan Mimio?"
"gapapa," jawab Mimio.
"nothing," jawab Faldo.
Mr. Joyowijoyo memutar bola mata. persis kebiasaan Mimio jika ada hal yang diragukannya.
"aku udah selesai makan. mau di kamar terus ngerjain laporan buat besok," ucap Mimio lalu langsung berjalan cepat menuju kamarnya.
"aku juga di kamar, persiapan ke London," jawab Faldo.
melihat kakak-kakaknya 'kabur', Ern khawatir dirinyalah sasaran pertanyaan kedua orang tuanya. maka ia buru-buru kabur juga. "aku harus nyiapin bahan meeting besok. bye mom, dad,"
Mrs. Joyowijoyo memandang suaminya. "sudah bukan waktu kita lagi kah untuk tahu masalah yang dihadapi anak-anak kita?"
Mr. Joyowijoyo hanya menggeleng.
***
"kali ini gw kesel banget sama kakak gw!" Mimio mulai bercerita kepada Numeio. salah satu teman dekatnya karena kedekatan kakak mereka.
"apalagi?" tanya Numeio kalem. samar-samar terdengar suara orang berhitung. saat ini pasti Numeio sedang melakukan aerobik mengikuti acara di televisi.
Mimio menceritakan kejadian malam sebelumnya... "kemarin kan gw dateng ke pesta ulang tahunnya Jasmine. lo tau Jasmine? yang naksir banget kakak gw, yang kuliahnya di Bakrei. kakak gw gak mau dateng, jelas. dia gak mau ketemu Yogar Yasir. ya udah gw sama Ern dong yang dateng. gak enak kan kalo gak ada satupun diantara kami yang dateng?! gw tau sih itu undangan sebenernya buat kakak gw doang, tapi kan ditulisnya Joyowijoyo, jadi ya udah gw dateng aja. disana, gw ngobrol sama Yasir. lama sih. gw tau kakak gw pasti gak seneng kalau dia liat. tapi ya udah sih, toh cuma ngobrol doang. di ruangan gede pula. bukan tentang bisnis sama sekali. pas lagi ngobrol, entah kenapa tiba-tiba kakak gw dateng dan nyuruh gw pulang. pake narik-narik tangan gw segala. saat itu yasir kalem, dia minta Faldo gak usah maksa gw. tapi kakak gw malah cuek aja dan terus narik tangan gw. bayangin! di pesta segede gitu, dia nyeret gw dari tengah aula ke parkiran. gila gak tuh?! gw mau teriak-teriak ntar orang-orang pada seneng. tapi gw keki juga. ya udah di sepanjang jalan gw berantem deh sama dia. yang gw gak suka itu, kenapa sih dia yang benci sama Ciremai tapi gw yang kena? udah gitu caranya barbar pula. hih!"
setelah menjelaskan ceritanya, Numeio diam saja.
"kok lo diem?"
"oh udah ceritanya?"
"udah," jawab Mimio gemas.
"soalnya cerita kakak lo ke kakak gw belom selese tuh,"
"HAH?"
***
"gak ngerti deh kemarin itu kenapa Mas Faldo bisa sampe semaksa itu," ujar Ern pada Nicko saat mereka makan siang bersama. sebelumnya mereka mendiskusikan kejadian di pesta ulang tahun Jasmine yang melibatkan pemeran utama Faldo-Mimio-Yasir.
"gw kira tuh dia udah lebih santai ngadepin Ciremai Brothers. padahal kejadiannya udah 6 tahun lalu lebih kan.." balas Nicko kalem.
"apanya yang 6 tahun? bukannya Mas Faldo kesel sama Ciremai Brothers karena kalah tender yang taun kemarin itu?" tanya Ern tidak mengerti.
"ada hal yang bikin Faldo lebih kesel jauh sebelum urusan tender itu," Nicko memijat dahinya. pusing sendiri mengingat kejadian sewaktu SMA dulu.
"Mas Faldo gak pernah cerita..."
"dulu Faldo pernah punya pacar namanya Gaby, tapi kegap ngeduain dia sama Yogar. gak sesimpel itu sih ceritanya, tapi sejak itu dia benci banget sama Yogar, Yasir jadi kebawa karena mereka kan kembar..."
***
Mimio mengaduk-aduk Spaghetti Carbonara menu makan siangnya tanpa minat sedikit pun. di hadapannya, Numeio menyeruput Jus Orange+Tomat dengan semangat.
"gak usah sesedih itu juga sih, kan lo sama Yasir juga cuma ngobrol biasa," kata Numeio santai.
