Tech In Asia Jakarta 2018
Alhamdulillah beberapa waktu lalu aku dapat kesemp,atan untuk hadir di salah satu event Startup kece di Jakarta. Nama event-nya adalah Tech In Asia Jakarta. Untuk yang belum tahu, Tech In Asia adalah "komunitas online pelaku Startup di Asia". Dikutp dari website https://id.techinasia.com/
Sesuai dengan identitas dirinya, maka Tech In Asia Jakarta ini juga berisi aktivitas seputar startup. Karena diadakan di Indonesia, tepatnya di Jakarta Conevntion Center, maka ada tambahan 'Jakarta' di nama event ini. Event yang berlangsung selama dua hari yaitu pada tanggal 23 dan 24 Oktober 2018 ini diisi dengan semacam seminar dan pameran dari perusahaan-perusahaan startup.
Topik-topik yang disediakan di empat stage ini punya keunikan masing-masing yang pastinya sangat membuat kita tertarik. Ada Main Stage, Rinjani Stage, Kerinci Stage, dan Semeru Stage. Meskipun judulnya startup, tapi ilmunya tetap bisa kok kalau mau diaplikasikan di bisnis konvensional atau sekedar project.
Jujur, saya sangat tertarik ikut acara Tech In Asia karena dulu tesis saya adalah tentang perusahaan startup dan saya banyak mengambil data dari artikel-artikel di TIA. Saya alhamdulillah dapat tiket melalui kuis. Jadi saya datang sebagai bagian dari Corporate tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun (kecuali ongkos. makan pun nggak karena seharian itu saya lupa makan saking asiknya keliling-keliling). Berhubung acara ini diadakan di hari kerja dan jatah cuti saya sudah setipis badannya Kendall Jenner, jadi saya putuskan untuk datang di hari kedua saja. Saya datang sejak jam 10 menggunakan TransJakarta, registrasi, dan langsung menjelajah Hall A JCC.
Dikarenakan saya gak punya jam pasir kayak Hermione Granger yang membuat dia bisa ikut beberapa kelas dalam satu waktu, jadi saya harus memilih stage mana dan topik apa yang ingin saya kunjungi. Pertama yang saya datangi adalah Kerinci Stage yang saat itu sedang menampilkan presentasi dari Bernardus Ari Kuncoro, Data Insight Analytic, Telkomsel. Judul presentasinya adalah "Mobility Data for Understanding Consumer Behavior". Saya tertarik karena ada kata kunci data dan perilaku konsumen. Kata-kata data selalu menarik perhatian, meskipun bukan data 'ribet' yang jadi makanan saya. Saya mah anak Excel aja cukup. Di presentasinya, dijelaskan soal berbagai analisis secara sistem dan teori. Singkat kata, begini kesimpulannya:
Selanjutnya saya masih belum beranjak dari Kerinci Stage karena topik berikutnya juga menarik dan sesuai dengan yang biasa saya hadapi di tempat kerja sekarang (NET). Judul topiknya adalah "The New Method of Advertising KOL vs Conventional Media". Materi ini dibawakan oleh Hanifa Ambadar, CEO Female Daily Network, Ramya Prajna S, co-CEO Think Web, dan Lani Rahayu Sr. Marcomm & PR Manager Blibli.com. Sesi ini dimoderatori oleh Pradipta Nugrahanto selaku Editor in Chief, Tech In Asia Indonesia.
Meskipun jaman sekarang hampir segalanya berbau digital, namun sebenarnya media konvensional pun tetap dibutuhkan. Tidak berarti ketika iklan disuguhkan dalam bentuk digital maka media konvensional lantas dilepaskan begitu saja. Masih ada bagian-bagian, topik-topik, sasaran-sasaran yang hanya bisa disentuh melalui media konvensional. Televisi misalnya. Masih jadi media yang ampuh untuk metode beriklan.
Ketika pun suatu brand memutuskan akan menggunakan KOL dalam metode beriklan, ada beberapa pertimbangan yang mereka buat. Salah satunya adalah siapa KOL yang akan mereka pilih. KOL tersebut harus bisa sangat dekat dengan target market mereka. Dalam artian, jika mereka menyasar ibu-ibu muda yang akrab dengan anaknya, maka mereka akan mencari tokoh ibu muda yang sesuai dengan imej tersebut (ini contoh dari saya aja). Ada pula istilah minor influencer, yaitu mereka yang pengikutnya (di Instagram) masih di bawah puluhan ribu. Para advertiser cenderung menyukai kategori ini karena dengan demikian, mereka lebih dapat menelusuri jejak promosi (insight) lebih jelas dan akurat. Jika ada yang belum tahu, para influencer ini kadang diberikan kode promo khusus untuk digunakan oleh konsumen. Seberapa besar dampak influencer, bisa dilihat dari berapa banyak kode promo tersebut digunakan.
