Janji Aku dan Kamu
Bahkan di saat tak ada kewajiban tersisa di antara kita, aku yang masih setia. Padahal kamu yang meminta pergi. *** Malam itu saat cuaca dingin karena hujan seharian, aku berdiri termenung di lobby gedung berlantai 14. Kebingungan menentukan mode transportasi apa yang harus kugunakan. Tanpa terduga, kamu muncul, terperangah menatapku, seakan tak percaya bahwa aku sedang berdiri. Seharusnya aku yang terpana. Aku yang tak percaya melihatmu berdiri di depanku. Sementara seharusnya kamu berada di kantormu yang terletak di bilangan sibuk Jakarta lainnya. Kamu menyebut namaku, yang kamu ulang berkali-kali di pertemuan pertama kita. Pertemuan tak sengaja ala sinetron, saat kamu menumpahkan kopi senilai 50 ribu ke kemeja yang kugunakan demi presentasi di hadapan Board of Management hari itu. Aku ingin marah, kamu pun begitu menyesal. Dewi Fortuna memihak kita berdua, kutahan amarah dan berbalik menuju kantor, mencari pakaian cadangan. Kamu, sementara itu, entah apa yang dibica...