Sapu, Sate, dan Sepatu
Amel
"Meeeeel, ini kamar lo kotor banget siiiihhhhh. rambut dimana-mana, debu, kertas handout. lo gak pernah bersih-bersih yaaa?" Lena memasuki kamar kost Amel sambil berjinjit dan memandang ngeri ke setiap penjuru kamar Amel. sahabatnya di kampus.
diomeli oleh Lena, Amel hanya melirik sekilas lalu kembali menekuni komik Conan terbaru yang ia beli. "gak punya sapu."
"beli siiih. komik bisa, beli sapu susah amat," Lena buru-buru menjatuhkan diri di atas kasur dan mengangkat kakinya agar terjauh dari kericuhan di kamar Amel.
"kalo komik bisa ditaro di tas, Len. kalau beli sapu, masa dimasukkin ke tas?" sahut Amel cuek.
"ya tapi kan gak gini juga. jorok lu ah. gimana mau punya pacar," balas Lena masih sambil memandang jijik ke lantai kamar kos Amel.
"yang penting gw punya lo kan Len," kata Amel sambil terkikik.
Adel
"I need to buy a new pair of shoes," kata Adel lebih kepada dirinya sendiri. bukan kepada pacarnya yang sedang duduk bermain PS. "yang bagus dan tahan dipakai."
"hmm," sahut pacarnya tanpa terlalu fokus pada apa yang Adel bicarakan.
"besok aku selesai kuliah jam 1. kamu temani aku belanja ya," kata Adel lagi. kali ini langsung menatap pacarnya, menghalangi pandangan sang kekasih dari layar TV.
"ya ya ya," sahutnya sambil menggeser kepala agar pandangannya tetap lurus ke arah TV.
Arya
Mematikan mesin motornya tepat di depan sebuah gerobak sate. penjual sate ini sudah lama berjualan di dekat rumahnya. setiap pulang kuliah atau berkumpul bersama teman, Arya pasti menyempatkan diri untuk mampir disini. penjualnya sudah sepuh, tapi semangat berjualannya masih tinggi. ia pun sangat ramah pada siapapun yang membeli dagangannya. sejak pukul 5 sore ia sudah menggelar jualannya. karena keramahan penjual dan kebaikan hatinya, kakek itu selalu laku saat berjualan. Arya pernah bertanya, apakah anak-anak si kakek tidak memberikan biaya untuk hidupnya sampai ia masih harus berjualan? jawaban si kakek mengejutkan Arya, "anak-anak saya udah pada berkeluarga mas, ada yang jadi PNS, ada yang jadi dokter. kalau soal biaya mereka selalu ngasih. tapi saya sering ngerasa sepi kalau gak jualan. daripada di rumah diam saja." sejak saat itu Arya semakin rajin mengunjungi gerobak kakek penjual sate sekadar untuk mengingatkan dirinya sendiri bahwa semangat bekerja tidak kenal usia.
Amel
sore ini Amel terpaksa mampir ke Indomaret demi membeli sapu demi Lena. Lena yang sudah mengomel hampie 100x sehari kepada Amel karena kamarnya sering berantakan dan Amel cuma menyapunya seminggu sekali. itupun menggunakan sapu yang ia pinjam dari Lena. sepele sih, cuma sapu. tapi Amel pikir benar juga. daripada Lena capek ngomel terus, terus Lena kecapean, ditambah lupa makan, nanti Lena pingsan dan gak masuk kuliah, wah itu lebih susah lagi urusannya. padahal setiap kuliah, Amel selalu menggantungkan hidupnya pada Lena. maklum, 75% waktu di kelas Amel gunakan untuk tidur :p
Amel menjinjing sapu keluar dari Indomaret dengan gaya tukang buah memikul dagangannya. sambil menyanyi lagu Pemeran Utama (Amel sering berpikir ia mungkin saudara jauh dari Raisa), Amel sedikit menggoyang-goyangkan sapu yang ia bawa. Amel tidak sadar ada motor yang baru diparkir depan Indomaret.
