distance

Numeio sedang asik memperhatikan sebuah foto di pameran foto milik fotografer terkenal. sambil bergerak untuk melihat foto berikutnya, Numeio belum melepas pandangannya dari foto tersebut. ia juga tidak sadar bahwa ada orang dari arah yang berlawanan yang berjalan ke arahnya sambil mengoperasikan tabletnya. 

BRAK!

tablet yang dipegang orang tersebut jatuh terpelanting ke lantai sementara lengan Numeio menghantam kamera DSLR yang dikalungkan orang tersebut.

"AW!" teriak Numeio spontan karena lengannya terasa sakit

"waduh," gumam orang itu sambil memandangi tabletnya yang tergeletak begitu saja di lantai.

Numei baru menyadari bahwa tabrakannya itu yang menyebabkan tablet seharga 5 juta tergeletak di lantai. buru-buru ia mengulurkan tangan untuk mengambil. di saat yang bersamaan, sang pemilik juga merunduk. akibatnya kepala mereka terantuk dan keduanya mengaduh bersamaan.

"aduh,"

"sori, sori," kata si pemilik tablet sambil sigap mengambil gadgetnya, sementara Numeio memegangi kepalanya.

"gapapa, gapapa," kata Numeio singkat. masih pusing.

"beneran gapapa?" cowok itu sedikit cemas.

"iya gapapa, tablet lo gak rusak kan?" Numeio masih mengusap-usap kepalanya.

cowok itu langsung mengecek tabletnya. melihat apakah touch screen-nya berfungsi, body tablet itu untunglah dilindungi. tidak lama kemudian ia menengadah dan menghela nafas lega.

"baik-baik aja. untunglah merk ini tahan banting,"

Numeio nyengir. dalam hati ia berbisik, "iyalah merk-nya aja apel digigit."

"sebagai permintaan maaf, gw traktir lo makan malem gimana? lo suka foto juga? sambil ngomongin foto juga?" tawar si cowo tersebut.

"wah ga usah ngerepotin," kata Numeio basa-basi. "gw malah yang harusnya nraktir."

"its okay. sama aja. gw Sena btw,"

***

Numeio merebahkan tubuhnya di atas kasur dan memandangi langit-langit kamarnya sambil berpikir. ia belum pernah punya pacar. bukan karena tidak laku, tapi ia cenderung malas untuk terikat pada sesuatu atau seseorang. ia lebih suka memiliki banyak teman, ikut kegiatan ini itu, melakukan hal-hal yang disukainya, dan berkarya sebanyak mungkin. tapi dengan Sena ini...

tadi ia dan Sena baru mengunjungi galeri lukisan dimana lukisan Sena dipajang disana. Numeio salut juga. meski penampilan Sena super lusuh, ia ternyata punya banyak karya yang hebat. lukisannya dipajang di beberapa galeri seluruh Indonesia dan bahkan sempat di-ekspor ke Thailand dan Vietnam. dengan karyanya, Sena bahkan bisa membantu perekonomian keluarganya yang sederhana. Numeio jadi ingat kakaknya sendiri. ditambah lagi, ketika sedang santai, Sena bisa tiba-tiba memainkan barang di sekitarnya dan menghasilkan nada-nada merdu. diantara semuanya, yang paling penting adalah sifat lucu dan bebas Sena sangat cocok dengannya.

"ah," gumam Numeio. "masa iya gw jatuh cinta..."

***

"lo udah mau lulus kuliah kan? ntar minat kerja dimana?" tanya Nicko ketika mereka bersiap untuk berangkat bersama, Numeio ke kampus dan Nicko ke tempat kerja.

"dimana aja yang penting sesuai passion," jawab Numeio santai.

"itu gw juga tau. udah ada rencana company-nya?" Nicko mulai menstarter motornya.

"pengen coba kerja di media, Trans Corp mungkin. atau coba summer school gitu sekalian ngelatih bahasa Inggris. atau dimana aja yang mau nerima gw," dengan cueknya Numeio langsung duduk di belakang kakaknya.

"eh jangan dulu naik, belom siap ini." Numeio buru-buru turun lagi, nyengir. "coba apply-apply dari sekarang aja. siapa tau nanti pas abis wisuda langsung kerja."

"bisa jadi bisa jadi bisa jadiiiiii...." 

Nicko memegang kening adiknya. "sakit."

***

Mei, nanti malem jangan lupa, jam 7 ya :)

Numeio membaca berulang kali pesan dari Sena. "hmm, ajakan dinner nih?" dipandanginya SMS itu terus menerus membuat ia tidak tertarik mengerjakan skripsi yang harus dikumpulkan minggu depan. pukul 6 tiba dan Numeio langsung menuju kamar mandi, bersiap-siap untuk ajakan dinner bersama Sena. Nicko yang baru pulang kerja merasa heran kenapa adiknya yang seenaknya tiba-tiba rajin mandi bahkan sambil siul-siul.

