Lewat Radio
Raya menaruh tasnya di sofa lalu duduk dan menghela nafasnya. ia baru sampai di tempat kerjanya dan merasa sangat lelah. tadi sore ia harus mengurusi tugas kuliahnya yang kata dosennya 'hilang' padahal Raya yakin ia sudah menaruh paper itu di meja sang dosen bersama tugas teman-temannya. nyatanya cuma milik dia yang tidak ada. itu membuat Raya harus mengeprint ulang, menjilid, dan mengumpulkan kembali di meja Pak Sodik. belum lagi ditambah ceramah panjang lebar. di jalan, ia terjebak pula dengan kemacetan Jakarta. alhasil ia baru sampai di Sarinah pukul 9 malam. Masih ada waktu 1 jam sampai ia siaran.
"Sehat Ray?" Mas Hadi menyenggol pipi Raya dengan kaleng minuman bersode yang dingin. Refleks, Raya menyentuh pipinya dan meringis.
"Sehat Mas," jawab Raya ceria.
"siap siaran gak?" Mas Hadi duduk di sebelah Raya dan menyodorkan minuman kaleng berwarna merah itu.
"siap lah. asal masih digaji aja," jawab Raya yang membuat mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Raya membuka tutup kaleng itu dan menikmati rasa dingin yang mengalir di tenggorokannya. rasanya sepadan untuk membayar lelahnya perjalanan menuju kantor ini.
tidak ada satupun teman kampusnya yang tahu bahwa Raya punya pekerjaan sambilan sebagai penyiar radio. saat siaran pun ia menggunakan nama ibunya saat masih gadis dulu: Andhini Iskandardinata. sekarang ibunya sering dikenal dengan nama Nyonya Lesmana. teman-teman kampusnya pun mungkin akan kaget setangah mati kalau Raya ternyata penyiar.
Raya mengambil tasnya dan melongok ke meja tengah. biasanya ada makanan kiriman pendengar di sini. Raya berharap ada sesuatu yang dapat mengganjal rasa laparnya. ternyata benar, ada sekotak brownies dan keripik singkong pedas di situ.
"wah ini makanannya asli Bandung banget nih," seru Raya lalu mencomot keripik.
Windy si Music Director yang kebetulan lewat langsung berkomentar. "tadi ada pendengar yang nganterin ini kesini. katanya buat Andhini. tapi karena anak-anak maruk, udah dibuka sebagian deh. gapapa ya Ray?"
Raya tertawa. "iya selow aja. yang penting gue masih kebagian." Raya melanjutkan mengunyah brownies. "siapa namanya yang ngirim ini?"
"Keanu," jawab Windy lagi.
Raya terdiam mendengar jawaban Windy. lalu diam-diam bibirnya menyunggingkan senyum.
"105.1 Libra Radio ketemu lagi dengan Andhini Iskandardinata disini. gimana malam Selasa sobat semua? ada yang capek di jalan, ada yang udah santai di rumah, atau malah ada yang masih di kampus? buat nemenin kamu malam ini, Andhini kasih sebuah lagu yang yaaa pas lah ya buat nemenin aktivitas kamu malam ini. yang jelas, jangan galau! here it is, accoustic version of She Will Be Loved," Raya melakukan pembukaan pada siarannya lalu melepas earphone-nya sebentar. ia punya waktu sekitar 2 menit sebelum mulai cuap-cuap lagi.
"udah ada Vi?" Raya menengok ke arah Avi, rekannya yang bertugas menerima dan memfilter pesan-pesan dari SMS, Twitter, ataupun telepon.
Avi mengangguk. "as usual. 9 o'clock,"
Raya nyengir lalu merapat ke arah Avi dan membaca pesan yang dimaksud. "Dear Andhini, thank you for every songs you give to us, the listeners. for tonight, I wish to hear Justin Timberlake's song. special for my friends and for you as well. semangat siarannya! - Keanu"
***
Raya melangkahkan kaki di koridor kampusnya. siang ini rasanya kampus di daerah Depok ini terasa luar biasa panas. Raya berhenti sejenak lalu meminum teh dingin dalam botol yang menjadi favoritnya.