"ADUH!" teriak seseorang dari belakang Amel. Amel refleks berhenti. ia merasa sapunya menyentuh sesuatu. perlahan Amel membalikkan badannya, sambil berhati-hati juga agar jangan sampai sapunya menyentuh korban lain.
"lho Bang Arya," sahut Amel sambil cengengesan.
"apa lo ketawa-ketawa? itu sapu lo kena pala gue. ati-ati kali Mel. kayak tukang somay aja lu," balas Arya sambil mengelus kepalanya yang tercium sapu Amel.
"tukang somay sekarang pake gerobak bang, jarang yang dipanggul begini," balas Amel masih sambil nyengir.
"deket rumah gue masih ada kok. ah sudahlah. ati-ati tuh bawa sapu terbang lo, ntar kena korban lain selain gue," Arya membalas sambil turun dari motor dan menyimpan helm dengan hati-hati.
"iya bang, siap. ntar gue naikin aja nih sapu ampe kosan biar aman. ngomong-ngomong, lagi ngapain Bang Arya?" Amel menurunkan sapunya dan mulai menaiki sapu layaknya Harry Potter mau memulai pertandingan Quidditch. Arya sedikit tersenyum melihat kelakuan adik tingkatnya ini.
"mau nonton Harry Potter 8," jawab Arya asal
"lah mana ada. harry Potter cuma ampe 7," sahut Amel sambil kaget.
Arya geleng-geleng. "ya emang gak ada. menurut lo di Indomaret mau ngapai selain belanja," Arya kesal sekaligus gemas.
Amel tertawa. "makin gila ah gue ngobrol sama lo bang. gue duluan ya. bye!"
Amel pun berlalu, masih sambil menaiki sapunya ala Harry Potter. Arya memandangi sosok Amel sampai tak terlihat lagi.
Arya
"gue kali Mel yang makin gila ngobrol sama lo," bisik Arya sambil tersenyum. Arya berbalik lalu memasuki Indomaret yang full AC dan dingin, berbeda dengan suasana kota Depok yang panas di luar. Arya menghampiri rak berisi roti lalu mengambil dua buah roti rasa coklat dan keju. satu untuknya dan satu untuk Adel. setelah itu ia berbalik menuju kulkas dan mengambil Lemon Mineral Water untuk Adel dan Coca Cola untuk dirinya. Adel sedang mengerjakan tugas di kampus dan ia meminta Arya untuk membelikan cemilan seagai ganjal perut karena Adel merasa kelaparan. ketika Arya bertanya kenapa Adel tidak makan saja, jawabannya khas perempuan, "udah sore, ntar gendut." dan Arya maklum saja dengan jawaban pacarnya itu.
sebelum kembali ke tempat Adel, Arya menyempatkan diri menghampiri tukang sate yang ada di salah satu fakultas untuk memenuhi rasa laparnya. berbeda dengan Adel yang stop makan nasi sejak pukul 5 sore, Arya bebas untuk makan jam berapapun ia mau. apalagi untuk sate. tengah malam pun ia sikat. Arya merasa ada kelezatan tak terdefinisi ketika ia mengunyah daging yang dibakar di atas arang itu.
"kok lama banget Yang?" tanya Adel begitu Arya kembali.
"abis makan dulu," jawab Arya lalu mengulurkan keresek berisi pesanan Adel.
"pantesan. jadi lama kan. untung masih jam setengah 6, kalau lebih lama lagi aku jadi gak mau makan deh," kata Adel yang membuat Arya memutar bola matanya (tanpa dilihat Adel tentu). kadang Arya berpikir Adel ini terlalu berlebihan. dengan tinggi 165cm dan berat 45 kg, Adel masih sering mengeluh badannya gendut dan ia membutuhkan diet. padahal berkali-kali Arya berkata bahwa Adel tidak gendut, proporsi badannya sudah pas, dan yang ia butuhkan bukan diet (makan sehari sekali itupun porsinya lebih sedikit dari orang normal plus gym 2x seminggu) melainkan pola hidup sehat dan makan teratur. tapi Adel tidak mau mendengarkan. meski begitu Arya masih salut Adel tidak terkena anoreksia ataupun kelelahan hingga masuk rumah sakit. padahal kegiatannya di kampus juga luar biasa.