"mau kemana sih?" tanya Nicko begitu Numeio keluar dari kamarnya. sudah rapi jali #tsah

"ngedate.." jawab Numeio sambil mengenakan sepatu manisnya. satu-satunya. sepatu dia keds semua sebenarnya.

"wow, sama siapa? ada yang mau ngajak lo ngedate juga?"

bantal kursi melayang ke wajah Nicko.

"perlu gw anter gak?"

"jangan. ntar dia ilfeel."

"terus berangkat pake apa?"

"Sena jemput lah,"

"pake mobil?"

"iya, angkot."

Nicko tertawa terbahak-bahak. "mending gw yang anter deh. naik motor."

"ogah ah. sensasinya beda kalo sama lo kak." 

"ati-ati lo pulangnya,"

"rebes," kata Numeio tanpa melihat kakaknya, hanya mengangkat jempol dan langsung keluar rumah. orang tua mereka kebetulan belum pulang. 

***

Sena menunggu di pinggir jalan tempat angkot biasa lalu lalang. katanya malu kalau harus menjemput di rumah Numeio. ia lumayan takjub melihat gaya dandanan Numeio saat itu. biasanya kan bercelana jeans, kali ini rok dan flatshoes. Numeio juga takjub melihat penampilan Sena yang biasanya serampangan kali ini mengenakan kemeja rapi. mereka menikmati perjalanan menggunakan angkutan umum hingga sampai di suatu restoran yang suasananya cukup romantis. Numeio langsung merasa akan ada sesuatu yang spesial hari ini.

benar saja, restoran itu bernuansa remang, dihiasi lilin, dan ada alunan live music. ketika Sena dan Numeio masuk, sang vokalis melambai ke arah Sena dan Sena balas melambai.

"temen kamu?" tanya Numeio kaget

"iya. kalau ada waktu, biasanya dia yang nyanyi, aku yang main gitar," jawab Sena.

Numeio mengangguk. waitress mengantar mereka menuju meja yang lokasinya dekat dengan panggung live music namun tidak terlalu dekat, sehingga mereka masih bisa mengobrol normal. seperti biasa, mereka membicarakan fotografi yang menjadi favorit mereka berdua, lukisan dan musik yang jadi keahlian Sena, juga desain dan creative thingy yang jadi favorit Numeio. tiba-tiba di tengah obrolan mereka, setelah menghabiskan santapan makan malam, Sena berdiri dan menuju panggung. ia berbisik dengan teman yang melambai padanya lalu Sena diberikan mic sementara temannya itu turun dari panggung sambil tersenyum.

"hope you enjoy this song, Numeio," dan Sena pun menyanyikan lagu Falling milik Alicia Keys dengan suaranya yang mirip Mike Mohede kena radang tenggorokan. ternyata Sena mending disuruh main musik aja daripada nyanyi. tapi Numeio terharu sekaligus bangga. hatinya positif mengatakan bahwa setelah ini Sena pasti meminta ia jadi pacarnya.

sekitar 5 menit menyanyi, Sena kembali ke meja. perasaan Numeio semakin tak karuan, jantungnya berdegup lebih kencang. 

"Mei," kata Sena pelan. Numeio semakin deg-degan. "I have to go to US for few months."

"WHAT?" Numeio langsung kaget.

"yeah, ada beasiswa buat belajar ngelukis di sana. ditawari sama salah satu pemilik galeri yang sering majang lukisan aku. ya, ini lumayan banget. jadi aku ambil. sekitar setahun aku disana,"

Numeio bengong. kirain...semua ini buat nembak. ternyata...buat perpisahan toh... keki maksimal...

"kapan kamu berangkat?" Numeio berbisik.

"besok..." jawab Sena polos.

Numeio makin geram. berangkat besok tapi baru ngabarin sekarang? dia nganggep apa nih ke gue?

"have a safe flight," kata Numeio singkat dan ia langsung kabur dari restoran itu.

***

"bukannya beberapa bulan terakhir lo deket sama cowo ya? Sena Sena itu?" kata Nicko kepada adiknya yang sedang membaca majalah desain di satu hari Minggu yang cerah. sementara Nicko sendiri sedang memegang ember berisi air untuk mencuci motor.

"siapa tuh?" balas Numeio ketus.

"oh udah nggak lagi," balas Nicko kalem lalu mulai mencuci motornya.

"abisan dia main ke Amrik aja gitu terus ngasih tau gw sehari sebelum. apaan coba..."

"berarti lo ga penting buat dia," kata Nicko sambil bersiul-siul menikmati kegiatan mencuci motornya.

"heh!" Numeio mengambil selang dan menyemprot kakaknya.

"woooi," tidak mau kalah, Nicko balas melempar air sabun ke arah Numeio.

pekarangan rumah mereka mendadak basah oleh ulah anak-anak keluarga Bromo. tiba-tiba ibu mereka keluar dari rumah dan berteriak, "NICKO, NUMEIO! JANGAN KAYAK ANAK KECIL!"

mereka berdua langsung diam layaknya anak kecil ke-gap nyolong permen dan ketauan guru.