Setelah dari sesi ini saya berpindah ke Rinjani Stage yang saat ini masih menampilkan presentasi dari Casper Sermsuksan, Co-Founder & CEO Kulina, tentang People Management in Kulina. Sebagai lulusan Psikologi dan Manajemen SDM, pastinya topik ini cuco meong kan?
Di Kulina, beliau menjelaskan bahwa setiap hari, karyawannnya akan membuat to do list yang terbagi menjadi dua, MDT dan MIT (lupa kepanjangan aslinya apa, kalau gak salah MIT itu Most Important Things). Setiap akhir hari pun mereka akan mengecek apakah to do list ini sudah bisa diselesaikan. Ada satu kalimat dari Casper Sermsuksan yang saya ingat, "kalau karyawan itu memang mampu, untuk apa tunggu lama agar dia bisa promosi?" Nah jadi untuk yang merasa punya kemampuan dan perusahaannya pun terbuka, silakan, jangan ragu-ragu minta promosi. Wkwkwk.
Berikutnya adalah break. Saya memilih untuk duduk di salah satu Working Station dan baca-baca buku yang saya bawa. Di JCC ini disediakan dua area Working Station. Banyak orang yang bawa laptop dan mungkin kerja di sini. Oh iya, yang menariknya, disediakan juga kopi, teh, air mineral gratis untuk para pengunjung. Untuk makanan berat, tetap harus beli di salah satu stand atau keluar ke food court JCC. Sambil istirahat juga, foto-foto dulu bisa kan yaaa. Foto atribut kok.
Pasca Ishoma, saya ketemu dulu sama Mutul yang juga ikut hadir sebagai Startup. Waktu Mutul masih asyik liat-liat, saya pilih untuk masuk ke Main Stage dan langsung duduk manis untuk menonton alias belajar dari sesi berikutnya. "Shaping the Exit Strategy That Fits for Your Company" yang dibawakan oleh Teddy Oetomo, Chief Strategy Officer Bukalapak, Yoriyuki Sugiyama General Manager & Chief Representative Tokyo Stock Exchange Inc, William Bao Bean, General Partner SOSV, dan dimoderatori oleh Natali Ardianto, Co-Founder dan CTO, EmasDigi.Com.
Perusahaan startup berbeda dengan perusahaan lainnya karena dia punya 'ujung'. Makanya diperlukan exit startegy yang tepat. Apakah dia akan berakhir dengan mengenaskan alias tutup? Apakah dia akan berakhir dengan menjadi bagian dari perusahaan besar? Atau dia akan terus lanjut sebagai perusahaan startup hingga si pemilik mewariskannya ke anak dan cucunya?
Diskusi dari Cheif Strategy Bukalapak, Chief Representative, dan General Partner, salah satunya menyebutkan bahwa jika si perusahaan startup ingin menjual perusahaannya kepada perusahaan lain (investor) maka mereka harus bisa memastikan bahwa para investor tersebut tetap dapat melanjutkan nilai-nilai dan tujuan yang sudah dibangun sejak awal perusahaan startup ini berdiri.
Yang bikin saya takjub pada sesi ini adalah ketika Pak Teddy Oetomo berbicara. Bahasa Inggrisnya bagus banget! Dia juga mengambil contoh Pak TP Rahmat yang menjual Adira Finance ke Bank Danamon karena funding pribadi tidak mencukupi jika ingin Adira Finance terus berkembang. Sounds familiar? Iyalah kan dulu saya kerja di Adira Finance. Haha.
Anyway, SEMUA speakers di Tech In Asia bicara dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Tidak beranjak dari Main Stage karena saya mau ikut sesi berikutnya. "Muslim in Asia Panel, Marketing to Muslims". Sesi ini diisi oleh Fazal Bahardean, CEO HalalTrip, Diajeng Lestari CEO HijUp, dan Pramadita Tasmaya, CEO & Founder Muslimarket.com, yang dimoderatori oleh Bembi Juniar, Co-Founder & CMO, Alami.
