keluarga bunga

di belantara kota Jakarta, hiduplah sebuah keluarga besar Indriflorina, keluarga ini dipimpin oleh seorang pengusaha wanita kaya bernama Seroja, usahanya bergerak di bidang komunikasi dan menempati peringkat kedua komunikasi di Indonesia. Seroja mempunyai seorang anak tunggal bernama Raffles. istrinya sudah lama meninggal pada sebuah kecelakaan mobil ketika mereka berdua pulang setelah berliburan di Hawaii. beruntung keempat anak mereka selamat. hingga keempat anak Raffles tumbuh besar, Raffles (Rafflesia arnoldii) tidak berminat mencari ibu baru untuk anak-anaknya. ia hanya semangat bekerja, keempat anaknya diurus oleh ibunya, Seroja (Nelumbo nocifera).

anak pertama Raffles bernama Anggrek (Orchidaceae), anak keduanya bernama Lily (Lilium), anak ketiganya bernama Melati (Jasminum), dan si bungsu bernama Mawar (Rosa). mereka berempat masing-masing hanya terpaut 1 tahun. jadi hubungan diantara keempatnya bisa dibilang dekat. mereka juga dekat dengan sang nenek yang masih terhitung muda dan sering menemani mereka melakukan ini itu. pertama kali jatuh cinta, sedih karena patah hati, pencarian jati diri, kesal pada teman, keempat gadis itu selalu bercerita pada neneknya. karena sang ayah terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan dan sulit untuk menemui mereka bahkan di hari libur sekalipun.

Anggrek
Anggrek sudah memasuki tahun terakhir kuliahnya. sebentar lagi ia akan lulus dari universitas dan akan memasuki dunia kerja. sejak masuk kuliah dulu Anggrek selalu yakin bahwa selanjutnya ia akan bekerja di perusahaan keluarganya. sebagai anak sulung, ia percaya bahwa ialah pewaris tahta perusahaan keluarganya. semakin dewasa, Anggrek semakin yakin akan hal itu. meski ayahnya tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kesana sedikitpun. tentu saja, ayahnya tidak pernah melakukan komunikasi yang serius dengan keempat putrinya. Anggrek memiliki seorang sahabat dekat. bukan berasal dari kalangan orang kaya namun dia termasuk mahasiswa paling pintar di angkatan Anggrek. kepintaran Tama membuat Anggrek tertarik dan mereka pun berteman dekat.

Lily
terpaut satu tahun di bawah kakaknya, Lily seharusnya baru akan lulus 1 tahun lagi. namun rupanya ia memiliki ambisi yang tidak kalah dari kakaknya. ia belajar keras dan sedikit lagi akan lulus, berbarengan dengan Anggrek. Lily bertekad bahwa ia juga harus dipertimbangkan untuk menjadi penerus perusahaan ayahnya. Lily sering berdiskusi dengan neneknya mengenai bagaimana menangani sebuah perusahaan. Lily semakin yakin ayahnya akan memilih ia daripada Anggrek karena Lily memiliki prestasi yang cemerlang sejak SD hingga kuliah.

Melati
Melati anak yang sederhana. berkuliah di universitas yang sama dengan kakak-kakaknya, ia memilih fakultas sastra dan lebih tertarik pada kegiatan sosial. dia aktif di organisasi kampus dan sering melakukan kegiatan-kegiatan sosial seperti mengajar, baksos, mengunjungi panti asuhan, bahkan hingga mengunjungi korban bencana. karena kegiatannya ini, di suatu panti asuhan Melati berkenalan dengan Lia (nama asli Magnolia), seorang yatim piatu kelas 2 SMA, ia sempat akan diadopsi oleh sebuah keluarga namun menolak karena lebih memilih membantu ibu-ibu panti asuhan mengasuh anak-anak yang masih kecil. keakraban Melati dengan anak-anak membuat ia juga akrab dengan Lia.

Mawar
bungsu Raffles ini termasuk anak yang pendiam namun paling dekat dengan neneknya. ia masih mahasiswa baru di universitas negeri yang sama dengan kakaknya dan memilih fakultas psikologi. Mawar tidak mudah akrab dengan orang baru, namun sekalinya ia akrab, Mawar akan sangat percaya pada orang tersebut. karena sifat pendiamnya, Anggrek sering mengejek Mawar. Anggrek bilang Mawar terlalu pendiam untuk sebuah bunga yang cantik namun pemberani, menurutnya Mawar tidak pantas diberi nama mawar.

