Anggrek Biru

suatu hari di sebuah negeri yang sejahtera, hiduplah keluarga kecil yang bahagia. sang ayah bekerja sebagai petani sedangkan sang ibu biasa berjualan hasil kebun mereka di pasar. mereka memiliki kedua orang anak bernama Maya yang berusia 6 tahun dan Johan yang berusia 4 tahun. meski keduanya masih kecil, tapi mereka rajin membantu sang ayah di sawah ataupun sang ibu yang berjualan. ketika waktu makan malam, Maya dan Johan akan sibuk bercerita mengenai hal-hal apa yang mereka temui hari itu. meski bisa dibilang mereka berdua selalu berada dekat kedua orang tuanya, selalu ada hal baru yang diceritakan Maya dan Johan.

di luar batas wilayah tempat tinggal mereka, ada sebuah hutan yang sangat lebat dan gelap. Maya dan Johan serta anak-anak seusia mereka dilarang orang tua masing-masing untuk mendekati hutan itu. Maya dan Johan menurut saja. lagipula, Maya dan Johan sudah takut melihat hutan itu ketika suatu saat diajak ayah mereka melewatinya di perjalanan pulang dari kota sebelah. teman-teman mereka pun tidak ada yang berani mendekat. selama masih banyak tempat lain yang bisa dikunjungi, mengapa harus menuju hutan itu?

tidak ada angin tidak ada hujan, ibu mereka tiba-tiba sakit. badannya berkeringat dan panas sekali. di lengannya juga mulai muncul bintik-bintik berwarna kebiruan. Maya, Johan, dan ayah mereka sangat khawatir melihat kondisi ibu. dipanggillah segera seorang dokter yang tinggal dekat rumah mereka. dokter itu sering mengobati warga yang sakit. dokter yang ramah dan pintar. ia sering meminta tanaman dari rumah Maya dan Johan untuk dijadikan obat.

"saya belum pernah melihat sendiri penyakit ini..." kata dokter Ryo setelah memeriksa Anabel, ibu Maya dan Johan. "tapi saya pernah membaca di buku tentang penyakit yang diderita oleh Bu Anabel."

"apa nama penyakit ini, dokter?" tanya Toni, ayah Maya dan Johan.

"namanya Mavingitis. saya pernah membaca tentang ini di buku kedokteran. ini termasuk penyakit langka karena muncul 1000 tahun sekali dan terhadap kurang dari 10 orang. pasien hanya bisa disembuhkan dengan cara meminumkan air rebusan Bunga Anggrek Biru,"

Maya, Johan, dan Pak Toni semuanya terdiam. mereka belum pernah mendengar tentang Bunga Anggrek Biru. "dimana bunga itu bisa ditemukan, dokter?"

Dokter Ryo menghela nafas. "saya juga kurang tahu, Pak. dari buku yang saya baca itu, bunga untuk menyembuhkan penyakit Mavingitis didapat dari sebuah lokasi tertentu....hutan kegelapan itu Pak."

Pak Toni terkejut. hutan kegelapan! mendekatinya pun tidak mau. apa lagi masuk ke dalam dan mencari sesuatu yang belum tentu benar keberadaannya. 

"tapi..." Dokter Ryo melanjutkan. "bunga itu hanya bisa didapatkan oleh orang-orang terpilih. bunga itu tidak akan menampakkan diri pada mereka yang hatinya sudah ternoda."

Pak Toni menjadi bingung.

"ya, bunga anggrek biru memang ada di hutan kegelapan. tapi hanya bisa ditemukan oleh mereka yang masih berhati suci." Dokter Ryo melanjutkan.

seketika Pak Toni paham. anak-anaknya lah yang bisa menemukan bunga anggrek biru untuk ibunya.

"ayah, kata ibu, di dalam hutan itu ada nenek sihir pemakan anak kecil," Johan merengek sambil menarik baju ayahnya.

Pak Toni mengangguk lalu membungkuk, memeluk Johan.

"biar Maya saja yang mengambilnya untuk ibu. Maya berani kok! demi ibu!"

Pak Toni terperanjat. begitu juga Dokter Ryo. "kamu yakin, Maya?"

Maya mengangguk mantap. melihat kakaknya, Johan pun membeo. "Johan juga ikut!"

Pak Toni menelan ludah.