"kamu mau nurunin berat sampai berapa sih?" tanya Arya pelan.
"sampai 40 kayaknya Yang. ini aku ngerasa berat banget," jawab Adel setelah menguk Mineral Water.
"sekarang emang berapa?"
"43! aku udah turun 2 kilo. yeay!" Adel tersenyum lebar dan bertepuk tangan. Arya balas tersenyum, dalam hati ia tidak habis pikir. ia pacaran dengan perempuan atau tiang listrik?
"asal kamu sehat ya," balas Arya sambil mengelus rambut panjang Adel dan dihadiahi seruan dari teman-teman Adel yang iri.
Adel
"hai Keane, iya, besok kan? nggak kok aku gak ada acara apa-apa. oke, ketemu di MoI ya. ya emang agak jauh sih dari rumah. tapi gapapa sekalian jalan-jalan. oke, see you tomorrow," Adel menaruh sepatunya hati-hati di rak sepatu khusus miliknya. rak sepatu itu hampir berisi 100 pasang sepatu dengan model dan warna berbeda-beda. Adel tidak mau mengakui dirinya mengoleksi sepatu, ia hanya 'menyesuaikan sepatunya dengan acara dan warna pakaian'. sementara adik, kakak, dan ayah ibunya hanya menggunakan 1 rak sepatu bersama-sama, itupun masih banyak ruang kosong.
besok hari Minggu dan Adel ada janji makan siang dengan Keane. anak dari teman ibunya yang lulusan MBA di Swiss dan bisa membantu Adel dalam mengerjakan paper untuk salah satu mata kuliahnya. karena Arya dari jurusan Teknik Mesin, jadi kontribusi Arya dalam tugas kuliahnya tidak bisa terlalu banyak. untunglah ibunya mengenalkan Adel dengan Keane.
Arya
Arya menghentikan mesin motornya, membuka helm, dan menghubungi Nadine, teman seangkatan yang tempat kost-nya akan digunakan untuk kerja kelompok. menjelang UAS begini memang banyak tugas kelompok yang harus dikerjakan dan mengingat teman-temannya banyaka nak kost, mereka menolak mengerjakan tugas di kafe karena akan menambah pengeluaran bulanan mereka. Arya tersenyum saja mendengar alasan-alasan mereka dan dengan sukarela mengikuti keputusan teman-temannya untuk bekerja kelompok di kkost Nadine, yang paling dekat dengan Fakultas Teknik dan ada ruang tamu untuk pria.
"kosan lo yang cat putih dan pager kayu bukan?" tanya Arya begitu Nadine berkata 'halo'.
"iya, lo masuk aja. disini udah ada Vera, Burhan, Yovie, sama Fadli,"
"oke,"
sebelum Arya menggerakkan motornya, Nadine sudah keluar dan membukakan pintu. menyuruh Arya memarkir motornya di halaman kost. di dalam, teman-temannya sudah sibuk dengan tugas masing-masing. setelah selesai berhai-hai dan mengeluarkan cemilan (yang disambut lebih bahagia daripada Arya sendiri), Arya mulai menekuni tugas akhir yang menjadi bagiannya.
tiba-tiba terdengar suara heboh, beberapa orang tertawa-tawa dan bunyi gruduk-gruduk. semua tamu Nadine mendongak kebingungan. sementara Nadine sendiri hanya menggeleng lelah. ia seakan sudah paham itu siapa dan sedang apa. belum sempat nadine berdiri untuk menghentikan kegaduhan tersebut, penyebabnya muncul sendiri.
Amel berlari-lari sambil membawa sapu dan tertawa-tawa, sibuk mengejar Lena yang sedang memegang hair dryer jenis Kuru-kuru dan menutupi kepalanya. mereka berdua tertawa-tawa. sebentar-sebentar Lena berbalik dan sibuk bertarung dengan 'senajat' mereka masing-masing. melihat itu, Arya bengong.