***
"Nek," panggil Mawar di suatu sore pada neneknya yang sedang bersantai di halaman belakang rumah besar mereka. 

"Hmm?" Seroja tidak mengangkat wajahnya dari buku yang sedang ia baca. kegiatan Seroja sekarang ini, kalau tidak menghadiri rapat direksi perusahaannya, ia membaca buku, menulis novel, dan melakukan kegiatan sosial. sore ini Seroja memilih untuk membaca.

"baca apa sih Nek?" Mawar duduk di sebelah neneknya dan melongok ke dalam buku yang sedang dibaca neneknya. 

"baca ulang Sherlock Holmes. ada apa?" Seroja menengadah dan tersenyum melihat cucunya.

"hmm, weekend ini kan ada pesta ulang tahunnya Kak Melati, terus nanti temen-temen Kak Melati, Kak Anggrek, Kak Lily, juga rekan-rekan ayah bakal pada dateng. tamunya banyakan temennya keluarga ya daripada temennya Kak Melati? aku juga jadi bingung. nah..."

Mawar diam. Seroja menggerakkan kepalanya ke kanan. menunggu kelanjutan cerita Mawar. 

"kalau udah ngumpul banyak orang gini aku gak suka deh Nek. ntar ditanya-tanya, lulusnya kapan, nikahnya kapan, siapa yang ngelanjutin perusahaan? padahal kan aku masih mau nikmatin kuliah. abis itu kalau udah ngomongin perusahaan, pasti Kak Anggrek sama Kak Lily langsung berantem. pusing aku. jadi aku boleh gak dateng gak ke pestanya Kak Melati?"

Seroja tertawa. ia mengelus kepala Mawar. "sayangnya pesta nanti kamu harus datang, Sayang. bukankah ini salah satu momen dimana kalian berempat bisa berkumpul dengan ayahmu yang workaholic itu? lagipula pertanyaan-pertanyaan itu belum seberapa dibanding kenyataan hidup yang akan kamu hadapi nanti. kalau kamu tidak mau ditanya seperti itu, jangan berikan kesempatan bagi mereka untuk bertanya. atau cukup kamu balas dengan senyuman dan tatapan mata. mereka juga tidak akan berani bertanya lagi,"

"lalu dengan pertengkaran Kak Anggrek dan Kak Lily?"

Seroja menghela nafas. "di waktu yang sama ayahmu akan mengumumkan tentang hal itu. nampaknya ia punya banyak sekali pengumuman yang akan mengejutkan kita di pesta ulang tahun Melati nanti,"

***

Sabtu malam minggu, tanggal 2 Februari, Ballroom Hotel Mulia disulap dengan warna putih. warna kesukaan Melati. tamu-tamu sudah berdatangan, teman-teman kampus Melati, adik-adik asuh, teman-teman Anggrek, Lily, rekan bisnis Raffles dan Seroja, semuanya mulai memadati ballroom. Melati sendiri masih ada di belakang panggung, bersama kakak, adik, dan neneknya.

"kamu ngundang anak-anak panti juga?" tanya Anggrek dengan nada melengking, nada bicaranya kalau ia bicara tentang sesuatu yang tidak disukainya.

"iya, memang kenapa?" tanya Melati polos.

Anggrek hanya mencibir. kesempatan untuk Lily. "karena kamu gak suka sama orang miskin makanya kamu gak akan pernah cocok jadi pemimpin perusahaan, Kak."

Anggrek baru akan berbalik marah ketika Seroja menghentikan pertengkaran mereka. "Cukup! hari ini hari bahagia bagi Melati. tidak ada satu pun dari kalian berdua, Anggrek, Lily, yang bisa merusak hari ini. Ayo kita masuk, tamu-tamu sudah berdatangan,"

Mereka berlima memasuki ballroom diiringi musik. tamu-tamu menoleh ke pintu tempat Melati memasuki ruangan. seketika lagu "Happy Birthday" mengalun. semuanya bertepuk tangan dan ikut bernyanyi. Melati melangkah ke atas panggung diiringi kakak, adik, dan neneknya. dari keramaian, ayahnya ikut bergabung ke atas panggung. lagu "Happy Birthday" berhenti dan diganti oleh lagu "Tiup Lilin". wajah Melati terlihat berseri-seri. ia memandang ke sekeliling ruangan, dimana orang-orang berkecukupan dan kekurangan melebur menjadi satu tanpa ada pemisah apapun. kue coklat yang besar itu dihiasi 21 lilin, bertuliskan "Selamat Ulang Tahun Melati" dan dihiasi bunga-bunga melati. dalam sekali tiup, Melati memadamkan nyala lilin dan langsung disambut gemuruh tepuk tangan dari semua undangan. perlahan, Melati memotong kue pertamanya. seisi ruangan langsung tercekat. siapakah yang akan diberikan kue pertama oleh Melati? Melatih belum mempunyai kekasih, jadi mungkin kue akan diberikan pada orang tuanya. tapi ibunya sudah meninggal dan ayahnya berhati dingin.

