ada apa sih pas lebaran? SELALU ada ini nih . . .

selama 20 tahun melewati Hari raya Idul Fitri, ada beberapa hal yang terulang terus menerus sampai rasanya aneh kalau hal itu gak ada. seperti hal ini:

setiap malam takbiran, saya dan keluarga tidak pernah (seinget saya) takbiran di luar. pasti cuma di rumah. nonton TV palingan. ya gak ada bedanya sama malam-malam lainnya. kami menghayati takbir bukan dengan iring-iringan kendaraan di jalan tapi dengan hati kami yang terus mengulang dan menyebut nama besar Allah SWT serta bersyukur karena masih bisa dipertemukan dengan Idul Fitri.

berangkat Shalat Ied selalu di daerah dekat rumah. panitia Shalat Ied-nya selalu dari Masjid Mungsolkanas, makanya lokasi shalat gak pernah jauh dari masjid itu, bisa di lapangan dekat pemandian Cihampelas ataupun di mesjidnya (kalau turun hujan). tapi untuk tahun 1431 H ini agak lain dari biasanya. Shalat Ied tetap dilaksanakan di dekat Mesjid Mungsolkanas, tapi tidak di lapangan dekat Pemandian Tjihampelas, melainkan di aula Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) yang dekat juga dengan Masjid Mungsolkanas. hal ini dikarenakan lapangan pemandian Tjihampelas sudah tidak mungkin digunakan untuk Shalat Ied sehubungan dengan sedang dibangunnya rusun.

rumah calon Walikota Bandung itu dekat dengan rumah saya (calon walikota yang mana? yang paling kaya). makanya beliau dan keluarganya selalu melakukan Shalat Ied bersama-sama dengan warga RW 05. uniknya, beliau dan keluarganya selalu menggunakan mobil untuk datang ke tempat shalat biarpun lokasi antara rumah dan tempat shalat hanya sekitar, hmm, 500 meter. itu kalau shalatnya dilakukan di Lapangan Pemandian Tjihampelas. untuk Shalat Ied tahun ini, yang diadakan di STBA (yang notabene hanya berjarak 200 meter dari rumahnya), saya tidak tahu beliau menggunakan mobil atau tidak. saya bahkan tidak tahu beliau dan keluarganya datang atau tidak karena saya tidak bisa leluasa melihat orang yang datang mengingat tempat shalat kemarin itu tertutup.

entah kenapa, tapi rasa-rasanya momen Shalat Ied selalu jadi ajang pamer mukena baru ...

dan momen (sebelum) Shalat Ied juga selalu jadi ajang ABG-ABG buat datang sambil ketawa ketiwi haha hihi pake baju baru yang gak ada unsur muslimnya sama sekali. yang penting baru!

biarpun MC selalu bilang "jamaah wanita diharapkan untuk tidak melepas mukena sebelum khatib selesai khutbah", tapi sebagian besar jamaah wanita selalu melepas mukena setelah Shalat Ied dilaksanakan.

dan selalu juga barisan jamaah wanita tidak pernah rapi dalam bersalam-salaman meskipun MC lagi-lagi telah menginstruksikan cara untuk bersilaturahmi. berbeda dengan jamaah pria yang setelah selesai khutbah, selalu langsung berbaris rapi dan bermaaf-maafan. saya selalu mengikuti ibu saya setelah selesai rangkaian Shalat Ied dan bersalam-salaman dengan ibu-ibu tetangga.

sampai di rumah Ayah saya selalu sampai lebih dulu . . .

dan Ayah saya juga selalu disalami lebih dulu mengingat Ayah saya adalah orang yang kedudukannya paling tinggi di keluarga saya. Ibu saya meminta maaf (sungkem) kepada Ayah saya, kemudian kakak-kakak saya meminta maaf kepada Ayah saya lalu kepada Ibu saya, kemudaian saya (sebagai anak paling kecil) meminta maaf kepada Ayah, Ibu, lalu kakak-kakak saya. dulu, momen ini tidak pernah membuat saya menangis. tapi beberapia tahun terakhir (sekitar 2 atau 3 tahun terakhir) saya sempat ikut menangis. huhuhu

hari pertama Idul Fitri selalu dihabiskan dengan keluarga besar Ibu saya. ketika kakek nenek saya (orang tua Ibu saya) masih ada, kami selalu berkumpul di rumah beliau. tapi sejak nenek dan kakek saya meninggal, perayaan hari Raya sering berpindah dari rumah saya, rumah bibi saya, atau rumah paman saya. tahun ini (1431 H) dilaksanakan di rumah saya. disajikan pula makanan khas lebaran seperti kornet, ase cabe, bihun, gulai ayam, ketupat, baso, tekwan, dll. semua keluarga berkumpul dan bercerita. mendekatkan diri satu sama lain. oh iya, sebelum saya dan keluarga berangkat ke tempat kumpul keluarga atau menerima kedatangan saudara, saya dan keluarga batih saya selalu mengunjungi kakak Ayah yang berbeda Ibu (kalau tidak salah) yang rumahnya di sebelah rumah saya. disana saya dan keluarga berkumpul dan mengobrol sebentar dengan keluarga Ayah yang tinggal dekat rumah.

dan hari kedua Idul Fitri (hampir) selalu diisi dengen nyekar ke makam nenek kakek saya dari pihak Ayah, di Cijengkol, Lembang. namun Idul Fitri tahun ini berbeda dari biasanya karena kami baru berkunjung ke makam pada hari ketiga. namun ritual yang terjadi selalu sama. berangkat, sampai, datang, haha hihi, nyekar, haha hihi, makan, pulang. oh iya, berhubung ini juga momen langka saya ke Cijengkol, saya (hampir) selalu tidak tahu siapa nama saudara-saudara saya disana. saya paling ingat pada Ma Iung dan Bi Dian. itu saja. -_____- (maafkan Mimi, Pah!) setiap kesana juga ada saja hal baru yang diketahui. si A sudah menikah lah, si B sudah punya anak lah, rumah si C jadi bagus lah, si D udah punya tanah lah. selain itu, selalu ada kejutan juga dari saudara Ayah yang tinggal dekat rumah. kejutan tahun ini adalah salah satu saudara saya (yang, maaf, tidak gaul menurut saya) HP-nya ternyata Onyx! wow.

hari pertama... hari kedua... hari ketiga ... tidak ada beda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq

cumlaude dan IPK tertinggi

mimpi mimi apa?