Asia Tenggara masih jadi pasar yang besar untuk target market berupa masyarakat muslim. Setiap elemen bisnis yang terkait dengan keperluan bagi Muslim dan Muslimah, perlu menjalin kerja sama yang baik.
Berpindah kembali, kali ini ke Semeru Stage. Di sana ada Markus Liman Rahardja, Head of Digital Strategy Bank BRI, Kong Wan Long, Co-Founder & Chief Commercial Officer JustCo, Clarissa Leung, CEO & Founder Seekmi, dan moderator Fauzan Gani, CEO Doogether. Mereka membahas topik berjudul "Unlocking the Power of Collaborative Partnership".
Tidak berpindah dari Semeru Stage, saya dan beberapa orang banyak mendengarkan cerita tentang "Startup Fail Stories" dari Domex Mandey, Chief Evangelist space#, Johannes Ardiant, Co-Founder Lemonilo, Denny Santoso, Digital Marketer, Entrepreneur, & Founder DigitalMarketer.Id, dan Moderator Aditya Pratama, Head of Business Partner, TADA.
Serunya sesi ini adalah karena para pembicara itu benar-benar hanya bercerita tentang kegagalan mereka. How f*cked up their business sometimes but its all about how you stand up, learn from your mistakes, creating something new, fight for it, and succedd!. Its a long story but failure doesn't mean you should stop from doing anything you like to do.
Sebagai bukti bahwa saya beneran dateng, tadaaaa!!!
Ketika semua sesi sudah selesai dan saya masih belum mau pulang-pulang amat, saya keliling di booth-booth pameran. Daftar jadi nasabah digibank, ngisi air minum, ngecas sebentar, lihat-lihat startup apa saja yang ada di Indonesia. Ternyata ada banyak tipe startup di Indonesia ini, bukan hanya e-commerce yang sepertinya pertama kali diingat oleh orang-orang begitu menyebut startup. Ini dia kategorinya:
Banyak kan? Startup ini juga bermanfaat untuk mengembangkan lapangan pekerjaan lho. Juga pastinya membentuk banyak terobosan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga nanti ada kesempatan lagi datang ke event-event pembelajaran seru seperti ini. Yeay!
Sesuai dengan identitas dirinya, maka Tech In Asia Jakarta ini juga berisi aktivitas seputar startup. Karena diadakan di Indonesia, tepatnya di Jakarta Conevntion Center, maka ada tambahan 'Jakarta' di nama event ini. Event yang berlangsung selama dua hari yaitu pada tanggal 23 dan 24 Oktober 2018 ini diisi dengan semacam seminar dan pameran dari perusahaan-perusahaan startup.
Topik-topik yang disediakan di empat stage ini punya keunikan masing-masing yang pastinya sangat membuat kita tertarik. Ada Main Stage, Rinjani Stage, Kerinci Stage, dan Semeru Stage. Meskipun judulnya startup, tapi ilmunya tetap bisa kok kalau mau diaplikasikan di bisnis konvensional atau sekedar project.
Jujur, saya sangat tertarik ikut acara Tech In Asia karena dulu tesis saya adalah tentang perusahaan startup dan saya banyak mengambil data dari artikel-artikel di TIA. Saya alhamdulillah dapat tiket melalui kuis. Jadi saya datang sebagai bagian dari Corporate tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun (kecuali ongkos. makan pun nggak karena seharian itu saya lupa makan saking asiknya keliling-keliling). Berhubung acara ini diadakan di hari kerja dan jatah cuti saya sudah setipis badannya Kendall Jenner, jadi saya putuskan untuk datang di hari kedua saja. Saya datang sejak jam 10 menggunakan TransJakarta, registrasi, dan langsung menjelajah Hall A JCC.