"untuk nenek," Melati menyodorkan piring berisi potongan kue untuk Seroja yang kaget. "nenek yang selalu menjaga dan mendidik kami berempat menggantikan ibu."

"terima kasih cucuku sayang," Seroja menerima kue itu dan mencium pipi kiri dan kanan Melati. Melati juga mencium tangan neneknya lalu mereka berpelukan. undangan bertepuk tangan lagi. potongan kedua diberikan kepada Mawar. ketiga dan keempat diberikan bersamaan untuk Anggrek dan Lily. barulah pada potongan kelima, Raffles menerima kue dari anaknya. setelah sesi potong kue selesai, acara dilanjutkan dengan hiburan dari band favorit Melati dan Lily, Lyla. undangan juga dipersilakan mencicipi hidangan yang disediakan. dengan kata lain, ini juga termasuk saat dimana Melati dan saudari-saudarinya berkeliling dan bersosialisasi.

Seroja berkali-kali melirik ke arah panggung. ia tahu malam ini Raffles akan mengumumnkan beberapa pengumuman. tapi ia tidak tahu pengumuman macam apa yang akan diberikan anaknya. ia hanya khawatir itu bukan pengumuman yang menyenangkan. selagi menemui rekan-rekan bisnisnya, Seroja melirik lagi ke arah panggung dan menyadari saat ini Raffles sudah berada di atas panggung lagi. menghentikan gerak vokalis band Lyla untuk mulai beraksi. 

"selamat malam semuanya," sahut Raffles. semua orang mendongak ke arahnya. "terima kasih karena sudah hadir di acara ulang tahun putri ketiga saya. selamat ulang tahun sekali lagi untuk anak ayah, Melati. semoga hadiah BMW putih di rumah cukup untukmu." 

ucapan Raffles membuat pipi Melati merona. ia malu sekali ayahnya mengucapkan dengan jelas hadiah ulang tahunnya di depan banyak orang, terutama di depan anak-anak panti asuhan.

"malam ini saya akan mengumumkan beberapa hal. bertepatan dengan berkumpulnya banyak pihak disini. pertama," Raffles memasukkan tangan ke dalam saku celananya. ia memandang ke seluruh ruangan, memastikan keberadaan Anggrek dan Lily berjauhan. "putri pertama dan kedua saya akan lulus kuliah tidak lama lagi. ini berarti mereka sudah siap memasuki kehidupan pasca kampus. pasca kampus berarti berkuliah lagi, menikah, atau bekerja. saya memutuskan untuk Anggrek, putri pertama saya, ia akan melanjutkan kuliah bisnisnya di Inggris segera setelah ia wisuda, dan untuk Lily, ia akan mulai memasuki dunia kerja, berlatih untuk menjadi seorang pengusaha,"

para undangan mulai bergumam. mereka bertanya-tanya dengan keputusan Raffles ini. bukankah penerus biasanya anak pertama? Anggrek juga tidak terlihat seperti menolak posisi penerus. dengan disekolahkannya Anggrek ke Inggris apakah ini berarti Raffles menyingkirkan anaknya sendiri dari posisi perebutan kekuasaan? sementara itu Lily tersenyum puas dan Anggrek hampir meledak marah. tangannya bergetar. ia hampir saja menghampiri panggung namun dicegah oleh Mawar yang berdiri di dekatnya.

"pengumuman kedua adalah untuk putri bungsu saya, Mawar. meski ia baru memasuki dunia perkuliahan, dengan bahagia saya nyatakan bahwa ia telah saya jodohkan dengan Rifki, putra dari sahabat saya sejak kecil sekaligus lawyer terkenal kebanggaan Indonesia,"

kali ini Mawar yang ingin menghampiri ayahnya namun dicegah oleh Anggrek. keduanya berpandangan dan kesal kepada ayahnya. MAwar tidak suka dijodohkan seperti ini! apalagi ayahnya tidak berkata apapun pada Mawar. memang Mawar kenal dengan Rifki. ia anak yang baik, pintar, jujur, dan calon pengacara handal seperti ayahnya. tapi tetap saja, cara seperti ini Mawar tidak suka!

"kemudian pengumuman ketiga..." Raffles diam sejenak. kali ini ia mencari sosok lain di ruangan itu. sosok yang tidak dikenal putri-putri atau ibunya. Raffles turun dari panggung masih sambil membawa mic wireless. ia menghampiri seorang wanita yang sedari tadi mempehatikannya. "Juniper, will you marry me?"

