Naya dan Rantau: come closer
"ah gue gak mau makan sambelnya! pedes banget!" Naya menggeser piring kecil berisi sambal menjauh darinya. kemudian ia menyeruput es jeruknya hingga isi gelas tersebut berkurang setengah.
"yey udah tau gak doyan pedes, malah mesen sambel," kata Tatia sambil menarik piring kecil itu ke arahnya dan memakan sambal itu dengan ayam goreng yang ia pesan.
"abisnya kan kalian ngajak gue makan disini, ini kan terkenal sama sambelnya, masa gak gue pesen?" Naya susah payah berkata-kata. mulutnya masih terasa pedas. teman-temannya malah tertawa. saat itu Naya sedang bersama Tatia, Amanda, Gerry, Jaka, dan Sherly setelah mereka selesai melaksanakan rapat bidang tadi sore. Tatia dan Jaka merasa kelaparan dan mengajak yanglainnya untuk makan malam di tempat yang murah meriah. maka mereka mengajak yang lainnya untuk makan malam di Super Sambal, tempat yang relatif dekat dengan kampus. Naya belum pernah kesini sebelumnya meski ia sering mendengar teman-temannya membicarakan tempat ini. Maka ketika hadir Naya langsung mencoba resep andalan Super Sambal namun rupanya ia tak tahan karena Naya sesungguhnya tak menyukai pedas.
Naya melanjutkan acara makan malamnya sambil membahas segala macam hal dari mulai proker yang sedang mereka jalankan, kegiatan perkuliahan, sampai film yang akan keluar di bioskop sebentar lagi.
"eh udah jam setengah 10, kosan gue ditutup jam 10. pulang yuk!" kata Sherly setelah melirik jam tangan pink yang dipakainya.
"yuk, saya juga mau ngerjain tugas buat besok," kata Jaka sambil mulai berdiri.
"bayar dulu ya! awas lho pada lupa," kata Naya sambil diikuti tawa teman-temannya.
setelah melakukan pembayaran, mereka semua berdiri di depan SS sambi bersiap untuk berpisah. saat itu Naya menyadari sesuatu. "kalian semua baliknya gak ada yang ke Kutek ya?" kata Naya dengan ekspresi wajah datar.
"ah iya. gue sama Amanda ke Kober. Gerry, Jaka, sama Sherly pada ke Pocin kan ya?" kata Tatia sambil memperhatikan teman-temannya satu per satu.
"iyo. eh, Gerry gak bawa motor?" kata Sherly.
"nggak, kan tadi juga gue kesini pake bikun bareng kalian," kata Gerry santai.
"oh iya ya. terus Naya baliknya gimana?" tanya Sherly cemas. ia mendekati NAya.
"ya udah gapapa, gue balik sendiri aja. masih belum malem banget kok. jam setengah 12 aja gue bisa balik sendiri hahaha," kata Naya berusaha meyakinkan teman-temannya agar tidak cemas.
"okedeh kalau gitu. kabari gue ya Nay kalau udah nyampe di kosan!" kata Tatia.
"iya sip deh," Naya tersenyum kemudian melambai ke arah teman-temannya dan bersiap untuk menyeberangi jalanan Margonda yang masih ramai meski waktu menunjukkan hampir jam 10 malam.
Naya melangkah sambil tertunduk lesu. di pikirannya berkecamuk beberapa hal. kadang ia berpikir enaknya kalau memiliki pacar, tidak mungkin pulang malam sendirian seperti ini. tinggal telepon dan pacarnya akan menjemput. eh, kalau begitu apa bedanya pacar dengan tukang ojek? Naya tertawa sendiri. Naya juga berpikir, alangkah asiknya memiliki kendaraan pribadi. ia tidak hanya bisa pulang dengan aman tapi juga bahkan mengantar teman-temannya jika diperlukan. huft, Naya mendesah. akan tetapi keinginan untuk memiliki kendaraan pribadi harus ditunda sampai ia memiliki pekerjaan. motor tak cocok untuknya, dan ia hanya ingin mobil pribadi agar bisa memuat banyak orang. lagipula, pikir Naya, berjalan seperti ini bisa membuat tubuhnya lebih sehat karena ada energi yang dibakar setelah makan malam tadi.
Naya mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk dan melihat sebuah motor bergerak ke arahnya. Naya memicingkan mata karena silau dan berjalan semakin ke arah trotoar karena takut motor itu akan menabraknya. Namun rupanya motor itu berhenti tepat di sebelah Naya. Naya memandang sebentar ke arah pengendara motor untuk memastikan bahwa ia mengenalnya.
"Rantau!" seru Naya nyaring.
"sendiri aja Nay?" Rantau membuka helm full-face yang dipakainya dan menatap Naya.
"iya, tadi abis makan tapi temen-temen gak ada yang pulang searah, jadi pulang sendirian deh," kata Naya sambil sesekali tertawa.
"mau gue anterin?"