![]() |
Agenda Hari Kedua saja |
![]() |
Petunjuk |
Dikarenakan saya gak punya jam pasir kayak Hermione Granger yang membuat dia bisa ikut beberapa kelas dalam satu waktu, jadi saya harus memilih stage mana dan topik apa yang ingin saya kunjungi. Pertama yang saya datangi adalah Kerinci Stage yang saat itu sedang menampilkan presentasi dari Bernardus Ari Kuncoro, Data Insight Analytic, Telkomsel. Judul presentasinya adalah "Mobility Data for Understanding Consumer Behavior". Saya tertarik karena ada kata kunci data dan perilaku konsumen. Kata-kata data selalu menarik perhatian, meskipun bukan data 'ribet' yang jadi makanan saya. Saya mah anak Excel aja cukup. Di presentasinya, dijelaskan soal berbagai analisis secara sistem dan teori. Singkat kata, begini kesimpulannya:
![]() |
Intinya. |
![]() |
Salah satu presentasi |
![]() |
Salah dua presentasi |
![]() |
Salah tiga presentasi |
Selanjutnya saya masih belum beranjak dari Kerinci Stage karena topik berikutnya juga menarik dan sesuai dengan yang biasa saya hadapi di tempat kerja sekarang (NET). Judul topiknya adalah "The New Method of Advertising KOL vs Conventional Media". Materi ini dibawakan oleh Hanifa Ambadar, CEO Female Daily Network, Ramya Prajna S, co-CEO Think Web, dan Lani Rahayu Sr. Marcomm & PR Manager Blibli.com. Sesi ini dimoderatori oleh Pradipta Nugrahanto selaku Editor in Chief, Tech In Asia Indonesia.
Meskipun jaman sekarang hampir segalanya berbau digital, namun sebenarnya media konvensional pun tetap dibutuhkan. Tidak berarti ketika iklan disuguhkan dalam bentuk digital maka media konvensional lantas dilepaskan begitu saja. Masih ada bagian-bagian, topik-topik, sasaran-sasaran yang hanya bisa disentuh melalui media konvensional. Televisi misalnya. Masih jadi media yang ampuh untuk metode beriklan.
Ketika pun suatu brand memutuskan akan menggunakan KOL dalam metode beriklan, ada beberapa pertimbangan yang mereka buat. Salah satunya adalah siapa KOL yang akan mereka pilih. KOL tersebut harus bisa sangat dekat dengan target market mereka. Dalam artian, jika mereka menyasar ibu-ibu muda yang akrab dengan anaknya, maka mereka akan mencari tokoh ibu muda yang sesuai dengan imej tersebut (ini contoh dari saya aja). Ada pula istilah minor influencer, yaitu mereka yang pengikutnya (di Instagram) masih di bawah puluhan ribu. Para advertiser cenderung menyukai kategori ini karena dengan demikian, mereka lebih dapat menelusuri jejak promosi (insight) lebih jelas dan akurat. Jika ada yang belum tahu, para influencer ini kadang diberikan kode promo khusus untuk digunakan oleh konsumen. Seberapa besar dampak influencer, bisa dilihat dari berapa banyak kode promo tersebut digunakan.
Setelah dari sesi ini saya berpindah ke Rinjani Stage yang saat ini masih menampilkan presentasi dari Casper Sermsuksan, Co-Founder & CEO Kulina, tentang People Management in Kulina. Sebagai lulusan Psikologi dan Manajemen SDM, pastinya topik ini cuco meong kan?
Di Kulina, beliau menjelaskan bahwa setiap hari, karyawannnya akan membuat to do list yang terbagi menjadi dua, MDT dan MIT (lupa kepanjangan aslinya apa, kalau gak salah MIT itu Most Important Things). Setiap akhir hari pun mereka akan mengecek apakah to do list ini sudah bisa diselesaikan. Ada satu kalimat dari Casper Sermsuksan yang saya ingat, "kalau karyawan itu memang mampu, untuk apa tunggu lama agar dia bisa promosi?" Nah jadi untuk yang merasa punya kemampuan dan perusahaannya pun terbuka, silakan, jangan ragu-ragu minta promosi. Wkwkwk.
![]() |
Contoh MDT & MITs |
![]() |
Pesan penting |
![]() |
Bacanya bikin senyum |
![]() |
Numpang foto di booth AWS |
Pasca Ishoma, saya ketemu dulu sama Mutul yang juga ikut hadir sebagai Startup. Waktu Mutul masih asyik liat-liat, saya pilih untuk masuk ke Main Stage dan langsung duduk manis untuk menonton alias belajar dari sesi berikutnya. "Shaping the Exit Strategy That Fits for Your Company" yang dibawakan oleh Teddy Oetomo, Chief Strategy Officer Bukalapak, Yoriyuki Sugiyama General Manager & Chief Representative Tokyo Stock Exchange Inc, William Bao Bean, General Partner SOSV, dan dimoderatori oleh Natali Ardianto, Co-Founder dan CTO, EmasDigi.Com.