Seroja, Anggrek, Lily, Melati, dan Mawar menahan nafas kaget. semuanya tidak menyangka Raffles akan menikah lagi. bahkan tanpa mengatakan apapun pada mereka. Seroja hampir saja pingsan. tubuhnya buru-buru ditangkap oleh Melati dan beberapa undangan. ia memandangi adegan dimana wanita yang bernama Juniper itu mengangguk sambil tersipu. Seroja sakit hati.

***

Seroja berjalan bolak balik di kamar yang disewanya di Hotel Mulia. pesta baru saja usai namun ia sudah berada di kamar sejak sejam lalu. tidak lama setelah pengumuman Raffles yang mengagetkan. di sekelilingnya duduk Anggrek, Lily, dan MAwar. Melati sedang naik ke kamar bersama ayahnya. pintu terbuka dan masuklah Raffles diikuti Melati. Seroja bergegas menghampiri Raffles dan menampar pipi putra satu-satunya sekuat tenaga. keempat bunga disana tersentak kaget.

"apa-apaan kamu memberikan pengumuman seperti itu?! semua pengumuman menyangkut nasib anak-anakmu dan tidak ada sekalipun kamu bicara pada mereka? ayah macam apa yang menentukan nasib anak-anaknya sesuka hati? dan lamaran itu tadi, kamu bahkan tidak bicara denganku sebagai ibumu! wanita itu akan jadi ibu dari anak-anakmu dan mereka juga tidak diberitahu! apa hati nuranimu sudah mati karena terlalu banyak bekerja? bilang!"

Seroja berada dalam kondisi marah besar. keempat cucunya belum pernah melihat nenek mereka semarah ini. MAwar buru-buru menghampiri Seroja dan memeluk neneknya.

alih-alih bicara, Raffles malah duduk dan menunduk. ia menggaruk kepalanya sebentar lalu memandang kelima wanita di ruangan itu. "karena aku tahu jika tidak diumumkan seperti itu, kalian semua tidak akan setuju."

Seroja geram sekali. ia hampir saja menampar Raffles lagi. "kemana akal sehatmu hah? sudah berapa lama kamu mengenal aku? ibumu ini. anak-anakmu? kamu lupa bahwa kami manusia. manusia yang punya pendapat dan keinginan sendiri. kami bukannya akan menolak. tapi kami memilih untuk berdiskusi. apa pertimbanganmu hingga memutuskan hal itu. sudah memutuskan sendiri, tidak bicara pula. jujur, aku sakit hati. ini hal paling mengecewakan kedua yang kamu lakukan padaku. pertama adalah kamu meninggalkan anak-anakmu untuk bekerja setelah Viola meninggal."

Mawar mulai menangis. ia sakit hati karena ayahnya tidak bicara dulu dengannya tentang perjodohan ini. ia juga sakit hati karena diingatkan lagi bahwa ayahnya mengacuhkan mereka sejak ibu mereka meninggal 10 tahun lalu. Seroja balas memeluk Mawar dan hampir menangis juga. Melati menghampiri Mawar dan Seroja, ikut menangis dalam diam. Lily dan Anggrek yang juga sedih, ikut berkumpul bersama neneknya. 

"tidak ada satupun dari keputusan tadi yang akan dilaksanakan tanpa diskusi dengan aku dan anak-anakmu. sekarang, pergi dari sini dan dinginkan kepalamu!"

***

hari Minggu yang biasanya diisi dengan aktivitas bersama kelima bunga, kali ini terasa sepi. Anggrek, Lily, dan Mawar mengurung diri di kamar. Melati sudah berangkat pagi-pagi sekali ke panti asuhan. Seroja beristirahat di taman belakang sambil meminum teh. sementara Raffles berdiam diri di ruang kerjanya.

Seroja merasa sakit hati sekali. tidak masalah jika anaknya akan menikah lagi. asalkan Raffles bicara dengannya terlebih dahulu. bukan malah memberi pengumuman di depan banyak orang. kejadian itu membuat Seroja seakan-akan orang lain, bukan ibunya. dalam diam ia menangis. apa yang membuat anaknya menjadi sedingin ini? apakah ia salah mendidik? ia merasa berdosa pada Artemis, almarhum suaminya. 

"Mam," Seroja membuka matany, perlahan menghapus air mata. Raffles berdiri di sebelahnya. "boleh aku duduk?"

Seroja mengangguk. Raffles duduk di samping ibunya. sesuatu yang sudah lama sekali tidak dilakukannya.