"Ameeeeel!!!! Lenaaaa!!!! Berisiiiikkk!!!" akhrinya Nadine berteriak gemas. Membuat Amel dan Lena langsung membeku. Posisi berdiri Amel yang menghadap Nadine, Arya dkk membuatnya langsung melihat siapa yang berteriak dan ada siapa saja disana. tanpa rasa bersalah, Amel menurunkan sapunya dan menghampiri meja.
"hoi Bang Arya! lagi ngapain?" sapa Amel sambil mengangkat tangan kanannya dan mengajak Arya ber-high five.
sambil masih sedikit bengong, Arya membalas tepukan Amel dan menjawab, "ngerjain tugas Mel,"
Amel mengangguk dan ber-ooo.
"lo sekosan ama Nadine?" tanya Arya.
"iya. Kak Nadine tuh yang ngikutin gue. gue yang ngekos duluan disini," jawab Amel sambil melirik jahil ke arah nadine dan Nadine langsung berusaha menjitak Amel dengan penggaris namun Amel buru-buru berkelit.
"mending sekarang lo cabut deh Mel. berisik nih kita lagi ngerjain tugas hidup dan mati," balas Nadine. "dan jangan berisik. ntar gue masukin mencit ke kamar lo,"
Amel tertawa. "oke oke. gue diem membatu pun boleh Kak asal jangan masukin mencit ke kamar. geli gue. oke deh, bye Kak Nadine, Bang Arya, dan semuanya," Amel menjauh dan melambai. lagi-lagi diikuti tatapan Arya.
Amel
"gue lapeeeer. makan yuuuukkkk," Amel menarik-narik kaos Lena yang sedang tiduran di kasur sambil membaca majalah.
"gue udah makan tadiiii," balas Lena
"lo kok gak ngaja-ngajak gueee, tega niannya caramuuuu," Amel menyanyikan separuh lagu Afgan untuk Lena
"lo lagi bobo ciang, eh, bobo cole tadi. terus ada Haikal nyamperin kesini ngajak makan, jadi gue makan aja," jawab lena masih sambil anteng membaca artikel merawat kuku. Haikal adalah pacar Lena.
"ah tega lo. teman macam apa lo," Amel pura-pura cemberut lalu keluar dari kamar Lena.
"teman cantik dan baik hati," jawab Lena.
namun bukan Amel namanya kalau tidak mengutamakan masalah perut. jam 8 malam dan lapar, masih pagi, pikir Amel. ia lalu mengambil sendal dan jaket lalu berniat ke luar kosan mencari makanan apa saja yang bisa ditemuinya di Sabtu malam Minggu ini. sedikit terlintas dalam pikiran Amel, "malem Minggu gini sendirian aja. hiks,"
Amel berjalan datar keluar kosan tanpa melirik kanan kiri. ia tidak memperhatikan Nadine dan teman-temannya masih disitu. ketika membuka pintu kosan, Amel tiba-tiba berteriak kegirangan. ada tukang sate sedang mangkal disitu. tanpa pikir panjang, Amel langsung memesan 1 porsi sate ayam dan mengajak ngobrol mamang penjual satenya.
"beli apa Mel?" tiba-tiba terdengar sebuah suara.
"wattaaa!!!" Amel meloncat, menggerakkan tangannya ala tukang silat, membuat tukang sate mundur 1 senti sambil bengong dan mengangkat kipasnya. begitu juga si penanya yang mundur dan mengelus dada karena kaget.
"lho Bang Arya? beli sate bang. masa McD?"
Arya menjitak kepala Amel sedikit lebih keras kali ini. satu karena membuatnya kaget, satu lagi karena jawabannya.
"ada sate apa aja Pak?" tanya Arya ke si tukang sate.
"kambing sama ayam aja Mas," jawab si bapak penjual sate.
"saya pesen sate kambingnya satu ya," kata Arya yang disambut anggukan dari tukang sate.
"satu tusuk Bang?" tanya Amel iseng
"satu potong Mel. cukup kok segitu. gue langsung kenyang,"
Amel tertawa. sedetik kemudian Arya ikut tertawa juga. sementara tukang sate hanya geleng-geleng. heran karena pembelinya malam ini sedikit 'miring'.