Perusahaan startup berbeda dengan perusahaan lainnya karena dia punya 'ujung'. Makanya diperlukan exit startegy yang tepat. Apakah dia akan berakhir dengan mengenaskan alias tutup? Apakah dia akan berakhir dengan menjadi bagian dari perusahaan besar? Atau dia akan terus lanjut sebagai perusahaan startup hingga si pemilik mewariskannya ke anak dan cucunya?
Diskusi dari Cheif Strategy Bukalapak, Chief Representative, dan General Partner, salah satunya menyebutkan bahwa jika si perusahaan startup ingin menjual perusahaannya kepada perusahaan lain (investor) maka mereka harus bisa memastikan bahwa para investor tersebut tetap dapat melanjutkan nilai-nilai dan tujuan yang sudah dibangun sejak awal perusahaan startup ini berdiri.
Yang bikin saya takjub pada sesi ini adalah ketika Pak Teddy Oetomo berbicara. Bahasa Inggrisnya bagus banget! Dia juga mengambil contoh Pak TP Rahmat yang menjual Adira Finance ke Bank Danamon karena funding pribadi tidak mencukupi jika ingin Adira Finance terus berkembang. Sounds familiar? Iyalah kan dulu saya kerja di Adira Finance. Haha.
Anyway, SEMUA speakers di Tech In Asia bicara dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Tidak beranjak dari Main Stage karena saya mau ikut sesi berikutnya. "Muslim in Asia Panel, Marketing to Muslims". Sesi ini diisi oleh Fazal Bahardean, CEO HalalTrip, Diajeng Lestari CEO HijUp, dan Pramadita Tasmaya, CEO & Founder Muslimarket.com, yang dimoderatori oleh Bembi Juniar, Co-Founder & CMO, Alami.
Asia Tenggara masih jadi pasar yang besar untuk target market berupa masyarakat muslim. Setiap elemen bisnis yang terkait dengan keperluan bagi Muslim dan Muslimah, perlu menjalin kerja sama yang baik.
Berpindah kembali, kali ini ke Semeru Stage. Di sana ada Markus Liman Rahardja, Head of Digital Strategy Bank BRI, Kong Wan Long, Co-Founder & Chief Commercial Officer JustCo, Clarissa Leung, CEO & Founder Seekmi, dan moderator Fauzan Gani, CEO Doogether. Mereka membahas topik berjudul "Unlocking the Power of Collaborative Partnership".
Tidak berpindah dari Semeru Stage, saya dan beberapa orang banyak mendengarkan cerita tentang "Startup Fail Stories" dari Domex Mandey, Chief Evangelist space#, Johannes Ardiant, Co-Founder Lemonilo, Denny Santoso, Digital Marketer, Entrepreneur, & Founder DigitalMarketer.Id, dan Moderator Aditya Pratama, Head of Business Partner, TADA.
Serunya sesi ini adalah karena para pembicara itu benar-benar hanya bercerita tentang kegagalan mereka. How f*cked up their business sometimes but its all about how you stand up, learn from your mistakes, creating something new, fight for it, and succedd!. Its a long story but failure doesn't mean you should stop from doing anything you like to do.
Sebagai bukti bahwa saya beneran dateng, tadaaaa!!!
Ketika semua sesi sudah selesai dan saya masih belum mau pulang-pulang amat, saya keliling di booth-booth pameran. Daftar jadi nasabah digibank, ngisi air minum, ngecas sebentar, lihat-lihat startup apa saja yang ada di Indonesia. Ternyata ada banyak tipe startup di Indonesia ini, bukan hanya e-commerce yang sepertinya pertama kali diingat oleh orang-orang begitu menyebut startup. Ini dia kategorinya:
- E-Commerce
- Education
- Fintech
- Entreprise Solution
- Agriculture
- AdTech
- Big Data
- Software as Service
- Artificial Intelligence
- Lifestyle
- Design
- Developer Tools
- Hardwar/Internet of Thing
- Hardware
- Health
- Gaming
- Greentech
- Foodtech
- General Software
- Media
- Entertainment
- Internet Infrastructure
- Location Based Service
- Production
- Music & Entertainment On Stage
- Real Estate
- Sharing Economy
- Security
- Social Networking & Communication
- Travel
- Others
Banyak kan? Startup ini juga bermanfaat untuk mengembangkan lapangan pekerjaan lho. Juga pastinya membentuk banyak terobosan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga nanti ada kesempatan lagi datang ke event-event pembelajaran seru seperti ini. Yeay!
Bisa cek juga Highlight di Instagram saya. |
Komentar