"hai Ray," panggil beberapa cowo yang sedang duduk di selasar.
Raya menoleh, tersenyum dan mengangguk lalu melanjutkan berjalan. tidak lama berselang, "Kak Raya, seperti biasa cantik banget. pilihan bajunya pas kak!"
beberapa adik kelas yang kegirangan bisa bertemu langsung dengan Raya, menyapanya tiba-tiba. sejenak membuat Raya kaget namun ia tersenyum juga. "makasih ya. cuma ngubek-ngubek Tanah Abang kok."
Raya pun akhirnya sampai di kantin, tempat ia akan bertemu Firly, Poppi, dan Erma, teman 'segengnya'. "panas banget parah!" ujar Raya begitu duduk di sebelah Poppi.
"emm, mataharinya beranak kayaknya," balas Firly lalu mengipas-ngipas dirinya dengan kipas plastik bergambar Princess Disney.
baru mulut Raya membuka sedikit, sudah ada yang menyapanya lagi. "Ray, tugas paper dari Prof Yudi udah lo kerjain belom?" Berry menyeruak diantara Raya dan Poppi. ketiga teman Raya langsung memutar bola matanya. sudah bukan rahasia kalau Berry naksir Raya sejak mahasiswa baru. segala upaya dilakukan Berry dari mulai pura-pura pinjam alat tulis, menanyakan tugas, bahkan ikut kepanitiaan yang sama dengan Raya. sedangkan Raya menanggapinya dengan senyum saja. teman-temannya sampai gerah memberitahu Raya bahwa itu kesannya memberikan harapan kepada Berry. padahal Raya tidak bermaksud. ia malah tidak ambil pusing akan Berry, meski Berry adalah cowo terganteng di angkatannya dan masih banyak yang mau menggantikan posisi Raya menerima perasaan Berry.
"belum Ber. baru Bab 1 aja. nanti sore baru mau lanjut. kenapa?" balas Raya ramah sambil menyibakkan sedikit rambutnya ke sebelah kiri. simpel, tapi gestur ini yang membuat Berry dan beberapa teman lelakinya menelan ludah.
"kerjain bareng yuk. kayaknya bakal lebih dapet inspirasinya," jawab Berry sambil tersenyum. senyum yang katanya bisa membuat cewe-cewe meleleh.
"wah sorry. gue mau kerjain di rumah. abis ini langsung balik. mungkin bisa sama Erma? tadi katanya erma mau ngerjain di perpus kan?" Raya menoleh ke arah Erma yang langsung melengos.
"males ah kalau ada Berry," jawab Erma ketus. Firly dan Poppi langsung tertawa. Berry manyun.
"sorry ya Ber," Raya tersenyum lagi.
"oke, woles, Ray. atau gue kerjain di rumah lo barengan boleh gak?" Berry masih usaha.
"yee lo mah modus," seru Firly sambil melempar tisu. membuat Berry menyerah lalu pergi.
Raya tertawa dan melayangkan pandangannya ke seisi kantin. pandangannya terpaku pada sosok seseorang yang sedang membawa nampan berisi gado-gado dan Teh Botol. ekspresinya serius, matanya berapi-api, rahangnya kuat, rambutnya sedikit acak-acakan. terlihat galak tapi kalau tertawa, manis sekali. dia satu-satunya cowok di angkatannya yang tidak pernah menggoda Raya. bicara pun sekedarnya saja. ia aktivis kampus, tidak pernah terlihat akrab secara khusus dengan perempuan, meski bukan cowo yang menganut istilah 'tidak pacaran'. di beberapa diskusi yang dilakukan di kelas, Raya tahu ia memang orang yang cerdas.
Poppi melirik ke arah yang sama dengan Raya. "baru ngejebol pager DPR lagi tuh si Keanu,"
Raya menoleh. "oh ya? isu apa?"
"BBM," jawab Poppi.
mulut Raya membulat lalu ia terdiam.