Arya dan Amel duduk di kursi yang disediakan tukang sate sambil menikmati hidangan masing-masing. mereka membicarakan berbagai hal dari mulai politik, kuliah, kondisi kampus, tugas-tugas, atau gosip selebriti (ini Amel yang lebih banyak bicara, Arya sedikit heran Amel mengerti soal beginian). setelah menghabiskan makanan masing-masing, Arya membayar bagian Amel juga dan masuk ke dalam lagi.
"makasih Bang Arya! semoga rejekinya makin lancar deeehhh," teriak Amel bahagia. karena berarti uang 12 ribunya bisa dipakai untuk makan lain kali.
Arya hanya melambaikan tangan sekenanya dan berjalan menjauh. Amel menyerahkan piring ke tukang sate lalu berjalan pelan.
"gue kayak Taylor Swift di You Belong with Me deh. naksir cowo ganteng yang udah punya pacar 180 derajat beda banget sama gue. bedanya, di sana mereka jadian. gue?"
Arya
"berantem lagi. cuma karena gue gak dianggap ngertiin dia, kuliahnya, dan aktivitasnya," gumam Arya sambil merebahkan diri di kasur. barusan, Arya mendatangi rumah Adel karena iasanya jam 8 malam Adel sudah ada di rumah. kali ini Arya sekedar ingin berkunjung ke rumah Adel setelah seharian bimbingan skripsi dengan dosen di rumah dosennya. batre HP Arya habis dan ia lupa membawa power bank sehingga ia tidak sempat memastikan apakah Adel ada di rumah atau belum. alhasil, ketika sampai di rumah Adel, Arya baru tahu bahwa Adel masih di kampus dan belum pulang. karena sudah terbiasa main ke rumah Adel, orang tuanya memperkenankan Arya singgah sebentar meski Adel masih belum pulang. waktu itu dipergunakan Arya untuk mengecas handphone dan menelepon Adel. Arya sempat bertanya apakah Adel mau dijemput atau Arya hanya menunggu di rumahnya saja. namun Adel malah marah-marah. katanya Arya tidak peduli pada Adel, tidak peka bahwa Adel sedang banyak tugas kampus dan organisasi, tega membiarkan Adel di kampus sampai malam. Arya yang saat itu juga sedang lelah karena bimbingannya tidak berjalan lancar, ikut-ikutan emosi dan bukannya jadi air, ia malah jadi api juga. akibatnya keduanya saling menekankan pendapat dan bertengkar hebat. akhirnya Arya memutuskan untuk pulang saja.
saat sedang kesal begini, tangan Arya refleks menekan sebuah nomor. nomor telepon dari orang yang selama mereka berinteraksi, selalu bisa membuat Arya tersenyum.
"halo, Mel?"
Amel
"iya Bang?" jantung Amel tiba-tiba berdegup kencang saat mendengar Arya meneleponnya hampir jam 10 malam. matanya yang tadi sudah mengantuk karena memandangi jurnal, mendadak ON 100 watt.
"lagi sibuk kamu?" tanya Arya.
kamu?
"nggak Bang. ini lagi baca jurnal dan otw ngantuk," Amel tertawa atas kejadian yang dialaminya sendiri. "kenapa Bang?"
percakapan berlanjut hingga hampir jam 12 malam, ketika Arya tidak lagi membalas kata-kata Amel yang Amel asumsikan Arya sudah jatuh tertidur.
"duh Bang. bisa aja sih bikin deg-degan malem begini,"
Arya
"Mel, duh sori tadi malem ya gue ketiduran," Arya menghampiri Amel yang sedang makan gado-gado di Kantek.
Amel tertawa. "selow Bang. kirain pulsanya abis,"
"enak aja. tadi malem emang agak capek sih, tapi thanks ya," Arya mengangkat jempolnya dan tersenyum.
"oke bang. anytime," Amel mengangkat jempolnya lagi dan ikut tersenyum.