***

satu tahun kemudian...

"kok kita jomblo terus ya Mei?" kata Mimio ketika keduanya sedang berada di rumah keluarga Bromo. Mimio ikut kakaknya yang sedang ada perlu dengan Nicko.

Numeio hanya tertawa.

"lo kan pernah deket sama seseorang bukannya? kelanjutan ceritanya gimana sih?" Mimio tiba-tiba kepo. pizza yang tadi mau dilahapnya mendadak teracuhkan.

"tau ah. ga usah dibahas," lalu Numeio pura-pura sibuk memindahkan channel TV. Mimio merasa pizza-nya jadi menarik lagi. "lo sendiri sama si yasir itu gimana?"

"ssst. gak usah dibahas. ntar ketauan kakak gw," Mimio langsung lirik kanan kiri, takut tiba-tiba kakaknya muncul dan ngeluari nafas api.

Numeio tertawa lagi. "ya udah, sama-sama gak usah bahas soal cowo deh ya,"

"iya deh. eh tapi kalau lo deket sama cowo gitu, Kak Nicko suka heboh gitu gak?"

Numeio berpikir, mengingat-ingat. "nggak. woles aja dia,"

"pfft. beda banget sama kakak gw. kalo tau gw deket sama cowo pasti langsung kayak Bang Napi, 'waspadalah, waspadalah!'" Mimio ngedumel sambil nyuapin pizza ke mulutnya.

"emang kenapa hah kalo kayak Bang Napi?" kata Faldo dari belakangnya.

"gapapa," ucap Mimio buru-buru. keserimpet sama pizza yang baru ditelen. Numeio ketawa puas dan langsung nyodorin air putih.

***

Numeio lagi cari inspirasi. ada deadline desain dari klien tapi rasanya tiba-tiba mentok, gak tau mau nulis apa (tiba-tiba gaya bahasanya beda sama di atas. bomat lah ya hahaha. penulis lagi setengah sadar). "Mei, ada yang nyariin tuh," Jack, teman sekantornya muncul di sebelah meja Numeio dengan tiba-tiba. entah dia pakai pintu kemana saja atau Jubah Gaib.

"siape?" kata Numeio sambil berdiri dan menoleh ke arah ruang tamu yang bisa kelihatan dari mejanya. kantornya mungil, jadi kemana-mana gampang ngeliat. tapi ga ada siapa-siapa disitu.

"gak tau. orangnya nunggu di pos satpam. gak mau masuk," kata Jack sambil mengangkat bahu. Numeio masih merhatiin ruang tamu. pas mau bilang makasih, "Mak...lho kemana si Jack?" jack-nya ilang.

Numeio berjalan menuju ruang tamu yang beneran kosong lalu keluar kantor dan melihat seseorang yang sedang asyik mengobrol dengan satpam. pakaiannya serampangan. jeans belel, kaos belel, sepatu converse buluk, ransel lusuh, kamera DSLR, dan tawa yang sama.

seakan ada alarm berbunyi, orang itu menoleh ke arah Numeio dan melambai. Numeio terpaku. gak nyangka Sena bakal nyusulin ke kantornya kayak gini. tau dari mana dia? udah pulang dari Amrik? disini mau ngapain?

"apa kabar?" suara ala Mike Mohede keserempet truk itu menyapa Numeio setelah setahun absen.

"ba-baik," wajah Numeio memerah. ingat terakhir kali mereka berinteraksi.

"menggendut ya sekarang?" Sena tertawa. Numeio menonjok pelan baju Sena sambil ikut tertawa.

"belum punya pacar kan?" tanya Sena to the point.

"kalo udah, gimana?" Numeio sok-sok jual mahal.

"ah gak mungkin. kata pak satpamnya belom," Sena ketawa.

"Pak Bono suka sotoy ah," Numeio pura-pura kesel tapi senyam senyum juga.

"nungguin aku pulang kan?"

Numeio menaikkan sebelah alisnya. 

"i'm back. aku udah selesai belajar di US. kembali ke Indonesia karena ngerasa disini tempat yang paling pas buat aku. aku berencana bikin kafe dengan nuansa musik, fotografi, ditambah desain-desain publikasi dan kafe yang keren, juga strategi marketing yang memukau. kamu mau bantu?"

"hmm, jadi jauh-jauh kesini cuma nawarin kerjaan?" Numeio jengkel lagi. dikit. kirain mau adegan kayak Rahmi sama Nimo di Cintapuccino.

"sekalian kerjaan jadi pendamping hidup yang punya kafe, mau?"

Numeio tertawa. "mau deh kalo dipaksa."

-THE END-

PS: lagi-lagi ceritanya asal yaaaa, nama pemerannya aja yang sesuai nama asli. wkwkwkwk. cerita ini batang cerita dari Wide Open http://astriutamiindriyani.blogspot.com/2013/07/wide-open.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq

cumlaude dan IPK tertinggi

mimpi mimi apa?