"bukan masalah ngobrol sama Yasirnya," Mimio menggeleng-gelengkan kepala. "tapi kenapa harus maksa banget dan kenapa harus bawa-bawa gw di masalah dia? dia yang benci ya udah, gak usah ajak gw segala."
"kan lo adiknya,"
"terus?"
"ya dia gak suka dong ngeliat adiknya deket sama cowo yang dia benci. eh itu cowo gw!"
belum sempat Mimio membalas, ia keburu memperhatikan orang yang baru masuk dan ternganga seketika. cowok itu ganteng, tapi gaya berpakaiannya terlalu santai, dengan jeans bolong, kaos lusuh, dan sepatu Converse belel ditambah tas ransel yang entah sudah berapa tahun dipakai.
Mimio memandang Numeio yang berseri-seri, bergantian dengan cowo yang lusuh itu. mulutnya menganga.
"Sena, ini Mimio. Mimio ini Sena,"
Mimio tersenyum canggung lalu menjabat tangan Sena. Sena tersenyum lebar, senyum yang ramah.
"Sena ini cowo gw. Kami baru jadian sebulan lalu. gw belom sempet cerita ya? hahaha. ya udah sekarang udah tau ya. dia jago ngelukis lho. main gitar, drum, sama cajon juga bisa.." Mimio hanya mengangguk mendengar penjelasan Numeio. masih takjub. "gw ketemu dia pas di pameran foto yang tahun kemarin itu lho Mi. oiya Sen, Mimio ini adiknya sahabatnya kakak gw."
"oh adiknya Faldo ya?" kata Sena bersemangat.
Mimio mengangguk. "lo kenal kakak gw?"
Sena menggeleng. "nggak. tapi siapa yang gak tau kakak lo? di samping keluarga lo emang terkenal, dianya juga berprestasi gitu kan?"
"hmm," respon Mimio singkat. dia mengunyah spaghetti yang sekarang terasa seperti karet.
"dia lagi bete sama kakaknya," bisik Numeio namun tetap bisa terdengar Mimio."cabs sekarang yuk?"
"yuk," jawab Sena.
"Mi, gw sama Sena mau hunting alat lukis dulu. duluan ya. jangan bete mulu lo. cantiknya ilang ntar," kata Numeio lalu mengecup pipi Mimio lalu melambai sambil tersenyum lebar. Sena ikut melambai namun Mimio hanya mengangguk.
***
"Pak Yasir,"
"Pak Yasir!"
"Pak Yasir!!!"
"Oh! ya! ya ya ada apa?"
Sekretarisnya menghembuskan nafas lega melihat bosnya yang sedari tadi bengong akhirnya merespon dia.
"ini ada beberapa laporan yang harus bapak periksa plus jadwal untuk seminggu ke depan," sekretarisnya menaruh setumpuk kertas di hadapan yasir namun ia bahkan tidak minat untuk menyentuhnya.
"nanti saya cek," jawab Yasir acuh tak acuh. ia meraih smartphone-nya dan iseng membuka aplikasi LINE.
"iya pak," sekretaris itu langsung keluar ruangan. berharap bosnya menyentuh laporan yang sudah harus ada feedback-nya besok pagi!
namun Yasir ternyata asyik mengobrol dengan seseorang melalui aplikasi buatan Jepang tersebut.
"i'm sorry for yesterday," Yasir mengetik kalimat pertama pada sebuah akun yang sudah sejak lama ada di kontaknya namun baru kali ini ia hubungi.
"ah, dont worry. everything is alright," balas orang di ujung sana.
"are you sure? your brother looked really mad at me,"
"when did my brother not mad at you, if I may? haha"
"never. haha. what are you doing right now?"
"working. something boring, rite?"
"i'm on it as well. yeah its totally boring. then what are you doing to make it fun?"
"singing.... texting...."
"i've never heard you singing."
"LOL you never had a chance on it,"
"when will I?"
orang di ujung sana mengirimkan stickers tanda berpikir. Yasir langsung membalas dengan mengirimkan stickers bergambar makanan.
"tonight, 8 pm?"
"rite. as long as my brother dont know about it,"
"fine then :)"
***
"kamu harus jelasin sama Faldo tentang kejadian dulu itu, Gab.." ujar Yogar kepada Gaby, yang sekarang memang sudah resmi jadi tunangannya.
"buat apa lagi?"
"ngelurusin semuanya..."