"eh lo dateng ke nikahan Jenna lusa nanti?" Jenna adalah teman seangkatan Arya yang sudah lulus lebih dulu sekaligus satu organisasi dengan Arya dan Amel ketika Arya jadi ketuanya dulu.
"insyaa Allah Bang, ntar dateng ama Lena dan Haikal palingan," jawab Amel.
"okay, see you there yo,"
Amel
"gue kira dia mau ngajakin lo pergi bareng," kata Lena segera setelah Arya menjauh dari jarak dengar.
"yakali Len. palingan juga dia berangkat ama Adel," balas Amel sambil mengunyah selada.
"Amel, Adel, beda tipis. tampang, beda tipis. cuma kelakuan aja kayak surga ama neraka," kata Lena iseng.
Amel nyengir. "belagu lu ye,"
"ngomong-ngomong, si Bang Arya nelepon lo tadi malem?" Lena mulai kepo.
"mau tau aja atau mau tau banget?" Amel balas bertanya. matanya berkilat-kilat iseng.
"jawab aja nyet,"
"iya dia nelepon gue sampe tengah malem tapi terus gak ngomong apa-apa lagi. taunya ketiduran," Amel tertawa mengingat kejadian tadi malam. atau setidaknya berusaha merespon sebiasa mungkin padahal di dalam hati ia begitu senang dan rasanya ingin tersipu malu saat mengingat Arya meneleponnya.
"ciyeeee,"
"apa sih ciye ciye. laki orang tauk," Amel melotot dan memeletkan lidahnya
"selama janur kuning belum berkibar sih Mel. eh, ke nikahan Kak Jenna ntar lo harus dandan cakep banget! ampe si Arya bengong ngeliatin lo,"
"apaan sih Len. biasa aja kali,"
"yee mukanya merah," Lena tertawa terbahak-bahak.
Adel
"wajahnya jangan cemberut gitu dong," Keane berkata dari balik kemudi ke arah Adel yang sedari tadi cuma memandangi jalanan.
"biarlah," jawab Adel singkat. ia lalu memperhatikan sepatunya yang berwarna gold. serasi dipasangkan dengan gaun kuning cerah ala Dewi Yunani yang ia kenakan ke pernikahan Jenna malam ini. Jenna adalah teman SMA Keane. dimana Keane resmi jadi pacarnya sejak dua minggu lalu. meanwhile ia baru putus dari Arya kemarin.
"apa karena nanti kita bakal ketemu sama Arya?" tanya Keane. ia tahu nama Arya bisa membuat Adel ngamuk lagi. tapi Keane jauh lebih berani dari Adel, lebih intimidiatif pula.
menyadari bahwa pacar barunya ini selain cerdas, tampan, dan kaya juga tidak kenal takut dan dominan, Adel hanya mengangguk.
"kamu udah punya aku. kenapa harus takut?"
yang dibalas Adel hanya dengan mengangkat bahu.
Arya
Arya mengecek arlojinya yang menunjukkan pukul 7 malam tapi sosok yang dicarinya belum datang juga. acara resepsi sudah mulai di pembacaan doa dan sebenarnya masih jauh hingga acara selesai. tapi Arya sedikit khawatir yang ditunggunya tak juga hadir.
malam itu Arya mengenakan jas lengkap, hadir bersama teman-teman mahasiswa (bukan mahasiswi) dan bergerombol di satu sisi. membuat teman-teman mempelai yang wanita berkali-kali melirik ke arah mereka. namun Arya tidak mempedulikan itu. entah kenapa ia jadi cemas karena Amel belum hadir.
"gue ke depan ya," Arya berkata sambil menepuk pundak Fadli yang dibalas anggukan sambil lalu oleh Fadli.
Arya buru-buru keluar dari gedung resepsi dan langsung mendapati mantan pacarnya sedang bergandengan tangan dengan pacar barunya menuju gedung resepsi. Arya dan Adel saling membeku. Adel seakan ingin menghilang dari hadapan Arya, sedangkan Arya hanya bergeming. tatapannya datar.
Keane tersenyum menatap kedua orang ini dan melangkah dengan tegap menghampiri Arya.