***
Raya sampai di kantornya pukul 7 malam. ia tidak jadi mengerjakan paper di rumah karena ketika sampai, ibunya meminta bantuan Raya untuk memasak. alhasil selama 2 jam menunggu waktunya siaran, ia berniat membuka laptop dan mengerjakan tugas papernya. meja tempat Raya duduk menghadap ke arah meja resepsionis. sebenarnya agak tidak kondusif untuk bekerja disini karena perhati8annya akan mudah terdistraksi oleh orang yang datang dan pergi. sebagai anak yang cukup kepo, Raya sering melirik siapa yang datang. pada lirikannya yang ke-15, Raya langsung kabur dari meja dan bersembunyi di balik pundak Mas Hadi yang sedang mengisi air. namun mata Raya masih memandang ke arah resepsionis.
"ada apa sih Ray?" tanya Mas Hadi kebingungan.
"ssst," bisik raya tanpa melepaskan matanya dari resepsionis. Mas Hadi ikut-ikutan melirik.
"oooh," Mas Hadi mengangguk lalu tersenyum-senyum.
setelah orang yang menghampiri meja resepsionis itu pergi, Raya buru-buru menghampiri meja respsionis.
"buat gue kan Yun?" tanya Raya ceria.
Yuni mengangguk. "tau aja Ray. ngintip ya?"
Raya nyengir.
"kalau dia gak ngasih makanan rutin buat lo gini, udah gue gebet deh. ganteng cuy!"
"lo gebet makanannya aja deh. ga mungkin gue abisin sendirian juga kan," Raya tertawa lalu membawa masuk dus berisi roti unyil.
"siapa namanya yang ngirim ini?" tanya Mas Hadi yang sudah menunggu kedatangan Raya.
"Keanu mas," jawab Raya sambil tersipu.
"yee lo makan makanannya kagak tahu siapa yang ngasih. parah lo mas," Tono sang teknisi mampir dan langsung mencomot satu roti unyil.
"oh gue inget mukanya aja sih. fans lo Ray?" tanya Mas Hadi
Raya mengangkat bahu. "entah deh mas. dia penggemarnya Andhini Iskandardinata, penyiar Libra Radio, bukan Raya Lesmana. sejak Raya siaran pertama dia udah rajin kirim pesen tapi lama kelamaan pesennya jadi lebih manis, pokoknya sering nyemangatin gitu, sama sering kasih makanan juga. pokoknya tiap senin sama Kamis itu ada yang dia kasih kesini. kalo ga salah udah ampir 4 bulan deh."
Mas Hadi mengangguk. "tapi kenapa gak lo samperin aja orangnya langsung? bilang makasih gitu?"
raya menggeleng. "ga bisa Mas. dia temen gue di kampus,"
"hah? temen lo di kampus?" Mas Hadi bengong. tapi lalu mencomot roti unyil lagi dan duduk di sebelah Raya.
"iya, kan ga ada satupun temen gue di kampus yang tau gue siaran. termasuk dia. jadi gue harus ngumpet-ngumpet. jangan sampai ketauan,"
"emang kenapa lo sembunyiin sih Ray?"
"orang-orang tuh menilai gue terlalu tinggi Mas. cantik lah, pinter lah, gaul lah, dan segala macamnya. gue jadi penyiar selain karena gue seneng, gue juga pengen nunjukkin bahwa Raya itu hard worker juga, bisa cari duit sendiri, bukan cuma yang duduk manis kayak Barbie terus uang dan cowo-cowo nyamperin,"
"lah kalau gitu harusnya lo malah terbuka dong dengan identitas lo sebagai raya Lesmana yang penyiar radio?"
"awalnya gitu. gue mau pake nama asli aja. tapi pas gue iseng nyeletuk pengen kerja setelah kuliah, beberapa temen gue malah bilang 'hah seorang Raya mau kerja? yakin lo?' yang kemudian bikin gue pake identitas lain aja."
"harusnya lo buktiin kalau lo emang bisa kerja, Ray," Mas Hadi menggeleng-geleng sambil menyuap roti ketiga.
"gembul lo mas. gue aja belom makan satu pun. hahaha," raya menyenggol pundak Mas Hadi yang sudah seperti pamannya sendiri ini. ia salah satu owner Libra Radio tapi orangnya sangat humble dan sering ngobrol dengan timnya. "iya sih harusnya gitu. tapi kalau gue bilang gue beneran kerja, kemungkinan nanti malah orang-orang makin memuja gue, bilang 'wah Raya udah cantik kerja di radio pula. keren yaaaa' kan makin malesin tuh."