"nggak ada yang perlu dijelasin lagi bukannya? berkali-kali aku mau jelasin ke dia dulu tapi dianya gak pernah mau denger. keras kepala banget emang. diajak ketemu juga gak mau. kayaknya dia benci banget sama aku. udah kayak orang gak kenal aja kita berdua. lagian aku udah tunangan sama kamu. ngapain harus jelasin ke dia segala?"
Yogar melonggarkan dasinya lalu meluruskan kakinya. sepulang kerja, ia langsung menuju kediaman Gaby. "masalahnya adalah, dia harus tahu bahwa dulu kita gak ada apa-apa. meskipun sekarang kita udah mau nikah, tapi itu jauh setelah kamu putus sama dia. kalau dibiarkan seperti ini terus, bisa bikin hubungan orang lain terancam,"
"maksud kamu?"
"entah bener apa nggak, tapi Yasir mulai deket sama adiknya Faldo. dan kamu tahu dia benci sekali padaku dan kembaranku..."
Gaby mulai mengerti maksud Yogar. "bakal aku pikirin deh..."
***
"mas," panggil Mimio dari pintu kamar kakaknya.
Faldo mengangkat kepala dari jurnal yang dibacanya untuk persiapan S2. "masuk,"
Mimio masuk lalu berjalan menuju sofa yang baru dibereskan kakaknya dari tumpukan kertas. Ia duduk bersila menghadap kakaknya.
"aku udah gede kan ya?" tanya Mimio langsung.
"yeah,"
"udah boleh milih arah hidupnya sendiri kan ya?"
"menurut mama dan papa sih begitu,"
"udah boleh punya pacar kan ya?"
"boleh asal bukan Yasir," jawab Faldo. sudah tahu kemana arah pembicaraannya.
Mimio menghela nafas. "kenapa?"
"karena dia ya dia,"
"aku gak ngerti deh sama alasan mas,"
"kamu gak perlu ngerti,"
"ya udah lah," Mimio berdiri dan berjalan keluar dari kamar kakaknya. "Ern aja boleh pacaran sama Kak Nicko..."
"apa?!" belum sempat Faldo bertanya lebih lanjut, pintu kamarnya sudah terlanjur ditutup.
***
"lo udah mau S2 masih aja main PS3 di rumah gw," Nicko mengomentari Faldo yang sedang asyik dengan stik PS.
"emangnya gak boleh?"
"ya gak apa-apa. cuma lucu aja,"
"yang lebih lucu lagi kalau sobat gw jadian sama adik gw tapi gw gak tau," kata Faldo masih sambil memainkan PS 3.
"oh itu. belom lama kok. tadinya udah mau bilang, tapi keburu ribet urusan si Mimio sama Yasir. jadi ditunda dulu. emangnya gak boleh?"
"ya gak apa-apa. cuma lucu aja," balas Faldo. ia meletakkan stik PS dan menghadap Nicko yang sedang mengangkat sebelah alis karena mendengar sahabatnya mengucapkan kalimatnya tadi. tiba-tiba Faldo tertawa lebar. "kalo sama lo sih gw setuju banget bro!"
***
"oi"
"oi!"
"OI!!!"
sebuah bantal mendarat tepat di wajah Yasir. membuat ia sadar dari lamunannya. "apaan sih?" ia melempar kembali bantal itu namun bisa ditangkap Yogar sebelum menghantam wajahnya.
"ngelamunin apaan?" kata Yogar kalem. ia melempar bantal kembali ke tempatnya lalu duduk di hadapan Yasir.
"mau tau aja apa mau tau banget?"
"serah lu dah,"
Yasir tertawa. "apa lagi?"
"ya ya. si Juliet itu kan?" kata Yogar sambil iseng mengambil salah satu pena di meja Yasir dan memainkannya.
"Juliet?"
"ini tuh udah kayak Romeo and Juliet tau, anak-anaknya saling suka tapi keluarganya berantem,"
"mending kalo gitu. nyatanya si Juliet yang lo maksud itu malah jadian sama orang lain..." Yasir tersenyum sendu.
"hah? maksud lo? bukannya kalian sempet beberapa kali jalan bareng?"
"yeah... tapi setelah beberapa kali itu dia tiba-tiba nyuekin gw. gak bales pesan gw via LINE, SMS, Twitter, BBM, atau apapun dan kemarin salah satu mata-mata gw ngeliat dia jalan bareng cowo lain,"
"temennya kali,"
"mata-mata gw cukup yakin mereka pacaran,"
"wah gile. gak percaya gw,"
"entahlah. terus lo ngapain dari Kuningan kesini? gak mungkin cuma ngomongin gw sama Mimio kan?"