***

pagi-pagi sekali MAya dan Johan sudah diantar Pak Toni dan Dokter Ryo hingga ke tepi hutan. mereka dilengkapi banyak makanan dan minuman, tenda, pakaian, juga senjata jika dibutuhkan. Pak Toni cemas melihat anaknya yang masih kecil akan memasuki hutan kegelapan yang tidak diketahui seperti apa di dalamnya. belum lagi ada nenek sihir yang dikabarkan tinggal di hutan itu. namun kedua anaknya bertekad sangat keras. pun ibu mereka membutuhkan obat dari bunga anggrek biru itu. Pak Toni berpesan agar tidak terlalu lama berada di dalam hutan. jika merasa sudah gelap, Maya dan Johan diminta untuk keluar dari hutan dan melanjutkan pencarian keesokan harinya. Pak Toni akan berjaga di tepi hutan. sementara itu, Ibu Anabel dirawat oleh tetangga. Maya dan Johan juga diingatkan untuk memberi tanda agar memudahkan mereka kembali ke tempat Pak Toni.

maka berangkatlah kakak beradik itu. Maya berjalan dengan gagah berani sambil memberi tanda pada pohon-pohon yang mereka lalui. ketika memasuki hutan, suasana seketika berubah dingin dan lebih gelap. Johan menempelkan tubuh ke kakaknya dan terus melirik ke sekitar, ketakutan.

"diam Johan. kamu laki-laki. kamu harus berani! lagipula ini demi Ibu. kamu tidak mau melihat ibu sehat lagi?"

"aku mau kak. tapi...aku takut," Johan melirik kesana kemari. khawatir akan muncul sesuatu mengagetkan mereka. tapi hutan itu sunyi. sangat sunyi. bahkan gemerisik angin pun tak terdengar. 

Maya dan Johan terus berjalan. peluh mulai membasahi wajah mereka. beberapa kali Maya dan Johan berhenti, memakan perbekalan sedikit demi sedikit, masih sambil menandai pohon yang mereka lewati.

"tidak ada tanda-tanda bunga anggrek biru," kata JOhan.

Maya mengangguk. ia mulai ingin menangis dan pulang. tapi jika ia pulang, ibunya akan tetap sakit dan tidak bisa disembuhkan. ditambah lagi Johan terlihat lebih rapuh darinya. sebagai kakak, ia harus berani dan memberi contoh yang baik bagi adiknya.

mereka berjalan lagi. kali ini lebih pelan dan lebih cermat. matahari terasa berada tepat di atas kepala mereka, namun Maya dan Johan merasa bahwa suasana lebih gelap dari ini. 

"kak," panggil Johan.

"apa?" balas Maya sedikit keras. ia ingin ibunya.

"itu," Johan menunjuk ke sebuah tempat, sekitar 100 meter dari tempat mereka berdiri di arah pukul 2. Maya menoleh. samar terlihat olehnya kilasan warna biru.

"bunga anggrek biru! ayo Jo!" Maya berlari. Johan ikut berlari juga. senang karena apa yang mereka cari akhirnya ditemukan. semakin dekat dengan sesuatu berwarna biru itu, yang semakin nyata pula bahwa itu adalah bunga anggrek biru, kecepatan lari Maya dan Johan semakin tinggi. mereka seakan lupa akan kelelahan yang mereka alami. namun belum sampai pada bunga anggrek biru, mereka seperti menabrak dinding tak kelihatan.

"aduh!" jerit Maya dan Johan berbaringan. mereka lalu jatuh terduduk sambil memegangi dahi masing-masing. ketika melihat ke arah bunga anggrek biru, Maya dan Johan berteriak semakin kencang. mereka melihat satu sosok berjubah hitam!

Maya dan Johan menjadi takut. sangat takut. mereka mulai menangis. itu nenek sihir yang sering diceritakan orang-orang. Johan ingin berlari. tapi kakinya tidak mau digerakkan. ia menangis semakin keras. berteriak-teriak memanggil ibu dan ayahnya. Maya juga menangis kencang. Maya bermaksud berlari menjauhi nenek sihir ketika Maya sadar dia dan Johan berada dalam sebuah kurungan. nenek sihir itu berjalan pelan mendekati kurungan mereka. Maya dan Johan tertatih-tatih mundur, berada sejauh mungkin dari nenek sihir itu.

"jangan makan kami, nek! kami cuma mau meminta sedikit bunga anggrek biru itu demi ibu kami yang sedang sakit. kami mohon nek." Maya berusaha menjelaskan di sela-sela tangisannya. ia takut sekali. takut dimakan oleh nenek sihir ini. diberi garam, merica, sayur mayur, lalu menjadi menu makan malam yang lezat. Maya kurus, pasti tidak enak dimakan. tidak seperti Johan yang lebih gemuk darinya. Johan juga suka nakal, suka menjahili Maya. tapi Maya tidak tega kalau adiknya juga dimakan oleh nenek sihir. Maya menangis lagi.

nenek sihir itu sudah sampai di tepi kurungan mereka. wajahnya tidak terlihat. Maya dan Johan hanya bisa melihat mata berwarna biru yang menatap mereka. nenek sihir itu menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Johan melihat bahwa sekitar matanya penuh kerutan. benar-benar seorang nenek sihir!

"apa ibu kalian betul-betul sakit?" nenek sihir itu bertanya. suaranya serak dan dia berbicara sangat pelan.