"aku minta maaf. bukan aku tak menghargai mama. sama sekali tidak ada perasaan seperti itu. kadang aku berpikir bahwa mama sudah terlalu sibuk bekerja ini itu dan mengurus anak-anakku. aku hanya berpikir bahwa ini merupakan wujud perhatianku pada mereka."

Raffles tidak berani memandang ibunya. ia menatap ke arah kolam renang yang berkilauan ditimpa cahaya matahari. Seroja hanya diam.

"namun rupanya aku salah. sangat salah. aku tidak berpikir mengenai perasaan mama dan anak-anak. sekali lagi aku minta maaf ma," Raffles meraih tangan ibunya dan menciumnya. Seroja sadar bahwa anaknya benar-benar merasa bersalah. ia mengelus rambut anak laki-laki satu-satunya.

"minta maaflah pada anak-anakmu. ajak mereka bicara. keempat anakmu itu wataknya keras. apalagi Anggrek dan Lily. kau tahu kan mereka ingin meneruskan jejakmu? salah kata-kata sedikit saja, aku tidak tahu apa yang terjadi."

"ya aku tahu,"

"dan tentang Juniper, aku tidak melarang kamu menikah lagi. asal kau bicara dulu padaku. juga mintalah izin anak-anakmu,"

Raffles mengangguk. ia bersandar pada ibunya. merasa seperti 30 tahun lalu.

***

*toktok*

"Siapa?" Anggrek berteriak dari dalam kamarnya.

"ayah," 

"masuk saja. tidak dikunci,"

Raffles memasuki kamar putri sulungnya. Anggrek sedang berbaring di tempat tidur. wajah dan rambutnya sama-sama kusut. kacamatanya ditaruh begitu saja dekat bantal. Raffles duduk di tepi tempat tidur.

"maafkan ayah,"

"tidak," 

dahi Raffles berkerut. begitu cepat permintaan maafnya ditolak?

"tidak sampai ayah menjelaskan alasan yang masuk akal atas keputusan ayah tadi malam,"

Raffles merasa lebih lega. "bukannya ayah tidak mau kamu bekerja di perusahaan kita. ayah ingin kamu belajar lebih banyak di luar negeri. kamu dan Lily akan sama-sama belajar. hanya saja di tempat yang berbeda. setelah kamu lulus nanti, dalam 1 atau 2 tahun ke depan, kamu bisa kembali ke Indonesia dan memimpin perusahaan, atau kamu akan tinggal di Inggris dan memimpin cabang perusahaan kita. tahun ini ayah berencana melebarkan sayap ke negara-negara besar di Eropa, Asia, dan Amerika. untuk itu ayah butuh penerus yang sudah siap untuk menghadapi dunia bisnis internasional. ayah harap kamu orangnya,"

Anggrek bangun. ia mengerjapkan mata dan memandang ayahnya. "jadi maksud ayah aku akan diberi tanggung jawab untuk memegang perusahaan dengan skala internasional?"

Raffles mengangkat bahu. "sepanjang kamu memiliki kapasitas, kenapa tidak? dan kapasitas itu harus kamu tambahkan dengan berkuliah dan mulai mempelajari dunia bisnis di Inggris nanti."

"horeeeee!!" Anggrek memeluk ayahnya. dia langsung setuju dengan keputusan ini. Anggrek melihat bahwa kesempatan yang ia miliki lebih besar dari Lily. Lily hanya tinggal di Indonesia sementara ia berkesempatan berkuliah di Inggris dan mengurusi perusahaannya di negeri orang.

***

"Ly?" Raffles melongokkan kepala ke kamar putri keduanya. kamar itu gelap. tak terlihat tanda-tanda keberadaan Lily.

"ya?" tiba-tiba di depan Raffles muncul sebuah sosok serba putih. 

"astagfirullahhaladzhim!" refleks, Raffles melompat mundur. lampu kamar dinyalakan dan ada Lily yang sedang tertawa-tawa. rupanya ia sedang memasker wajahnya.

"jangan lakukan hal itu pada ayah lagi," Raffles menggerutu lalu masuk ke kamar Lily. dipandanginya kamar lily yang jauh lebih rapi dari kamar Anggrek. di satu sisi terdapat berbagai macam buku. untuk hal satu ini, Lily sama seperti Seroja. senang membaca.

"ada apa yah?"

"kamu marah kepada ayah?"

"tentang pengumuman ayah bahwa aku akan mulai masuk perusahaan setelah lulus? tidak. aku tidak marah. malah itu yang aku inginkan. tapi, Kak Anggrek bagaimana?"