"hai, Ya. apa kabar? acara udah mulai?" tanya Keane tanpa rasa bersalah. mereka baru berkenalan kemarin. tepat ketika Adel memutuskan Arya dan sekaligus 'mengenalkan' Keane.
masih dengan tatapan datarnya, Arya membalas, "baik. udah mulai, tapi baru pembacaan doa. masuk aja,"
"oke, ayo Del," Keane tersenyum lalu sedikit menarik Adel yang tertunduk agar segera masuk. Arya mengangguk dan memandang ke depan lagi.
Adel
sumpah gue rasanya pengen muter balik dan ngehampirin Arya dan bilang maaf, bahwa gue gak serius waktu mutusin dia!
tapi Arya kayaknya udah benci banget ama gue. mandang gue aja nggak. wajar sih. dia udah baik banget ama gue tapi malah gue selingkuhin, marah-marahin. Oh God. Keane, bukannya gue benci ama lo. tapi... perlu waktu buat gue bener-bener lupain Arya...
Arya
berkali-kali Arya mengelus dada. menyuruh diri sendiri untuk sabar. bahwa yang ada di samping Adel saat ini bukan dirinya. juga sabar bahwa ternyata Adel dan Keane bahkan sudah berpacaran dua minggu sebelum mereka resmi putus. juga sabar karena Keane tahu tentang dirinya dan tetap mengajak Adel berpacaran. sabar bahwa Adel begitu tega selingkuh dari dirinya. juga sabar bahwa Keane begitu ceria saat bertemu dengannya.
memang apa harapan Arya? Keane mengajaknya bertengkar?
Arya tersenyum. salut juga pada Keane yang masih bisa tersenyum. salut pada dirinya yang tidak terbakar amarah. namun sedikit kasihan pada Adel yang seakan mengkerut. ya mungkin Adel tidak enak pada dirinya. Arya berharap mereka bisa langgeng. berbeda dengan dirinya dan Adel yang hanya 6 bulan berpacaran.
tiga sosok yang baru datang mengalihkan Arya dari pikirannya. kali ini ia yang bengong. benar-benar takjub akan Amel yang berjalan begitu anggun mengenakan gaun biru tua, cara jalannya, make up, dan ekspresi Amel bukan seperti yang ia lihat selama ini. meski tawa dan kilatan matanya masih jahil seperti biasa.
"Bang!" dan rupanya sapaan dan suaranya pun masih sama.
"Mel?"
"bukan Bang, Jennifer Lawrence," jawab Amel sambil nyengir.
"baju siapa nih?" Arya sudah berhasil menguasai kebingungannya dan kembali ke rutinitas mereka: bercanda.
"motong dari gorden di kosan," jawab Amel.
"yuk masuk," refleks, Arya mengulurkan tangannya, berharap Amel akan menyambut lengannya. sepersekian detik Arya deg-degan karena takut Amel menolaknya. namun ia lega ketika Amel menyambut lengannya dan tersenyum.
"yuk"
Amel
gue tahu Bang Arya ama Kak Adel baru putus. jadi gak dosa dong gue ama dia dateng ke nikahan Kak Jenna sambil gandengan gini? Oh God muka gue merah gak ya? duh itu ada si Kak Adel natap gue kayak mau bunuh gue. eh tapi dia juga gandengan ama cowo. oke kalau dia labrak gue, gue bisa bilang dia juga udah punya laki baru. no worry. duh ini gue berasa Miss Indonesia, "semua mata tertuju padaku". eh gak deng, ini sih karena si Bang Arya kegantengan. udah ganteng, pake jas lengkap pula. pantesan orang-orang ngeliatin kan. jadi lo jangan GR Mel. oke oke.
"Jenna cantik ya?" tanya Arya. Amel menoleh ke arah pelaminan dan melihat Jenna dengan gaun putih dan kerudung sederhana. aksesoris tercantiknya tentulah senyuman yang menghiasi wajahnya.
"iya, dia cantik banget. sepenuhnya karena dia bahagia deh kayaknya,"
"itulah kenapa senyum itu aksesoris wanita paling utama. ya kan?"