"lo pede banget ya Ray," ujar mas Hadi lalu mereka tertawa bersama.
"cuma satu orang yang gak pernah muji gue berlebihan mas. si Keanu itu. ngobrol sama gue pun jarang sih,"
"hmm, jadi lo naksir dia gitu? lumayan cakep sih. apalagi kalau ketawa," Mas Hadi mengingat-ingat muka Keanu sambil memejamkan mata. sementara itu Raya hanya tersipu. "kalo lo gak mau, buat gue aja deh."
"woy inget anak istri, Mas!" Raya tertawa.
"semangat siarannya, Andhini. semoga Tuhan membalas kebaikan kamu yang udah bikin orang-orang bahagia denger siaranmu. John Mayer ya :)"
***
Raya menatap keluar kaca mobil. Jakarta sedang diguyur hujan. membuat suasana jadi semakin melankolis.
"udah makan Ray?" tanya ayahnya yang rajin menjemput Raya setiap Raya selesai siaran.
"udah Pa tadi sebelum siaran," raya menjawab sambil menatap ayahnya sekilas lalu memandangi hujan lagi.
'gimana bisa ya seseorang suka sama orang lain padahal mereka gak pernah berinteraksi? apa karena secara gak langsung ada perasaan nyaman yang timbul setiap mereka ada koneksi, sekecil apapun? Keanu tahu gak ya kalau orang yang sering dia kasih makanan dan semangat itu sama dengan raya Lesmana yang gak pernah dia sapa di kampus? dan tanpa dia sadari raya sebenernya tahu dan Raya suka. Raya suka dengan Keanu. tapi mungkin Keanu suka dengan Andhini, bukan Raya.'
Raya menghela nafas. memancing ayahnya untuk berkomentar.
"capek siaran ampe tengah malem terus?"
Raya menoleh lalu tersenyum. "nggak kok Pa. Raya seneng. meskipun capek tapi gak apa-apa. Papa keberatan jemput Raya tengah malem?"
kini giliran ayahnya yang tersenyum. "mana ada orang tua lelah ngasihs esuatu buat anaknya sih ray," lalu ayahnya mengusap kepala Raya. membuat Raya kembali jadi anak 5 tahun, bukan 22 tahun.
***
memasuki semester ketujuh dan sekaligus semester terakhirnya (Raya bertekad untuk menyelesaikan kuliahnya dalam 7 semester) Raya merasa ia harus mengubah jadwal siarannya. jadi siaran-siaran yang tidak memakan waktu. maka ia meminta kepada Mas Hadi untuk mengubah jadwal siarannya jadi hari Minggu.
"dasar anak kuliah! udah dikasih jadwal enak malah minta ganti!" seru Mas Hadi sambil tertawa.
"maaf deh mas. namanya juga mengejar sarjana. hahaha,"
"ya gue sih gampang Ray. tinggal atur jadwal lagi aja. tapi mungkin agak susah kalau lo mau balik ke jadwal semula."
"gak apa-apa Mas. yang penting gue masih bisa siaran," Raya nyengir.
"okelah. mulai minggu depan aja gapapa ya? kayaknya pendengar setia lo juga perlu dikasih tau dulu. ntar sekalian kita bikin siaran perpisahan Andhini iskandardinata,"
"iih gue kan cuma pindah jadwal, bukan berhenti mas,"
"yee lo pamitan ama pendengar malem lo. bilang mereka suruh dengerin lo hari Minggu,"
"hahaha siap!"
***
seminggu ini Raya alias Andhini mulai mengatakan bahwa ia akan pindah jadwal siaran. banyak pendengarnya yang menyayangkan hal itu. beberapa berkomentar sedih karena tidak akan mendengar suara halus Andhini lagi saat mereka pulang kantor atau beristirahat di rumah. Raya terharu membaca komentar-komentar pendengarnya itu. rupanya Raya sudah berarti bagi kehidupan mereka. hanya satu yang raya sayangkan. selama 5 hari siaran terakhirnya di program malam, Keanu sama sekali tidak mengirim pesan apapun.