"Anggrek sudah setuju setelah kami mengobrol tadi. ayah berencana menjadikanmu bagian dari direksi yang bertugas menjaga pusat dari bisnis kita. sementara Anggrek akan menjadi perpanjangan tanganmu dengan menjaga pergerakan perusahaan di luar negeri. apa itu bermasalah untukmu?"

Lily menggeleng. "aku selalu tahu bahwa aku lebih baik dari Kak Anggrek. aku akan menjadikan perusahaan kita lebih baik dari sebelumnya,"

Raffles menggeleng lalu mengacak rambut Lily. mudah sekali membujuk dua putri sulungnya. mereka memang lebih senang membahas kekuasaan.

***

Raffles mengetuk pintu putri bungsunya berkali-kali. ada suara musik di dalam tapi MAwar tidak menyahut. lagi, Raffles mengetuk, lebih keras.

"Mawarnya lagi bobo!" teriak Mawar. Raffles tertawa. ia lalu membuka pintu kamar putrinya yang juga tidak dikunci. MAwar rupanya sedang berbaring tertelungkup di kasur. radio di kamarnya dibiarkan menyala.

"apa kabar putri bungsu ayah?"

"sekarang-sekarang nanya gitu, dulu kemana aja yah?"

rasanya bagai tertusuk sembilu. Raffles meringis. "maafkan ayah. kamu masih marah gara-gara kejadian tadi malam?"

"kejadian tadi malam, perjodohan aku, ayah yang gak ngomong sama nenek, perempuan gak tau siapa yang mau dinikahin ayah, dan ayah yang nyuekin aku, Kak Melati, Kak Lily, sama Kak Anggrek. semuanya bikin aku marah!" Raffles kaget karena Mawar yang biasanya pendiam kali ini malah marah. lebih marah dari kakak-kakaknya. "ayah kenapa sih gak ngomong sama aku dulu kalau mau ngejodohin? iya aku tahu Rifki itu bibit bebet bobotnya unggul, tapi kan belum tentu dia mau sama aku. aku juga masih kuliah. belum lagi nenek, tega banget sih ayah main nikah aja terus gak bilang sama nenek. gara-gara ayah udah gede ya terus gak nganggep sama ibu kandungnya? terus terus ayah kan udah nyuekin kami selama hampir 10 tahun, sekarang tiba-tiba ngejodohin aku bla bla bla. aku gak suka tau!"

hati Raffles bagai tersayat. ia tahu bahwa ia terlalu lama meninggalkan anak-anaknya. perjodohan ini dimaksudkan sebagai perhatian yang dimilikinya sebagai seorang ayah. namun rupanya putrinya tidak berpikir seperti itu.

"ayah minta maaf. sungguh-sungguh minta maaf. ayah benar-benar salah karena menelantarkan kamu dan kakak-kakakmu. apa yang harus ayah lakukan untuk membalasnya?"

"gak ada! udah telat. udah pada gede. males kalo harus nempel sama ayahnya. kayak anak kecil aja,"

Raffles sedih lagi. "sama sekali gak ada?"

"sebenernya ada, kalau ayah mau berusaha. cari tau sendiri aja. tapi aku gak mau nerima kata-kata doang. aku mau bukti."

tidak ada yang bisa dilakukan lagi rupanya tentang ini. Raffles bergerak ke topik lain.

"tentang perjodohan kamu, ayah tidak berminat membatalkan, sebetulnya. Rifki dan orangtuanya sudah setuju,"

"ayah gak mikir aku punya orang lain yang aku sukai? ayah gak mikir aku masih mau kuliah?"

"lalu kamu maunya seperti apa?"

"aku mau kuliah dulu. kalau sampe aku lulus Rifki masih mau nunggu dan aku klop sama dia, aku mau dijodohin. tapi kalau Rifki gak mau nunggu dan dia tipe cowo ngeselin yang gak cocok sama aku, aku gak mau nikah sama dia. itu aja. kalau ayah nolak juga, aku bakal marah sama ayah seumur hidup!"

merasa bersalah, Rafles mengangguk. "ayah setuju. nanti ayah akan temui Rifki dan orangtuanya."

"oke. dan satu lagi, ayah harus ajak Juniper ke rumah. kalau kami setuju, baru ayah boleh nikah lagi. kalo nggak, sorry to say,"

***

"Kak Melati kok sedih?" Lia menyodorkan es teh manis ke tangan Melati. mereka sedang menemani anak-anak panti bermain.

"gara-gara kejadian tadi malem, Li. kasian kakak, adik, sama nenek. semuanya pada bete. belum lagi waktu ayah bilang 'BMW putih', aku jadi gak enak sama anak-anak panti. jadi aku pergi aja ke sini buat nenangin diri sekaligus minta maaf."