Amel mengangguk. "asalkan senyum yang datang dari hati. itu bisa ngefek ke seluruh diri si orangnya dan berpengaruh juga sama orang di sekitarnya,"
"pantesan kamu suka senyum ya Mel," balas Arya.
"udah bawaan lahir kok Bang, template gitu," kata Amel sambil nyengir.
Arya
end up here! di tukang sate langganan gue. sama partner baru yang sekarang lagi iseng liatin si bapak ngipasin satenya.
"dagingnya kepanasan ya pak ampe dikipasin?" adalah kalimat pertama yang dia ucapkan ke si tukang sate dan disambut dengan tawa terbahak-bahak antara mereka berdua. sementara gue senyam-senyum liatin partner baru gue. sambil megangin gaunnya yang panjang dan sepatu haknya yang ditaro gitu aja di sebelah kursi, dia mandangin tukang sate bolak-balikin sate dan ngipasin. mukanya serius banget. kadang nanya ini itu, kayak bumbu, berapa kali balikin sate (penting banget kan?) sampe suhu arang yang dipake.
kami gak banyak makan di nikahan Jenna tadi karena sibuk foto-foto dan say hi. karena itu gue culik si Amel ke tukang sate sini. untunglah dia gak takut makan meski udah malem. lagian meski kosannya dia jauh dari rumah gue, dia gak keberatan. katanya asal dianterin balik lagi dan gak ditinggalin di pinggir jalan. komentar yang seenaknya ini yang bikin gue nyaman kalau ada dia.
"udah ngeliatin tukang satenya?"
"belom. tadi sih niatnya mau ngajakin bapaknya ke depok biar ngasih tutorial langsung. tapi kayaknya gak cukup ya kalau ditaro di motornya Bang Arya?" balas Amel sambil duduk di sebelah Arya.
Arya tertawa. "ntar deh kapan-kapan kalau gue punya mobil ya, baru bisa ngangkut tukang sate sama gerobaknya sekalian ke Depok,"
Amel menggerak-gerakkan jas Arya yang kebesaran, yang Arya minta dirinya pakai karena mereka berkendara mengenakan motor. sementara Amel tidak membawa jaket karena ikut dengan mobil Haikal. "wok wok wok," sahut Amel sambil menggerakkan tangannya sehingga ia seakan memainkan boneka tangan.
"apaan tuh?" tanya Arya heran.
"laperr, laperr," ujar Amel sambil merendahkan suaranya seperti kodok dan menggerakkan tangannya membuka tutup.
"bentar lagi satenya jadi ya," Arya menepuk kepala si 'kodok'.
"mau makan 2 porsi," sahut si 'kodok' lagi.
"boleh. satu porsi aku bayarin, satu lagi bayar sendiri ya," jawab Arya, kali ini wajahnya serius memandang kodok yang tak lain adalah tangan Amel.
"yah..." si kodok tertunduk lemas.
"kamu suka makan ya Mel?" Arya mengalihkan pandangannya kepada Amel.
"suka Bang, kalo nggak, mati dong?"
"kalau aku, suka juga gak?"
"hah?" Amel bengong sejenak. setelah menyadari maksud pertanyaan Arya. Amel lalu tertawa dan menutup mulutnya. Arya menaikkan alis. Lalu Amel mengangguk.
"suka, suka banget. untung Bang Arya udah putus ya jadi aku bilang gini gak akan ada yang nyantet," Amel masih tertawa sambil mengangguk-angguk.
"itu serius gak tuh?"
"tergantung. kalau Bang Arya nanya serius, itu jawaban juga serius." balas Amel. kali ini ia cuma tersenyu, tawanya sudah berhenti.
"aku serius sih Mel,"
Amel tersipu malu lalu memegang kedua pipinya. memandang langit yang bertabur bintang.
"aku juga serius ngerasa nyaman setiap dekat kamu," bisik Arya tepat di telinga Amel lalu mengecup pipi Amel yang bersemu merah.
-THE END-
PS: maka Amel dan Arya jadi pasangan gila yang suka becandaan dan makan sate
Komentar