"sebenernya emang soal itu..."
***
"mom, dad, can I have a rest for a little while then go the beach?" tanya Mimio saat ia dan keluarganya makan malam bersama.
"of course you can. kemana? kapan?" jawab Mrs. Joyowijoyo.
"Kepulauan Seribu aja yang deket. hmm, weekend ini mungkin?"
"setuju. papa ikut ya?" jawab Mr. Joyowijoyo.
"that'll be interesting," kata Mimio.
"aku ikut juga dong!" Ern nimbrung.
"maka Faldo juga harus ikut," ucap Mrs. Joyowijoyo.
"alright," jawab si anak sulung pelan. ia melanjutkan makan malamnya.
"Kak Nicko sama Kak Numei boleh diajak juga gak?" pinta Ern.
"boleh. biar rame-rame," Mrs. Joyowijoyo mengijinkan.
"seneng deh, bisa sekalian pacaran kan disana," sindir Faldo sambil tersenyum.
"wooo sotoy woooo," Ern mengejek kakaknya, meramaikan suasana di meja makan.
***
Mimio menarik nafas dalam sambil memandang matahari terbenam dari tepi pantai. tadi siang ia dan keluarga ditambah Nicko, Numeio, Mr. and Mrs. Bromo, juga Sena, sampai di Pulau Bidadari. sebulan ini perasaannya aneh sekali. pekerjaan di kantor yang menumpuk, pertengkaran dengan kakaknya, adiknya yang ternyata berpacaran dengan sahabat kakaknya, ditambah dengan perasaannya kepada Yasir yang sudah ada sejak setahun lalu namun terhambat karena kakaknya.
"ngapain sendirian disini?" sebuah suara kebapakan terdengar di sebelahnya.
"eh, kak. lagi mandangin sunset aja," jawab Mimio. Nicko duduk di atas pasir, Mimio mengikuti. "ngomong-ngomong. aku gak nyangka lho ka Nicko jadian sama Ern. duh ga ada angin ga ada ujan..."
"angin sama ujan ada tuh, walaupun sebulan ini jarang ujan sih,"
"errrr gak gitu sih maksudnya..."
Nicko tertawa. "lo gimana?"
"gimana apanya?" tanya Mimio polos.
"deuh gak usah jawab kayak sinetron deh hahaha. gimana perasaan sekarang?"
"baaaaik. pantainya bagus sih," masih dijawab dengan polos, sodara-sodari.
"sama si itu?" pancing Nicko
"sama mas Faldo? ya masih diem-dieman sih,"
"jitak juga sih nih lama-lama..."
diam-diam di belakang mereka ada yang mencuri dengar...
***
Faldo menaikkan kakinya ke selusur beranda kamar dan mendekap kedua tangannya di depan dada. matanya memandang semburat oranye-ungu matahari terbenam tapi pikirannya melayang ke kejadian kemarin sore...
mantan pacarnya, Gaby, tiba-tiba menemuinya di kantor dan tanpa sempat menghindar, Faldo 'terpaksa' mendengar penjelasan Gaby. dulu, Gaby tidak pernah sekalipun berpaling dari Faldo. kejadian dulu adalah ketika Gaby sedang kewalahan karena abdominal pains yang dideritanya setiap menstruasi. kali itu kejadiannya sangat parah dan Gaby hampir pingsan. yang ada di sampingnya adalah Yogar, maka dari itu Yogar yang mengantarnya menuju UKS, menemaninya, bahkan mengantar Gaby pulang. namun Faldo hanya mengetahui sekilas berita dari orang lain bahwa Gaby berdua-duaan dengan Yogar. padahal sebenarnya Yogar bahkan bukan tipe cowo yang ingin berdua-duaan dengan seorang gadis, apalagi sampai merebut gadis itu dari pacarnya. Pada akhirnya Yogar dan Gaby bertunangan pun setelah proses panjang yang membutuhkan kesabaran. Gaby juga bilang bahwa Faldo terlalu egois dan tidak mau percaya orang lain, terlalu banyak menuntut tanpa bisa mengerti keinginan orang lain, sering memaksakan kehendak. Faldo seharusnya lebih mau mendengar penjelasan orang yang dekat dengannya. Gaby berpesan untuk menghentikan permusuhannya terhadap Yasir Yogar karena kesalahpahaman dulu itu dan berusaha untuk menurunkan egonya.