Maya dan Johan buru-buru mengangguk. 

"sudah berapa lama?"

"sa-sa-sa-satu minggu," jawab Maya takut-takut.

"berapa usia kalian?" 

"a-a-aku enam tahun, a-a-adikku empat tahun,"

"apa kalian sayang pada ibu kalian?"

kedua kakak beradik itu langsung mengangguk kuat-kuat.

"kita akan mengetahuinya. tutup mata kalian,"

MAya dan Johan tetap membuka mata mereka. "aku bilang tutup!" nenek sihir itu berteriak. Maya dan Johan buru-buru menutup mata mereka. dalam hatinya, Johan berbisik, "sepertinya nenek sihir itu akan benar-benar memakan aku dan kak maya. dengan buah-buahan kami pasti jadi makanan penutup mulut yang lezat. dagingku juga banyak. kalau aku harus dimakan, berarti aku belum sempat membeli mainan mobil-mobilan yang ada di pasar. tapi ini demi ibu. aku harus berani,"

kedua anak manusia dalam kurungan itu sudah siap jika mereka akan dimakan oleh nenek sihir. namun tidak ada yang terjadi pada mereka sampai suara serak nenek sihir itu terdengar lagi, "buka mata kalian,"

pelan-pelan, Maya dan Johan membuka mata. di pangkuan mereka sudah terdapat banyak bunga anggrek biru. mata mereka melotot saking kagetnya.

"jika kalian ikhlas dan tulus menyayangi ibu kalian, bunga itu yang akan mendatangi kalian tanpa harus kalian bersusah payah mencarinya. dengan begini, aku juga bisa terbebas," perlahan suara nenek sihir itu tidak terdengar serak lagi. Maya dan Johan terbelalak karena ada cahaya biru yang menyelubungi nenek sihir itu. ketika cahaya itu lenyap, berdirilah seorang gadis cantik di tempat nenek sihir itu berada tadi. Maya dan Johan masih ketakutan. ketika nenek sihir, eh, gadis itu mendekati dan membungkuk di depan mereka, Maya dan Johan kompak merangkak mundur.

"jangan takut. aku bukan orang jahat. 1000 tahun lalu sahabatku tersayang mengalami sakit yang sama seperti yang diderita ibumu. aku juga diberi tahu untuk mengambil bunga anggrek biru ke hutan ini. aku berhasil mendapatkannya karena aku sangat sayang pada sahabatku. tapi rupanya saat itu keserakahan mempengaruhiku. aku mengambilnya lebih banyak dari yang dibutuhkan. jadi, meski sahabatku sehat kembali, aku dikutuk menjadi penjaga bunga anggrek biru dan berpenampilan seperti nenek sihir. kutukanku terbebas jika ada yang mengambil bunga anggrek biru dengan keikhlasan dan rasa sayang yang tulus, dalam jumlah yang seperlunya. dan kalianlah orangnya. terima kasih banyak!"

Johan memandang kakaknya kebingungan. Maya menggeleng tanda ia juga tidak tahu harus berbuat apa. 

"bunga anggrek biru bilang ia akan membantu mengembalikan kalian kembali ke ayah kalian yang sedang menunggu," gadis itu tersenyum. Maya dan Johan masih tidak percaya. sekelebat cahaya biru menyilaukan mata mereka berdua sehingga Maya dan Johan refleks menutup mata. ketika mata kembali terbuka, Maya dan JOhan bisa melihat Pak Toni dan Dokter Ryo sedang memandangi mereka dengan wajah cemas.

"kalian di dalam hutan selama 2 hari," kata Pak Toni.

"tapi kalian baik-baik saja kan?" Dokter Ryo memeriksa tubuh Maya dan Johan, khawatir ada luka. Maya dan Johan melihat kedua tangan mereka. disana masih banyak terdapat bunga anggrek biru.

"ayah, anggreknya." kata Johan.

Pak Toni dan Dokter Ryo tersadar. mereka berempat langsung saling berpelukan.

"dengan ini ibu kalian akan sembuh!"

Maya dan Johan juga mengangguk gembira. bersyukur karena ibu mereka berhasil diselamatkan. tentang gadis atau nenek sihir tadi, ah, entahlah, mungkin Maya dan Johan hanya bermimpi.

-THE END-

---

coba-coba nulis cerita buat anak kecil, biar gak cinta-cintaan mulu hehe. insight yang mau diambil dari cerita ini apa aja coba? yup, keberanian, kesabaran, perjuangan, tidak mudah putus asa. semoga kalian juga bisa merasakan insight dari cerita ini ya. saran dan kritik diperbolehkan. makasih udah baca! :D

Komentar

Anonim mengatakan…
Insight tambahan : ketulusan :)

Postingan populer dari blog ini

Resume Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq

cumlaude dan IPK tertinggi

mimpi mimi apa?