Crazy Little Thing Called Love
apa yang pertama terlintas di benak ketika kalimat itu diucapkan?
judul lagu?
Michael Buble?
Maroon 5?
betul, tapi saya ingin membahas film yang berjudul itu.
sebuah film dari negara Thailand yang berjudul Crazy Little Thing Called Love dan sukses membuat banyak orang (setidaknya orang-orang yang saya kenal dan pernah menonton film ini) menangis, bahkan di kali kesekian mereka menonton film ini.
info tentang Crazy Little Thing Called LOve cek disini
[kamu mungkin akan tertarik untuk fokus pada Mario Maurer yang sangat ganteng, tapi cobalah untuk meresapi dan memahami filmnya itu sendiri :)]
saya direkomendasikan Resti untuk menonton film ini. awalnya tidak terlalu tertarik karena tidak pernah mendengar review mengenai film itu, apalagi bukan film Indonesia ataupun Hollywood. namun beberapa kali saya mendengar/membaca orang membahas film itu dan akhirnya saya menyetujui untuk menyimpan file film tersebut.
kesempatan untuk menonton tidaklah langsung ada. karena beberapa tugas saya, jadi HDE saya penuh dengan film-film yang belum ditonton, termasuk CLTCL. suatu malam, ketika saya ingin surfing di internet namun koneksi internet kosan saya tidak tersambung, saya memutuskan untuk mencicil menonton film yang ada di HDE saya. pilihan pun jatuh di film CLTCL.
ketika adegan-adegan pertama dimainkan, saya merasa heran! seumur-umur saya belum pernah menonton film Thailand! maka dialog yang mereka ucapkan terdengar sangat aneh di teling saya. lama kelamaan saya mulai terbiasa dan menikmati film berdurasi 2 jam itu.
adegan demi adegan dimainkan dan saya mulai tertarik untuk lebih fokus pada film ini. 50% karena film ini memang bagus dari segi kemasannya, ceritanya, akting pemainnya, dan lain-lain (jangan paksa saya membahas dari sudut pemerhati film karena saya bukan ahlinya), 50% lagi karena saya merasa . . . yah, maaf kalau saya labil/galau . . . saya merasa film itu seperti kisah saya sendiri
(ya, teriak ejek, sindir, bebas! saya juga malu haha)
menjelang akhir film, adegan Nam menyatakan perasaannya pada Shone di tepi kolam renang dan "ditolak" karena Shone sudah berpacaran dengan yang lain, sukses membuat saya menangis. apalagi ketika Nam berbalik dan jatuh ke kolam renang. sungguh, mimik Nam disana benar-benar menyakitkan, saya bisa merasakan sakitnya (halah) dan makin membuat saya menangis. apalagi kemudian adegan berpindah pada Shone yang ternyata juga menyukai Nam. diam-diam, Shone yang memiliki hobi fotografi memotret Nam dalams etiap kesempatan. adegan Shone mengingat foto-fotonya itu juga masih menjadi alasan tangis saya terus mengalir.
sampai di akhir film, ketika Nam dan Shone akhirnya bertemu lagi setelah 9 tahun berpisah (Nam di US dan Shone di Bangkok) dan mereka akhirnya bersatu, masih membuat saya menangis. bahkan saat CREDIT TITLE, bayangkan, CREDIT TITLE! saya masih menangis!!!
apa ya alasan dibalik keluarnya air mata tersebut? saya juga bingung. namun setiap mengingat adegan itu saya menangis lagi dan lagi. sial, film ini bagus sekali!
mungkin, MUNGKIN, saya menangis karena film ini terlalu merefleksikan diri saya ya. Nam yang di adegan-adegan awal sangat jelek mengalami perubahan yang sangat signifikan menjadi sangat cantk karena Shone. seperti saya, saya mungkin tidak berubah menjadi sangat cantik seperti Nam, namun saya yang dulu tidak memperhatikan penampilan, karena orang itu saya jadi ingin berubah, menjadi seseorang yang menarik dan patut disukai.
penantian bertahun-tahun saya rasakan juga, penantian dan kesedihan karena ia malah berpacaran dengan orang lain. klise mungkin. tapi Nam, perasaan kita sama :')
hanya saja, suatu perbedaan yang signifikan adalah, ketika Nam dan Shone yang berpisah akhirnya diketemukan dan mereka (mungkin) menikah, saya dan orang itu tidak--TIDAK AKAN--pernah bersatu. itu yang saya yakini...
judul lagu?