Faldo menghela nafas. mungkin memang sudah saatnya ia belajar lebih percaya pada orang lain. ia memalingkan wajah ke arah pantai dan melihat adiknya sedang berdiri sendirian. hal besar dimulai dari langkah kecil...
***
"aku udah lama sebenernya naksir Yasir. aku tahu dia sejak lama, dari party, dinner, dan acara-acara yang sering kami datengin. tapi saat itu aku belum naksir dia. lama-lama kayaknya dia charming banget. pas saat aku sadar hal itu pas Mas Faldo kalah tender dari Yasir. aku makin gak mau nunjukkin aku suka sama dia. apalagi sejak dulu, kalau aku deket sama cowo, Mas Faldo itu jauh lebih galak daripada papa. itu buat cowo yang dia bahkan gak kenal. apalagi cowo yang dia benci. tapi dulu itu, di ulang tahunnya Jasmine, entah kenapa aku punya keberanian buat ngobrol sama dia seperti biasa. mungkin di otakku muncul sinyal untuk lebih berani atau mungkin karena saat itu kakakku gak ada. aku rasa Yasir juga punya perasaan yang sama kayak aku, tapi aku takut untuk nebak karena bisa jadi dia memang baik sama semua cewe. sampai akhirnya dia berani ngajak aku jalan. tapi ya itu, aku gak mau ngebantah kakak aku. jadi aku mundur lagi. udah semingguan aku gak respon apapun dari Yasir. ini nyebelin banget, Kak Nicko..."
"kenapa gak berusaha buat ngeyakinin Faldo?"
Mimio menggeleng. "Kak Nicko kayak gak tau aja gimana keras kepalanya Mas Faldo. apa-apa harus diturutin. lagian aku hormat banget sama dia Kak..."
"lo denger sendiri gimana perasaan adik lo kan, Do?" Nicko tiba-tiba berbicara pada orang lain. Mimio menoleh kaget dan melihat kakaknya sudah berdiri di belakangnya.
"Mas Faldo sejak kapan disini?!"
"dari tadi..." pelan-pelan Faldo menghampiri adik sahabatnya. "maaf. maaf. maaf udah bikin kamu ngerasa terkekang seperti ini. awalnya mas lakukan itu supaya kamu bahagia. maaf kalau ternyata bikin kayak gini. mas tahu apa kesalahan mas selama ini. ke depannya pasti diperbaiki. maaf ya,"
Mimio tiba-tiba merasa terharu dan lega mendengar kata-kata kakaknya. ia langsung menangis layaknya anak kecil. Faldo memeluk adiknya dan menepuk-nepuk kepalanya dengan sayang.
"aku ikutan dong," tiba-tiba Ern muncul dan menambah besar lingkaran tersebut.
"lho?" Mimio mengusap air matanya. kaget melihat adiknya itu. di kejauhan, dia melihat dua sosok kembar. "kok?"
Faldo memandang arah yang sama yang ditatap adiknya. spontan, ia bergerak seakan menghalangi adiknya dari Yasir dan Yogar.
"mas, katanya mau berubah?"
Yasir melangkah dengan tegap menghadapi kakak-beradik itu. "gw suka sama adik lo," katanya. tepat di depan wajah Faldo.
bukan kata-kata yang didapat, melainkan satu tonjokan telak di pipi Yasir. Yasir terjatuh ke tanah sambil mengerang kesakitan. Nicko dan Yogar langsung menghampiri. Ern berteriak namun terpaku. Mimio memekik kaget dan langsung bergerak membantu Yasir namun dihalangi Faldo.
"MAS!"
Faldo mengulurkan tangannya sendiri dan membantu Yasir berdiri. dengan mantap Yasir menerima uluran tangan tersebut. "itu karena membuat adik gw menunggu terlalu lama sekaligus menuntaskan kekesalan gw. gw menerima lo sebagai pasangan adik gw tapi gw pesen lo ngejaga dia bener-bener. kalau gak, lo bakal dapetin hal yang lebih dari ini."
Yasir tersenyum sambil meringis kesakitan. "oke."
Mimio buru-buru menghampiri Yasir dan berusaha meneliti memar di pipinya.
"tinggal Mas Faldo yang belom punya pasangan," celetuk Ern.
"biarin. ntar banyak cewe cakep di London," jawab Faldo kalem.
-THE END-
PS:
DemiTuhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnn!!!! ini cerita cuma fiksi belaka. kesamaan nama tokoh emang sengaja tapi ceritanya iseng semua. ga usah dibawa serius, buat seru-seruan aja. okesip?! hahahahahahahahaha
Komentar