"missed kali Vi?" raya melongok ke layar monitor tempat pesan-pesan masuk.
"nggak, Ray. lo kan tau gue orangnya cermat abis. kalau gak ada berarti dia gak ngirim," avi menoleh ke arah raya yang kecewa.
"ya udah," sahut raya pelan.
"sabar ya Dear. mungkin dia lagi ada aktivitas jadi ga sempet dengerin radio," Avi menepuk-nepuk lengan Raya dengan simpati.
***
Raya memperhatikan Keanu yang keluar dari ruangan dosen sambil membawa setumpuk buku-buku besar. setahu Raya, Keanu juga akan memulai skripsinya semester ini. tidak ada perubahan dalam keseharian keanu. ia masih jarang tersenyum. ia masih cerdas dan kritis saat berdiskusi. ia juga masih sibuk mengurusi organisasi dan kepanitiaannya. tidak ketinggalan, ia juga masih cuek dengan Raya.
Raya berbalik dan berjalan menunduk. hampir saja menabrak seseorang.
"whoa!"
"eh sorry," seru Raya lalu menengadah.
"its okay," balas Berry sambil tersenyum. rasanya ia akan senang-senang saja ditabrak Raya. "mau kemana Ray?"
"perpus Ber,"
"kebetulan, gue juga mau kesana. bareng yuk! naik mobil gue aja gimana?" Berry menunjuk ke arah belakang dengan jempolnya. tempat Honda Civic-nya diparkir.
dalam hati, Raya tahu bahawa tujuannya bukan ke Perpus. toh arahnya berlawanan dengan arah Berry tadi. tapi Raya sedang tidak ingin berpikir terlalu tinggi maka ia mengiyakan saja. bukan main senangnya Berry.
"lo skripsi semester ini kan Ray?"
Raya mengangguk. pandangannya lurus ke depan, tidak melirik Berry yang sedang menyetir di sebelahnya.
"abis lulus mau ngapain?"
"S2 Ber," jawab Raya singkat.
"whoa cool. kayaknya lo S2, gue masih skripsian aja."
Raya tertawa. "makanya lulus cepetan,"
"abis gue lulus, lo mau nikah ama gue gak?" tembak Berry langsung.
Raya menoleh cepat-cepat. ia tersenyum. "lulus aja dulu Ber,"
Berry mengangguk. "gue anggap itu tantangan ya Ray,"
***
siaran terakhirnya kemarin terbilang cukup mengharukan. banyak bunga dan makanan teruntuk Andhini Iskandardinata yang dikirimkan ke kantor. dan raya hampir menangis setiap ia membacakan pesan-pesan yang masuk.
"padahal gue baru siaran ini 6 bulan tapi kalian udah cinta banget sama gue. aduh gue terharuuu. nanti dengerin gue ya tiap Minggu jam 10,"
dan siarannya malam itu ditutup dengan Raya berpelukan dengan Avi lalu menangis sama-sama. meskipun para pendengar tidak bisa melihat, tapi berdasarkan respon yang masuk, mereka ikut sedih.
selesai siaran, ayah Raya tidak menjemput karena Raya akan menginap di kantor. bersama teman-teman yang lain yang sering ada ketika Raya siaran malam. mereka bercerita, menghabiskan makanan, bernyanyi, dan tentu saja bersuka ria. kurangnya hanya satu, tidak ada makanan dari Keanu yang sudah begitu setia selama ini.
***
Raya bangun pukul 5 dan langsung shalat subuh. sudah ada Gani yang akan siap-siap siaran pagi itu. Raya tersenyum pada Gani.
"gimana tadi malem Ray? heboh ya?" tanya Gani setelah Raya selesai shalat.
"banget Gan. ampe ga berenti gue nangis. hehe,"
"emang lo dicintai banget deh kayaknya. hahaha,"
"yaa kalau gue dicintai harusnya gue gak jomblo sih sekarang,"
mereka berdua tertawa. "bukan ga ada yang mau, lo-nya kali terlalu pemilih."