Michael Buble?
Maroon 5?
betul, tapi saya ingin membahas film yang berjudul itu.
sebuah film dari negara Thailand yang berjudul Crazy Little Thing Called Love dan sukses membuat banyak orang (setidaknya orang-orang yang saya kenal dan pernah menonton film ini) menangis, bahkan di kali kesekian mereka menonton film ini.
info tentang Crazy Little Thing Called LOve cek disini
[kamu mungkin akan tertarik untuk fokus pada Mario Maurer yang sangat ganteng, tapi cobalah untuk meresapi dan memahami filmnya itu sendiri :)]
saya direkomendasikan Resti untuk menonton film ini. awalnya tidak terlalu tertarik karena tidak pernah mendengar review mengenai film itu, apalagi bukan film Indonesia ataupun Hollywood. namun beberapa kali saya mendengar/membaca orang membahas film itu dan akhirnya saya menyetujui untuk menyimpan file film tersebut.
kesempatan untuk menonton tidaklah langsung ada. karena beberapa tugas saya, jadi HDE saya penuh dengan film-film yang belum ditonton, termasuk CLTCL. suatu malam, ketika saya ingin surfing di internet namun koneksi internet kosan saya tidak tersambung, saya memutuskan untuk mencicil menonton film yang ada di HDE saya. pilihan pun jatuh di film CLTCL.
ketika adegan-adegan pertama dimainkan, saya merasa heran! seumur-umur saya belum pernah menonton film Thailand! maka dialog yang mereka ucapkan terdengar sangat aneh di teling saya. lama kelamaan saya mulai terbiasa dan menikmati film berdurasi 2 jam itu.
adegan demi adegan dimainkan dan saya mulai tertarik untuk lebih fokus pada film ini. 50% karena film ini memang bagus dari segi kemasannya, ceritanya, akting pemainnya, dan lain-lain (jangan paksa saya membahas dari sudut pemerhati film karena saya bukan ahlinya), 50% lagi karena saya merasa . . . yah, maaf kalau saya labil/galau . . . saya merasa film itu seperti kisah saya sendiri
(ya, teriak ejek, sindir, bebas! saya juga malu haha)
menjelang akhir film, adegan Nam menyatakan perasaannya pada Shone di tepi kolam renang dan "ditolak" karena Shone sudah berpacaran dengan yang lain, sukses membuat saya menangis. apalagi ketika Nam berbalik dan jatuh ke kolam renang. sungguh, mimik Nam disana benar-benar menyakitkan, saya bisa merasakan sakitnya (halah) dan makin membuat saya menangis. apalagi kemudian adegan berpindah pada Shone yang ternyata juga menyukai Nam. diam-diam, Shone yang memiliki hobi fotografi memotret Nam dalams etiap kesempatan. adegan Shone mengingat foto-fotonya itu juga masih menjadi alasan tangis saya terus mengalir.
sampai di akhir film, ketika Nam dan Shone akhirnya bertemu lagi setelah 9 tahun berpisah (Nam di US dan Shone di Bangkok) dan mereka akhirnya bersatu, masih membuat saya menangis. bahkan saat CREDIT TITLE, bayangkan, CREDIT TITLE! saya masih menangis!!!
apa ya alasan dibalik keluarnya air mata tersebut? saya juga bingung. namun setiap mengingat adegan itu saya menangis lagi dan lagi. sial, film ini bagus sekali!
mungkin, MUNGKIN, saya menangis karena film ini terlalu merefleksikan diri saya ya. Nam yang di adegan-adegan awal sangat jelek mengalami perubahan yang sangat signifikan menjadi sangat cantk karena Shone. seperti saya, saya mungkin tidak berubah menjadi sangat cantik seperti Nam, namun saya yang dulu tidak memperhatikan penampilan, karena orang itu saya jadi ingin berubah, menjadi seseorang yang menarik dan patut disukai.
penantian bertahun-tahun saya rasakan juga, penantian dan kesedihan karena ia malah berpacaran dengan orang lain. klise mungkin. tapi Nam, perasaan kita sama :')
hanya saja, suatu perbedaan yang signifikan adalah, ketika Nam dan Shone yang berpisah akhirnya diketemukan dan mereka (mungkin) menikah, saya dan orang itu tidak--TIDAK AKAN--pernah bersatu. itu yang saya yakini...
Komentar