Lia tersenyum. "Kak Melati gak usah gak enak gitu. kita semua gak tersinggung kok. keluarganya Kak Melati kan memang kaya. udah diundang ke pesta aja kami udah seneng banget. ditambah Kak Melati juga sering main kesini. kata-kata itu gak ngaruh apa-apa. percaya deh," Lia tersenyum-senyum. membuat Melati jauh lebih lega.

"terus katanya ayahnya Kak Melati mau nikah lagi ya?"

Melati menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "keliatannya sih gitu. tapi gak tau deh. nenek marah banget. gak tau ayah bakal direstui apa nggak."

"Kak Melati sendiri setuju sama pilihan ayahnya?"

"kalau ngeliat tadi malem sih ya, cantik, kayaknya baik. tapi gak tau deh, aku bakal setuju kalau udah kenal orangnya."

"semoga yang terbaik selalu buat keluarga Kak Melati ya," Lia tersenyum lagi.

"makasih Lia," Melati ikut tersenyum. hatinya jauh lebih lega setelah mengobrol dengan Lia dan melihat anak-anak panti bermain.

***

"tumben banget ayah ngajak makan malem barengan di restoran," Anggrek turun dari mobil dan merapikan bajunya. di sebelahnya, mobil berisi Raffles, Seroja, dan Mawar berhenti. Anggrek mengendarai mobilnya bersama Lily dan Melati.

"salah satu usahanya buat minta maaf sama kita gara-gara kejadian kemarin?" tebak Lily.

Anggrek mengangkat bahu. mulutnya berbisik, 'mungkin' tanpa suara. malam ini mereka sekeluarga akan makan malam di Lyon, Thamrin. sepertinya wujud perubahan Raffles yang ingin lebih memperhatikan keluarganya. mereka memasuki restoran dan langsung menuju meja yang sudah dipesan. rupanya disana sudah ada seseorang yang menunggu. wanita itu langsung berdiri dan tersenyum ketika rombongan keluarga Raffles mendekat.

Seroja, Anggrek, Lily, Melati, dan Mawar berpandangan. Raffles menahan nafas. "mam, Anggrek, Lily, Melati, Mawar, perkenalkan, ini Juniper. Juniper, ini keluarga bungaku,"

Juniper tersenyum lebar lalu bersalaman dengan semuanya. Anggrek memandang neneknya, keduanya berkomunikasi melalui tatapan mata yang kurang lebih artinya, 'oh mau ngenalin Juniper toh'. malam itu, mereka bertujuh berada dalam suasana yang hangat.

-empat tahun kemudian-

"Kak Lily dimana?"

"masih meeting," jawab Melati sambil merapikan hiasan di kepala Mawar.

"hari penting gini masih ada meeting?" 

"gak tau deh. tadi udah siap kan disini, terus mendadak ada stafnya yang ngajak ketemu. ketemu di lobi kok,"

Mawar cemberut. "kalo Kak Anggrek?" 

"masih di bandara," jawab Melati lagi.

"bandaraaaaaaaaaaaaaaa?" Mawar memijit-mijit kepalanya.

"dia kan baru dari Inggris kemarin. lagian kan acaranya jam 7. sekarang masih jam 6. kamu sibuk amat sih?"

Mawar cemberut lagi. hari ini hari pernikahannya. setelah empat tahun kuliah dan berteman dengan Rifki, akhirnya Mawar setuju untuk menikah dengan pria yang dijodohkan oleh ayahnya. lagipula selama empat tahun ini Rifki sempat melanjutkan kuliahlagi dan sekarang sudah benar-benar mapan, siap menjadi pendamping hidup Mawar. sementara itu Anggrek dan Lily sangat semangat bekerja, Anggrek di Ainggris dan Lily di Indonesia. mereka mewarisi sifat workaholic dari ayahnya. keduanya belum menikah. Anggrek dan Lily sudah berkali-kali didesak untuk segera menikah, namun mereka masih senang bekerja. Mawar berharap pesta pernikahannya hari ini memberi inspirasi untuk kedua kakaknya agar segera menikah. sementara itu Melati juga sudah menikah dengan seorang pejabat partai ternama di Indonesia dan sedang hamil anak pertamanya. ia banyak menghabiskan waktunya dengan kegiatan sosial, karena suaminya tidak ingin ia bekerja.

"nenek mana?" MAwar bertanya lagi.

"biasa, ngontrol ini itu. nenek kan detil banget orangnya. dia mau semua sempurna. jadi sekarang lagi mastiin semua hal bener-bener siap."