"emang lo pas nyari istri ga pemilih?" balas Raya sambil nyengir.
"iya sih," Gani tertawa.
"eh gue balik ya. anak-anak masih pada tidur. gue mau lanjut tidur di rumah aja,"
"sip Ray. take care ya. sampai ketemu!"
Raya melambai lalu keluar gedung. Jakarta masih sepi. saatnya memulai sesuatu yang baru, pikir Raya.
***
Raya berhasil menyelesaikan siaran pertamanya di hari Minggu. meski pesan yang masuk tidak sebanyak ketika ia siaran malam, tapi Raya senang. apalagi selama sepekan ke belakang skripsinya lancar.
hari Senin ini hanya ada 1 kuliah pagi di jadwal Raya. sisanya ia dedikasikan untuk skripsi. kata orang sih, malas juga kuliah di hari Senin, pagi, 1 mata kuliah doang pula. Raya sebagai mahasiswa kebanyakan, berpikir yang sama. tapi ia nikmati saja. toh ia bukan orang luar jakarta yang malas datang ke kampus karena keasikan berlibur. hehehe.
Raya duduk memandang danau sambil memangku laptop. di sampingnya terserak buku acuan utama skripsi dan Pocky serta Green Tea Latte. ketika sedang asyik mengetik, tiba-tiba bayangan seseorang menutupi matahari dan membuat layar laptopnya menggelap. Raya mendongak dan kaget. orang itu lalu duduk di samping Raya tanpa memandang Raya.
"kok pindah siarannya?" tanya Keanu sambil memainkan iPhone hitamnya, matanya memandang ke arah danau yang tenang. sementara itu di sampingnya Raya hanya bengong.
"kok tahu?" tanya Raya bingung.
Keanu tertawa. membuat Raya makin bengong. Keanu tertawa di kampus bisa dihitung dengan sebelah tangan oleh Raya. tapi Keanu tertawa saat mengirim makanan untuknya di radio tidak bisa dihitung bahkan oleh keduapuluh jari Raya.
"tau lah," kata Keanu, kali ini sambil memandang Raya.
Raya mengerjap-ngerjapkan mata.
"gue udah dengerin radio itu sejak SMA. awalnya random aja dengerin siaran jam berapapun. lama-lama gue fokus dengerin yang jam 9 malem karena sekalian gue istirahat di kosan atau rumah. suatu hari penyiarnya berubah dan rasa-rasanya gue kenal suaranya. pernah gue iseng datengin ke radio lo dan gue liat lo masuk sana dan gak keluar-keluar lagi. juga ketika gue nganter makanan kesana, gue pernah liat lo lagi ngobrol sama orang-orang di sana. makin yakin gue,"
"jadi lo udah tau dari lama bahwa itu gue yang siaran?"
keanu mengangguk.
"terus lo sering ngirim pesen pas gue siaran itu..."
"sengaja juga. pake trik 'penjahat ga akan bikin dirinya sendiri yang dituduh membunuh'. sebenernya gue berharap lo sadar itu gue sih,"
"gue sadar kali itu lo! gue juga sering liat lo anter makanan ke radio. cuma kan gak mungkin Keanu yang dingin banget di kampus itu begitu manis kalau ngirim pesen pas gue siaran. jadi gue juga diem aja. lagian lo kalau dikampus kayak gak kenal gue sih,"
"siapa sih yang gak kenal Raya Lesmana? udah cantik, pinter, baik hati, aktif pula." Keanu tertawa lagi. Raya malah cemberut. "apalah artinya seorang Keanu yang bukan siapa-siapa ini buat deket sama lo Ray."
"hih sok merendah deh. padahal lo juga kan terkenal, aktif, cerdas abis, followers di Twitter juga banyak, ganteng, cuma kurang senyum aja."
"cuma lo yang bilang gue ganteng. selain ibu gue," Keanu nyengir.
"ya ampun," Raya berbalik dari Keanu. memandang layar laptopnya yang sudah terkunci. "jadi lo udah tau kalau Andhini itu gue dan gue pun tahu bahwa Keanu yang sering kirim pesen itu Keanu yang ini tapi kita pura-pura gak tahu dan masih saling diem-dieman? oh my God. lo mau jadi pemuja rahasia gue gitu?"