"oh yah? boleh?" tanya Naya berseri-seri. lumayan menghemat ongkos ojek yang mungkin dikeluarkannya jika ia tetap pulang sendirian. "eh tapi ini motor lo?"
"yup. yuk!"
"waktu itu bukannya lo naik bikun?" spontan Naya bertanya berdasarkan ingatannya ketika pertama kali bertemu Rantau. namun itu seakan menunjukkan bahwa Naya memperhatikan Rantau sudah sejak lama. maka dengan cepat Naya menutup mulutnya.
Rantau memiringkan kepala sedikit dengan ekspresi kebingungan. "ya kadang kalau motornya lagi dipinjem temen atau tujuan gue deket, gue gak pake motor,"
Naya mengangguk-angguk. Beruntunglah, sepertinya Rantau tidak curiga.
"ayo naik," Rantau menggerakkan kepala ke arah jok belakang motornya yang disambut bahagia oleh Naya.
sepanjang perjalanan menuju tempat kost Naya, mereka mengobrol sambil berteriak. ya, mengobrol di atas motor yang sedang melaju kencang bukan perkara mudah tentunya.
"temenin gue makan dong Nay," kata Rantau pelan. begitulah menurut Naya.
"HAAAAH? makaaan? gue udah makan," balas Naya sembari sedikit mencondongkan badannya ke arah Rantau.
"bukan lo. gue gue. temenein gue makan." Rantau berkata sedikit kencang.
"ooh boleh-boleh. dimana?" tanya Naya masih sambil sedikit berteriak.
"terserah lo,"
Naya mengangguk seakan Rantau dapat melihatnya. Kemudian Naya mengajak Rantau menuju sebuah tempat makan yang cukup lengkap di daerah Kutek, namanya Kutek Food Court, seperti di mall saja. tempat itu masih ramai oleh pengunjung meski malam sudah makin larut. ada yang menonton pertandingan sepak bola, bermain catur, ada pula yang mengobrol dengan teman-temannya.
Naya duduk di sebuah kursi sementara Rantau memesan makanan. tidak lama kemudian Rantau duduk di depan Naya. ia melambai dan mengobrol ke beberapa orangyang sepertinya ia kenal, namun tidak lama kemudian ia mengarahkan pandangannya kembali kepada Naya.
"gak mau pesen makan?" tanya Rantau.
"nggak, kan udah makan tadi,"
"gak mau pesen minum juga?"
"mau deh kalau ditraktir," Naya nyengir dan Rantau tersenyum. ia bangkit berdiri dan memesan minum.
"lo gak nanya gue mau pesen apa?" Naya kebingungan melihat tingkah Rantau.
"thought that everybody love sweet ice tea, therefore i buy it," kata Rantau sambil nyengir. saat itu Naya baru terlintas di benak Naya bahwa Rantau itu . . . tampan.
"yeah, good for you. i do like sweet ice tea tapi gue juga gak nolak kalau dibeliin jus strawberry," Naya ikut tertawa
"itu artinya kita harus keluar lagi kapan-kapan buat makan bareng," kata Rantau santai. namun bagi Naya itu bukan sekedar kata-kata biasa karena Naya menganggap itu sebagai ajakan untuk bertemu lagi. cepat-cepat Naya menunduk untuk menyembunyikan ekspresinya yang aneh.
Naya dan Rantau menghabiskan waktu untuk mengobrol cukup lama saat itu. tak terasa waktu menunjukkan pukul setengah 12 malam. menyadari bahwa besok ia memiliki jadwal kuliah pagi, Naya buru-buru berpamitan kepada Rantau.
"oke, gue anter sampai kosan lo ya," kata Rantau sambil berdiri.
"thank you so much. gak keberatan udah malem gini?"
Rantau menoleh ke arah Naya sambil tertawa, "buat gue ini masih pagi, gue biasa tidur jam 2 soalnya."
Naya bengong. kalau tidak salah Rantau hanya lebih tua satu tahun darinya yang itu berarti kuliahnya masih sepadat Naya juga. kalau Rantau memiliki kebiasaan itu, berarti ia hanya tidur beberapa jam? atau ia sering tidur di kelas? Naya menggeleng. Ia harus menanyakan itu kepada Rantau. Naya mengkhawatirkan pola hidup Rantau yang sepertinya tidak sehat.
Rantau dan Naya berpisah di depan pintu pagar kost Naya setelah berpamitan dan saling melontarkan kata terima kasih dan hati-hati. setelah itu Naya melangkahkan kakinya menuju kamar. tidak lama setelah Naya menyimpan barang-barangnya, Fanning berbunyi. ada pesan dari Rantau
thank you for the time we spent together tonight. looking forward to have a longer and more cheerful conversation with you
Naya tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum. dengan cepat ia mengetikkan pesan balasan untuk Rantau
thank you for you too. can't wait for strawberry juice as a treat. take care and don't sleep too late. :)
di ujung sana, Rantau juga tersenyum membaca pesan Naya.
Komentar