Mawar tertawa. "khas nenek banget! merhatiin sampe hal detil dan gak boleh ada yang kelewat. pas Kak Melati nikah juga yang sibuk nenek kan?"

Melati tersenyum dan mengangguk. tiba-tiba pintu kamar rias Mawar terbuka dan masuklah seorang anak berusia 2 tahun.

"Tulip!" Mawar bergegas berdiri lalu menggendong Tulip, adik kandungnya dari ibu yang berbeda. "mamanya mana?"

Juniper tergopoh-gopoh memasuki ruangan. "aduh, ternyata disini. tadi tiba-tiba ngilang gitu aja." Juniper bergegas mengambil anaknya dari gendongan Mawar.

"Kak Mawar cantik ya?" Juniper berkata pada Tulip yang dibalas dengan anggukan. Tulip sibuk menunjuk-nunjuk Mawar. "nanti kalau kamu udah gede, kamu juga bakal cantik kayak gitu."

Mawar tersenyum lalu mengecup pipi Tulip, meninggalkan bekas lipstik.

"aduh Tulip kecil-kecil udah punya tato!" Seroja memasuki ruangan dan langsung menghampiri Tulip yang langsung minta digendong. Seroja menyeka bekas lipstik dari pipi cucunya. "sudah siap, War?"

Mawar tersenyum berseri-seri. "insya Allah, Nek."

Seroja juga tersenyum. "ini pintu gerbangmu menuju keluarga baru. menuju kehidupan lain yang mungkin akan berbeda dari yang pernah kamu alami sebelumnya. saatnya kamu membangun sebuah peradaban bersama sang suami. sekaligus menggenapi tugas sebagai seorang wanita. jadilah istri dan ibu seutuhnya ya," seroja mencium kening Mawar. Mawar jadi ingin menangis tapi Melati menggeleng dan mnunjuk matanya. memberi tanda bahwa make up-nya bisa berantakan.

"Raffles mana, Jun?" Seroja berbalik menghadap Juniper.

"sedang mengobrol dengan penghulu. sebentar lagi dia akan kesini," jawab Juniper. "anakku itu, berubah banyak sekali. sejak ulang tahunmu itu, Mel," Melati mengangguk lalu tersenyum penuh arti.

"mungkin juga karena ayah tidak kesepian lagi," Melati melirik Juniper yang wajahnya langsung merona merah.

semenit kemudian Raffles memasuki ruangan, diikuti Anggrek dan Lily yang tampak kelelahan tapi bahagia. mereka berdua langsung memeluk Mawar. 

"kita dilangkahi lagi," kata Anggrek pada Lily.

"begitulah," jawab Lily singkat.

"kalau begitu segeralah menikah. nenek punya banyak calon yang bisa dipilih oleh kalian berdua," balas Seroja yang langsung diikuti oleh erangan Anggrek dan Lily. Raffles hanya tersenyum.

"semoga bunga-bunga kebanggaanku selalu dilindungi oleh Yang Maha Kuasa dan berada dalam kebahagiaan dunia akhirat," bisik Raffles. Seroja tersenyum lalu memeluk anaknya itu.


ki-ka: Anggrek, Tama, Melati, Mawar, Magnolia, Lily


ki-ka: *******, Raffles, Seroja xD


-THE END-

bahasa bunga dari bunga-bunga yang dipakai di cerita ini:
Seroja: kelahiran kembali dan pencerahan spiritual, mewakili kesucian, umur panjang, kehormatan, kesehatan dan keberuntungan
Anggrek (hitam): kekuasaan dan otoritas mutlak
Lily (orange): kebencian, penghinaan, kesombongan
Jasmine: keramahan; kekayaan; rahmat dan keanggunan
Mawar (putih): cinta sejati, lugu, amat menyenangkan, rahasia dan diam 
Magnolia: sweetness; keindahan; cinta alam; bangsawan; martabat; indah kecantikan
Tamarisk: kejahatan 
Artemisia: dignity 
Juniper: protection; memberi pertolongan 
Tulip (general): fame; amal
Rafflesia: gak nemu artinya. kalau ngeliat keberadaannya yang langka dan pertumbuhannya yang makan waktu sembilan bulan dan bertahan cuma 1 minggu, mungkin makna yang cocok itu: ketahanan, kerja keras, unik.

ini ceritanya fiksi ya kawan-kawan. hehe :D 

Komentar

Anonim mengatakan…
aaaaa bagus kak. aku suka karakter semuanya. apalagi karakter nya mawar. aku suka. etapi kenapa mawar dijodohin sih -__-

Postingan populer dari blog ini

Resume Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq

cumlaude dan IPK tertinggi

mimpi mimi apa?