Keanu mengangguk dan menggeleng. "gue emang ga berani buat berinteraksi langsung sama lo yang segitu terkenalnya. ditambah Berry yang usaha banget buat dapetin lo. gue siapa sih?" Keanu tertawa. kali ini tawanya miris.
"gue gak suka sama cowo minder," bisik Raya. mereka berdua berpandangan.
"yah, gue harus ke Pusgiwa. thanks Ray," Keanu lalu berdiri dan meninggalkan Raya. Raya terdiam. air matanya menetes perlahan.
***
kelas hari ini terasa berjalan begitu lambat. Raya duduk diapit Poppi dan Erma di bagian tengah tidak berhenti melayangkan pandangannya pada Keanu yang duduk di depan dan fokus mendengarkan Pak Omar. sementara itu Raya sadar Berry yang duduk 5 kursi di sebelah kanannya terus memandanginya. ketika Pak Omar akhirnya menutup pertemuan, Raya jadi orang pertama yang keluar kelas.
"Ray?" Poppi menghampiri Raya yang bersandar di wastafel toilet gedung perkuliahan mereka. "lo sehat?"
"apa yang lo lakukan kalau lo suka sama cowo tapi cowo itu minder sama lo karena lo katanya terkenal, banyak yang suka, pinter, dan lain sebagainya. sementara sebenernya itu cowo juga gak kalah kerennya. lo mau ngapain Pop?" Raya langsung menggenggam tangan Poppi. matanya membelalak.
Erma dan Firly yang baru datang ikut kebingungan.
"ada cowo yang suka sama lo?" tanya Poppi.
"banyak kali," Firly yang menjawab.
Raya menggeleng. "that's not the point, Pop. coba, lo bakalan kayak gimana?"
"oke gue ralat. lo-nya suka sama cowo itu gak?" Poppi bertanya lagi.
Raya mengangguk berkali-kali.
"menurut gue sih lo harus bikin dia yakin bahwa lo suka sama dia dan dia juga suka sama lo jadi sebenernya ga ada yang perlu dikhawatirkan," kali ini Erma yang menjawab.
"caranya?" Raya mengalihkan pandangan kepada erma.
"ketemu, ngomong langsung." jawab Erma.
tanpa basa basi, Raya langsung mengambil tas dan laptopnya lalu keluar dari toilet diikuti ketiga temannya. saat ini jam makan siang jadi Raya menebak orang yang dicarinya ada di kantin. ternyata tidak ada. Raya lalu berbalik arah dan berlari menuju tempar parkir. mengabaikan orang-orang yang menyapanya. mereka kebingungan tapi untuk saat ini Raya tidak peduli. itu bisa diurus nanti. raya terus berlalri, mencari motor Ninja warna hitam. ternyata pemiliknya pun baru sampai di motor itu dan baru mengeluarkan kunci.
Raya menyentuh lengan Keanu, mencengkeramnya, lebih tepat. Keanu melihat tangan yang memegang tangannya, menelusuri hingga wajah sang pemilik yang sedang berekspresi cemas tertangkap matanya.
"ada apa, Raya?"
Raya melepaskan pegangannya. mengatur nafasnya yang masih naik turun. di belakang, Poppi, erma, dan Firly kaget melihat siapa yang dicari Raya.
"please jangan minder. please jangan mundur. please terus jadi Keanu yang sering dengerin Andhini siaran. karena karena a.. aa..."
Raya mendadak gagap. ia menelan ludah berkali-kali. keringat mengucur di keningnya. ia yang tadinya menatap wajah Keanu, lama kelamaan menunduk. tak berani membalas pandangan Keanu yang terus tertuju pada wajahnya.
"karena Andhini Iskandardinata alias Raya Lesmana suka sama Keanu Laksana?"
Raya mengangguk cepat-cepat. masih dengan ekspresi cemas, ia mendongak memandang Keanu yang rupanya sedang tersenyum.
"oke, Keanu juga suka Raya," katanya sambil menarik Raya ke pelukannya lalu mengecup puncak kepala Raya.
-THE END-
Komentar